29: pelukan ternyaman

2K 327 14
                                    

    Ken baru saja melangkah keluar dari lift dengan wajah kesal. Bagaimana tak kesal kebaikan yang ia tunjukan dan perasaan cinta yang ia tampilkan ternyata di anggap salah oleh gadis itu.

    Dan lebih parahnya lagi ia di anggap menjijikan oleh gadis kejam itu, tentu ini melukai harga dirinya.

    Bunyi langkah kaki dari belakang saat dirinya sampai di parkiran membuat tubuhnya secara reflek siaga.

    Hampir saja ia menancapkan pisau di salah satu leher dari salah satu penguntit yang mengikutinya dari dalam hotel tadi jika salah satunya tidak berseru kaget.

     "Tuan Leo!"

    Panggilan ini membuat wajah Ken berkerut binggung.

    "Siapa kalian dan siapa yang kalian panggil Leo?"

     "Tn.Leo ini kami Ajax dan Alex, bawahan anda"

   Ken semakin kebingungan lalu kepalanya terasa sangat sakit seperti terakhir kali membuat ia membungkuk, Ajax dan Alex tampak panik saat melihat bos mereka kesakitan.

....

   Kamar berantakan dengan berabotan yang rusak dan pecah, darah berceceran di mana mana.

    Ruang kamar yang awalnya terang dengan cahaya hangat kini suram dan gelap dengan isian bantal tampak terbang ke sana kemari tertiup angin malam dari gadis yang berdiri dalam balutan bathrobe di balkon hotel.

    Kedua tanganya terselimuti cairan merah pekat yang masih menetes netes, rambut yang masih basah serta wajah polos menambah kacaunya suasana malam ini.

    Dari pantulan cahaya gedung sebelah, dapat terlihat air mata yang masih menggalir di kedua pipi Bella.

   "Percuma memberikan kehidupan yang lain jika kenangan buruk itu tidak terlupakan...."

    Bella menatap sedih pada langit seolah olah bertanya pada tuhanya. Lalu kenangan wajah dokter lelaki dan perawat lelaki itu yang tersenyum jahat muncul di pikiranya.

    'Jangan melawan, nikmati saja lagi pula kamu juga tidak memiliki harapan untuk hidup lama'

    Suara dokter lelaki itu terdengar sangat jelas dari balik masker yang terpasang, Bella yang saat itu memberontak lemah hanya bisa mengeluarkan air mata dengan mulut di bekap oleh perawat pria yang tersenyum menjijikan di samping dokter cabul itu.

    'Jangan nangis, seolah olah kami menyakiti anda nona! Kami ini sedang mencoba memberikan kenikmatan dunia'

   Ujar perawat lelaki itu dengan satu tangan sudah melayang di atas dadanya.

    Bella menutup matanya erat dengan kedua tangan menutup telinganya mencegah suara itu untuk terdengar lagi.

    Tubuhnya terduduk di atas lantai yang kotor bercak darah dari kakinya yang luka akibat pecahan kaca berserakan.

    Bella menurunkan kedua tanganya saat merasa situasi sedikit lebih baik, tapi matanya masih tertutup dengan bulu mata tertiup angin malam.

    Wajah tampan dan cantik Luci muncul di dalam pikiranya dan hatinya menjadi lebih baik saat mengingat tujuan awal ia bisa sampai di novel dan bertahan di titik ini.

    Bella membuka matanya, tatapan sedih, putus asa, pilu, dan marah tergantikan dengan tatapan tajam dan tanpa ekspresi.

    "Benar! Tugasku adalah membuat kehidupan Luci menjadi lebih baik dari novel"

    Ujarnya pelan sama sekali tanpa emosi. Bella mencoba untuk berpegangan dan berdiri tegak kembali. Rambutnya sedikit mulai kering akibat tiupan angin.

Run Bella!....Run! (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang