47:rahasia Daniel

828 145 6
                                    

Luci masih memeluk tubuh Bella dengan wajah panik dan ketakutan, sedangkan gadis yang di peluk masih menghembuskan nafas dengan berat.

"Lihatlah aku...hiks.. "

Luci memaksa gadis itu untuk menatap wajah sedihnya.

"Aku jadi seperti ini karena kau meninggalkanku, aku hancur Bella....hancur sehancurnya"

Air mata Luci mengalir deras seperti buah pir yang basah oleh hujan.

"Aku kehilangan segalanya setelah kepergianmu, aku tahu aku tak bisa seperti ini tapi aku tak bisa tidak selalu memikirkanmu, merindui dirimu, menginginkanmu dan dan selalu tentang kamu"

Ada rasa jijik yang tidak tersamarkan di wajah Luci sama sekali.

"Sekarang aku bersama mu, aku mohon jangan tinggalkan diriku hm.. "

Wajah Luci yang sedih kini penuh harap tapi tak menunjukan ekspresi keinginan seperti Ken, seolah olah lelaki yang tadi melakukan kejahatan bukanlah dirinya.

"Luci.."

Tangis Luci terhenti lalu wajah itu berubah penuh kemarahan.

"Tidak kau tidak boleh meninggalkan diriku! tidak ada siapa pun yang bisa membawamu pergi dari ku, haruskah aku mematahi kaki mu agar tidak meningali aku lagi..."

Ucapan Luci memburu antara kesedihan, dan kemarahan. Kepala Bella yang di tahan semakin sakit saat tangan besar itu meremas kedua sisi kepalanya dengan keras.

Melihat lelaki gila ini yang terus membuat pernyataan pernyataan yang tidak masuk akal di samping ia menyakiti kepalanya membuat Bella yang awalnya berusaha mendorong dada lelaki itu berubah dengan sebuah telapak tangan yang melayang.

Plak!...

Suara renyah itu mengisi sudut ruang yang kosong dan sunyi, setelah kejadian beberapa detik kedepan masih keduanya tidak mengeluarkan suara apa pun.

Luci yang tubuhnya masih kaku menatap ke samping sedangkan Bella yang nafasnya masih memburu entah itu kemarahan atau lelah.

"Haha.....hahaha..haha"

Suara tawa itu entah kenapa terdengar lebih menakutkan setelah kejadian tamparan.

Luci melirik wajah Bella dengan gerakan lambat, pinggir bibirnya mengeluarkan segumpal merah menandakan betapa kerasnya gadis itu melayangkan tamparanya.

"Lepaskan, aku tidak ingin menyakitimu bukan berarti aku tidak akan melakukan sesuatu!"

Bella untuk pertama kalinya benar benar marah pada laki laki lembut ini. Mendengar ini Luci smirk wajah tampan itu semakin tampak jelas dari sudut Bella sayangnya gadis ini bukan gadis yang suka memakan sesuatu yang lembut.

"Benarkah?..."

Luci tersenyum lembut sambil merapikan rambut gadis itu di belakang telinga sebelum tanganya di singkirkan oleh Bella dengan kasar.

"Kau ...semakin...menarik..Bella!"

"....?...."

Lelaki yang smirk itu bergerak menjauh turun dari ranjang, berdiri di samping ranjang meneliti kecantikan tubuh itu lewat gaun putih yang mini.

Walau agak kurus tapi kulit itu masih menyimpan pesonanya membuat Luci berdecak kagum dan puas.

Melihat tatapan panas itu membuat Bella yang masih tertahan sedikit ketakutan, pertama ia tidak tahu situasinya berada di mana dan kedua ia tidak tahu kelemahan apa lawan miliki.

Melihat lelaki itu masih melirik kaki jenjangnya, ia meringkuk sambil menarik selimut menututupi kakinya.

"Haha.. Jangan khawatir sayang setidaknya aku tidak sebajingan mantan pengawalmu!"

Run Bella!....Run! (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang