Part 39

268 30 79
                                    

Bismillahirrahmanirrahim

JANGAN BACA CERITA INI PADA WAKTU SHALAT DAN JADIKAN AL QUR'AN SEBAGAI BACAAN UTAMA!!!

Jangan lupa tinggalkan jejaknya readers...
Author sangat mengharapkan vote and coment dari para readers terhormat

***

In the morning

Kring kring

Itu adalah bel yang menandakan bahwa semua
siswa harus berkumpul di lapangan untuk mendapatkan beberapa ilmu dan informasi. Tanpa menunggu lama, semua siswa segera berlari ingin berebut mendapatkan barisan paling depan. Itulah indahnya madrasah ini, semua siswanya berpartisipasi dalam setiap program sekolah, dan mereka juga begitu semangat mengikutinya.

Beberapa menit kemudian, terbentuklah barisan yang rapi dan lurus berbentuk later U di lapangan basket madrasah ini.

"Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatu. Baik Ananda, pagi ini ustadz akan memberikan beberapa infor-" instruksi Pak Amin selaku wakil kesiswaan terpotong karena mendapati barisan yang sedikit bubar dan kacau.

Itu adalah barisan kelas Aqila, Sebelas Agama Satu. Hal ini terjadi karena ada salah seorang siswa yang terduduk lesu, napasnya sesak, dan ia kesakitan memegang dadanya. Ia adalah Alvaro. Kejadian ini membuat Mila berteriak histeris dan meneteskan air mata. Ia begitu kasihan mendapati keadaan Alvaro yang tidak baik baik saja.

Seorang laki laki yang gagah perkasa, tak gentar oleh apapun, sekarang terduduk lesu dan mencengkram bajunya begitu kuat, pertanda bahwa sakit yang ia rasakan teramat dalam.

Sepertinya ia tak kuasa menahan hal ini. Lantas, Bondan selaku petugas UKS segera berlari kesana membawa tandu bersama dua orang temannya, dan segera membawa Alvaro ke Unit Kesehatan Sekolah tersebut. Tapi Mila bertekad bahwa ia harus mengikuti Alvaro, namun tangannya ditahan oleh Shela. Karena absen baris berbaris setiap pagi diambil, bagi yang alfa akan dikenakan hukuman.

"Lo disini aja. Petugas UKS tau apa yang harus mereka lakukan," peringat Shela.

"Gue gak peduliin diri gue. Alvaro lebih penting," bantah Mila.

"Ti, gak boleh," tambah Aqila yang harus terpaksa diangguki oleh Mila.

Tapi hatinya tetap saja merasa tak tenang, ia takut Alvaro nya kenapa napa lagi.

Ya, hal ini sangat tidak dapat dipungkiri oleh seorang Mila. Bahwa ia refleks peduli dan khawatir jika sakit Alvaro kembali kambuh. Walaupun ia tau Alvaro akan merasa sangat bahagia jika Mila tak mempedulikannya lagi. Tapi sebagai mausia dan wanita yang hakikatnya seorang makhluk yang mempunyai hati begitu lembut, Mila tidak bisa menghilangkan rasa kemanusiaannya.

"Mila, lo yang biasa liat Bu Bidan kasih obat ke Alvaro kan??" tanya Bondan tiba tiba saja menyusur di barisan kelas Mila itu.

"Iya," jawab Mila.

"Gue boleh minta tolong gak?"

"Minta tolong apa?"

"Sekarang Bu Bidan belum datang ke sekolah. Katanya ada urusan sebentar, jadi Bu Bidan datangnya terlambat. Dan sebagai anggota UKS yang baru, gue belum terlalu mempelajari semua obat obatan dan penanganan pasien di UKS. Ya kan kita belum dilantik. Trus, sekarang Alvaro udah kayak mau sekarat gitu. Dan gue gak tau harus ngelakuin apa? Lo bisa bantu gue kan?" tanya Bondan.

"Bis-"

"Gak. Dia belum menandatangani absen baris berbarisnya," tegas Shela. Dan Mila tidak bisa membantah hal itu. Karena ia teringat kata kata Alvaro waktu itu.

IDGHAM BILAGUNNAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang