Sejak saat itu Bella tak pernah mengangkat dan melihat pesan yang berasal dari Erza, gadis itu hidup terisolasi dari seluruh kegiataan Erza.
Erza tidak tahu apa yang di lakukan Bella begitu juga sebaliknya, dan bulan ini sudah masuk ke tiga setelah terakhir kali ia menelpon.
Erza hanya tau gadis itu hidup dengan baik dari ibunya, hanya itu salah satu penghubung dirinya dengan Bella.
Dan setiap kali Erza meminta ibunya untuk menyambungkan ke Bella gadis itu selalu memiliki alasan yang valid sehingga ibu hanya bisa memujuk putranya untuk fokus belajar dan menjaga kesehatan.
....
Malam harinya Ayah dan ibu sedang bersenda gurau di dalam kamar.
"Bella 6 bulan lagi berangkat, tinggal kita berdua. Rumah ini pasti akan sepi dan sunyi"
Ibu mengengam tangan suaminya erat.
"Maaf, aku masih trauma untuk memiliki seorang anak dan membuatmu harus merasa kesepian"
Ayah menunduk kepalanya dengan rasa bersalah.
Ibu mengangkat wajah suaminya di kedua telapak tangan dan menggeleng pelan lalu tersenyum memahami.
"Bukan salahmu, aku memahami niat baik mu. Hanya saja aku akan merindukan putri tercintaku jika ia pergi terlalu jauh"
"Apakah hanya putri mu?"
Ayah menggodanya.
"Putraku sangat mandiri, aku yakin ia akan baik baik saja!"
"Lagi pula seorang anak laki laki jika ia sudah mampu hidup jauh dari keluarganya ia sudah bisa menentukan masa depanya sedangkan anak perempuan walaupun semandiri apa pun ia akan tetap harus di lindungi sampai ia memiliki seorang suami"
Ibu menjelaskan dengan ekspresi kesal.
Bagaimana tidak kesal, hubungan mereka baru saja mengalami perkembangan yang pesat setelah kepergian Erza, putrinya selalu membantu dirinya masak di dapur, merapikan ruang kamarnya tanpa pembantu, menemani dirinya belanja serta mengikuti dirinya ke butik.
Masih banyak hal yang mereka lakukan tapi bagi dirinya masih belum cukup, ia masih ingin mengajak putrinya yang baik dan cantik untuk melakukan segalanya.
Ia sudah lama menanti anak perempuan, kini ia harus berpisah dengan putri tersayang untuk sekolah yang jaraknya tidak bisa ia tempuh mengunakan mobil.
"Pa bagaimana kalau kita tidak usah mengirim Bella ke Canada!"
Menatap suaminya dengan semangat.
"Tapikan Bellanya yang ingin ke Canada, sedang Erza cuma ikut ikutan"
"Hatiku selalu cemas saat akan melepaskan anak perempuan berusia 12 tahun ke Canada, negara itu loh bukan kota"
Ibu tak dapat menyembunyikan kekhawatirannya.
Ayah baru ingin menjawab ucapan Ibu tapi suara ketukan membuat kedua orang itu menatap ke pintu tepat di depan ranjang.
Tok.. Tok...
Ceklek...
Kepala Bella melihat situasi kamar lalu masuk dengan cepat dan bersimpuh di lantai depan hadapan kedua orang tuanya.
"Ada apa sayang"
Ibu kaget dan cepat cepat turun dari atas ranjang dan menghampiri putrinya.
"Maaf... "
Ibu yang ingin menarik putrinya untuk bangun terdiam dengan wajah kaget saat dengar satu kalimat dari Bella, pikiranya sudah kemana mana memikirkan hal negatif yang baru saja terjadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Run Bella!....Run! (END)
Fiksi Remaja"Selamat Adik manis kau telah menjadi saudara 'tiriku' yang tidak aku harapkan!" "Oh terimakasih, tapi tidak perlu terlalu menekan ucapanmu seolah olah memperjelas posisiku 'kakak tiri'" Dua setan kecil bersatu dan menjadi sebuah keluarga, kakak l...