Bagian sembilan belas

41.2K 2.9K 621
                                    

Halo!!!!

SEBELUM MEMBACA SILAHKAN VOTE TERLEBIH DULU!!!!
.
.
.
.
.
Happy reading❤

•••••


Suara dentuman musik begitu memekakkan telinga. Namun, suara-suara itu sama sekali tak mengganggu ketenangan Lucius. Sedari tadi, dia tak berhenti menegak cairan memabukkan yang memiliki harga fantastis. Billionaire vodka namanya, minuman keras favorit Lucius. Tak tanggung-tanggung, malam ini Lucius memesan sebanyak 4 botol sekaligus. 2 botol dia berikan pada teman-temannya, sedangkan 1 botol dia minum sendiri dan 1 botol lagi Lucius simpan di dalam mobilnya.

Hans, Sergio, Arsen, dan Kenan hanya mampu terdiam sembari menatap Lucius yang sepertinya tengah dilanda masalah berat. Sesekali mereka turut menegak minuman mahal itu.

"Lo lagi ada masalah?" Tanya Hans, tapi tak digubris oleh pria di depannya.

Lucius meletakkan gelas kosong di atas meja dengan hentakan keras. Kemudian, dia mendesah kecil seraya mendongakkan kepalanya saat merasakan sensasi hangat memasuki tenggorokannya.

 Kemudian, dia mendesah kecil seraya mendongakkan kepalanya saat merasakan sensasi hangat memasuki tenggorokannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Damn, this is fucking delicious." Desis Lucius dengan suara seraknya.

Baru saja tangan kekarnya akan menuangkan botol berisi minuman itu, akan tetapi Hans menahan pergerakannya. Lucius menatap Hans dengan tatapan tak suka. Kemudian, dia menyentak kuat tangannya sehingga membuat genggaman Hans terlepas.

"Udah cukup, Lucius! Lo udah nggak sadar." Kata Hans melarang Lucius untuk menuangkan minuman di dalam botol itu. Tak cukup sampai disitu, Hans pun mengambil botol tersebut lalu menjauhkannya dari Lucius.

Lucius berdecak kesal. Dia melempar gelas ditangannya dengan kuat, sampai-sampai membuat gelas itu membentur tembok dan hancur detik itu juga. Jika saja Arsen tak menghindar, sudah pasti gelas itu melukai kepalanya. Namun dia tak berani untuk protes, melihat keadaan Lucius yang diselimuti oleh kabut hitam membuatnya paham kalau pria di depannya tengah berada dalam mood yang buruk. Hanya Hans yang berani untuk berbicara pada Lucius disaat kondisi seperti ini.

"Lo kenapa sih?!" Tanya Hans kesal ketika melihat kemarahan yang begitu terpancar dari wajah rupawan teman kecilnya.

Lucius menghela nafas sejenak sebelum menjawab pertanyaan Hans. "Gue nggak berguna, Hans. Ruby, my baby Ruby, gadis gue. Trauma dia balik lagi. Gue nggak tega ngelihat Ruby ketakutan. Gue nggak tega lihat dia nangis." Pria gagah itu menepuk-nepuk dada kirinya. "Disini rasanya sakit." Sambungnya mengungkapkan perasaannya.

"Harusnya lo temenin Ruby sekarang. Bukannya malah kesini!!" Balas Hans sedikit meninggikan suaranya. Hanya dirinya yang tahu tentang penyebab munculnya trauma Ruby. Sedangkan Arsen, Sergio, dan Kenan tidak tahu-menahu dibalik penyebab timbulnya trauma yang membelenggu Ruby. Mereka hanya tahu bahwa Ruby mengidap Post traumatic stress disorder (PTSD).

LUCIUS OCEAN [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang