Bagian dua puluh satu

45.8K 3.1K 396
                                    

Halo!!!!!

SEBELUM MEMBACA SILAHKAN VOTE TERLEBIH DULU!!!!
.
.
.
.
.
Happy reading❤

•••••


"Sayang....." Ujar Lucius sedikit merengek. Rasa kesal benar-benar membelenggu hatinya. Bahkan hatinya terasa begitu panas saat melihat Ruby lebih memperhatikan hewan berbulu lebat itu.

Bagaimana tidak kesal? Saat ini dia dan Ruby tengah berjalan menuju tempat makan untuk sarapan pagi seperti biasa. Namun bedanya, mereka berdua sedang berjalan dengan begitu pelan mengikuti langkah hewan berbulu lebat di depannya. Ruby melarang Lucius untuk berjalan lebih cepat dari sang kucing.

"Kalau kayak gini kita lama sampainya, baby." Sungut Lucius sebal.

Decakan kecil terdengar dari Ruby. Dia menoleh sebentar pada Lucius. "Udah, kak Lu diam! Kasian kucingnya Ruby kalau kita jalan cepet-cepet." Balas Ruby membela kucingnya.

Tatapan sinis Lucius layangkan pada bokong montok kucing di depannya. Entah kenapa, Lucius sangat yakin bahwa kucing itu memang sengaja memelankan langkah kaki-kaki kecilnya.

Lucius bukanlah pria penyabar, dia tak kuasa menahan rasa kesal dalam hatinya lebih lama lagi. Lucius pun mendekati kucing itu dan berusaha mengangkatnya untuk di gendong. Namun anehnya, kucing gembul itu malah menjatuhkan tubuhnya ke lantai dan menjerit histeris, seakan meminta tolong dan enggan untuk disentuh oleh Lucius.

 Namun anehnya, kucing gembul itu malah menjatuhkan tubuhnya ke lantai dan menjerit histeris, seakan meminta tolong dan enggan untuk disentuh oleh Lucius

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tabokan keras Lucius rasakan pada lengannya, membuat dirinya melepaskan pegangannya pada sang kucing.

"Kak Lu, kok kucingnya digituin sih!" Ujar Ruby sinis.

"Nggak di apa-apain, sayang. Cuma mau digendong."

"Tapi kok sampai ngeong keras kayak tadi." Balas Ruby tak percaya. Dia khawatir Lucius akan mencubit kucingnya, karena mulai dari baru bangun tidur tadi, Lucius dan kucing miliknya memang menunjukkan aura permusuhan yang sangat kental.

Ajaibnya, kucing gembul itu mendekati Ruby dan menggesekkan kepalanya pada betis Ruby. Lucius yang melihat kelakuan kucing garong itupun berang dibuatnya.

Gadis itu menundukkan dirinya lalu mengelus kepala kucingnya dengan lembut. "Kenapa, pus? Sakit ya? Kak Lu nakal ya?" Tanya Ruby dan dibalas ngeongan lucu oleh kucing tersebut.

Pertanyaan yang baru saja dilontarkan Ruby berhasil membuat hidung Lucius kembang-kempis. Lihat? Kucing itu benar-benar membawa petaka dalam hidupnya. Berbagai macam kata-kata suci telah Lucius rapalkan di dalam hatinya.

Dentingan pintu lift terdengar, membuat atensi Lucius teralihkan. Dia melihat Daddy-nya keluar dari dalam lift dengan setelan jas berwarna hitam yang semakin menambah kesan dominan pada Ellard.

"Ada apa?" Tanya Ellard memecahkan keheningan.

Lucius menatap Ellard dengan tatapan jengah. "Kenapa harus kucing, Dad?"

LUCIUS OCEAN [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang