20. Partner

1.6K 68 0
                                    

Kaget ya aku update lagi?
Sama aku juga haha.

Udah lama banget hiatus and ya aku kangen banget sama dunia permantanan ini. Sorry bgt karena aku tiba² ngilang gitu aja kyk si dia, karena sibuk sama urusan di rl jadi nggak sempet nulis☹️

Btw, kalian nyariin aku nggak? Pasti enggak ya wkwk.

Sebelum baca jgn lupa vote ya, karena itu juga memengaruhi mood-ku dalam menulis😊

Sebelum baca jgn lupa vote ya, karena itu juga memengaruhi mood-ku dalam menulis😊

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

20. Partner

Berselang dua hari, Kafka mendapat pesan email yang berisi kabar baik. Ia dinyatakan lolos menjadi bagian dari majalah Shaelyn. Tentu Kafka sangat senang, walau itu tandanya ia akan bertemu Seza setiap hari mulai dari sekarang.

"Selamat, Kafka. Selamat bergabung di majalah Shaelyn." Seza memberi ucapan selamat.  Saat tersenyum kedua matanya membentuk bulan sabit.

"Makasih," balas Kafka.

"Dan ini buat lo."  Seza memberikan lanyard yang terdapat potret wajah dinginnya terpampang nyata di sana.

Seza menggenggam tangan Kafka. "Ayo, sekarang lo ikut gue. Gue mau kenalin lo ke tim redaksi Shaelyn yang lain."

Tanpa melepaskan genggaman, Seza membawa Kafka berkeliling kantor majalah Shaelyn. Mungkin hanya perasaan Kafka saja, kalau Seza terlihat bahagia ketika menceritakan seluk beluk kantor.

Sampailah mereka pada ruangan yang dituju. Di mana anak-anak kantor sedang berkumpul.

"Wah ... wah ... lihat, Bu Seza bawa siapa nih. Pacar baru ya, Bu?" goda seorang pria melihat kedatangan mereka berdua.

"Bukan, dia bukan pacar saya. Tapi aamiin deh wkwk." Seza tertawa malu-malu menyembunyikan rona merah di pipinya. "Mulai sekarang dia akan bergabung di sini, anggota baru."

Mendengar itu seorang gadis menerabas teman-temannya hingga terhuyung ke belakang. Menggosokan tangannya ke kemeja sebelum mengajak Kafka bersalaman. "Hai, ganteng. Kenalin nama gue Yupita. Biasa dipanggil--"

"Gembul!" sahut pria bernama Awan yang pinggangnya terbentur pinggiran meja karena buru-buru berdiri dari kursi.

"Yupi!" koreksi gadis itu tak terima. "Nama gue Yupi bukan gembul!"

"Iya, Yupi. Kenyalnya bikin hepi." Awan balik meledek.

"Waduh, apanya Wan yang kenyal?" tanya Sadiro menggoda.

"Ya, pipinyalah. Dasar otak mesum!" Awan menjitak kepala Sadiro.

"Tuh! Lihat Bu Seza. Saya pribadi merasa terdzolimi berada di sini dengan para buaya ini," adu Yupita.

"Sudah ... jangan ribut lagi. Perlihatkan solidaritas kalian. Malu sama anggota baru dong." Seza tertawa melihat tingkah konyol pegawainya.

"Nama gue Kafka." Kafka melanjutkan perkenalannya yang sempat tertunda.

Sebelah Kos MantanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang