Bagian tiga puluh satu

35.9K 3.1K 494
                                    

Halo!!!!

Menutup Oktober kalian hehe^^

SEBELUM MEMBACA SILAHKAN VOTE TERLEBIH DULU!!!!
.
.
.
.
.
Happy reading❤

•••••

Suara kicauan burung menyambut pagi hari Ruby yang terasa menyenangkan. Senyuman manisnya sedari tadi tak luntur menghiasi wajah cantiknya, karena untuk pertama kalinya Ruby bisa bersekolah seorang diri tanpa Lucius. Pria itu memiliki urusan penting sehingga membuatnya absen dari kegiatan sekolahnya.

Dengan senyuman sumringahnya Ruby turun dari mobil hitam yang mengantarnya. Dia sedang memeluk kucing kesayangannya yang bernama Asu. Ruby sengaja membawa kucingnya untuk menemaninya agar dirinya tak terlalu kesepian. Dia sangat menyayangi kucingnya dan Ruby merasa tidak bisa jauh-jauh dari hewan berbulu lebat ini.

Kaki-kaki pendek Ruby melangkah mendekati pintu depan mobilnya. "Pak sopir, nanti nggak usah jemput Ruby, ya. Soalnya kak Lu bilang kalau kak Lu yang mau jemput." Ujarnya begitu ceria.

"Baik, nona." Sahut sang supir patuh.

"Okay.... Ruby mau school dulu. Bubay pak sopir." Kata Ruby berpamitan kepada supirnya.

Setelah itu, dia berlari memasuki kawasan sekolahnya. Tak lupa Ruby menyapa seorang satpam yang berjaga di pintu gerbang. Tidak hanya itu, tapi sepanjang perjalanan menuju kelasnya Ruby menyapa semua siswa-siswi yang dilihatnya. Tapi sayang sekali tidak ada satu orang pun yang menyahuti sapaan manisnya. Tentunya hal tersebut membuat Ruby sedikit bersedih.

Sesampainya di dalam kelas, Ruby melihat kehadiran para teman Lucius dan juga temannya. Bahkan Sofia dan Sergio turut berada di sana. Sepertinya mereka sudah membaik, meskipun masih ada perban menghiasi tangan mereka.

"Morning teman-temannya Ruby." Ujar Ruby menyapa dengan penuh semangat.

Mereka menyahuti sapaan Ruby, namun Hans yang paling mendominasi.

"Morning Ubyyyy!!" Sahut Hans seraya tersenyum lebar. "Lucius mana?" Sambungnya bertanya.

Ruby meletakkan kucingnya di atas mejanya. Lalu dia menjentikkan jarinya ke arah Hans sembari tersenyum miring. "Ruby school sendirian dong.... Hebat, kan?!" Sahutnya sembari tersenyum miring dan menaik-turunkan kedua alisnya.

"Songong banget bocah satu ini." Gumam Hans dirundung rasa kesal melihat tingkah Ruby.

"Lucius ngebolehin lo sekolah sendiri?" Tanya Arsen tak percaya.

"Yang bener aja lo, Uby?" Timpal Rachel heboh seraya menggebrak meja membuat kucing Ruby tersentak kaget.

"Ihhhh Rachel!!! Kucing Ruby kaget, nih." Semburnya pada Rachel. Kemudian dia mengelus kepala kucingnya, dia berusaha untuk menenangkannya. "Iya tauuuuu!! Ini Ruby sendirian. Kak Lu lagi sibuk sama Daddy Ellard, kalian nggak percaya banget, sih!" Lanjutnya. 

"Kok bisa?" Batin mereka serempak. Pasalnya baru kali ini Lucius memperbolehkan berliannya keluar dari sangkar emasnya.

Tak berapa lama kemudian, seorang guru memasuki ruang kelas. Dia melihat buntalan bulat berbulu tengah berada di atas meja Ruby. Namun apa boleh buat, guru itu tidak bisa melakukan apapun selain berpura-pura tak melihatnya.

Pembelajaran di dalam kelas pun dimulai. Para siswa dan siswi memperhatikannya, termasuk Ruby. Dia begitu seksama mendengarkan penjelasan gurunya karena beberapa minggu lagi akan ada ujian akhir semester. Ruby harus bisa mendapatkan nilai bagus. Dia tidak ingin mengecewakan Ellard dan Lucius yang telah merawatnya dengan sangat baik.

LUCIUS OCEAN [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang