Bagian dua puluh sembilan

37.4K 3.2K 840
                                    

Halo!!!!

SEBELUM MEMBACA SILAHKAN VOTE TERLEBIH DULU!!!!
.
.
.
.
.
Happy reading❤

•••••

Langit malam yang diterangi oleh cahaya rembulan terlihat begitu cantik. Sebagian orang berlomba-lomba untuk mengabadikannya, namun ada beberapa dari mereka yang tidak menyadari keindahan itu lantaran terlalu sibuk dengan kegiatannya. Seperti seorang pria gagah yang sedang mengenakan jas hitam terlihat begitu cepat melangkahkan kaki-kakinya.

Pria itu adalah Matteo, dia berjalan tergesa-gesa karena ingin cepat-cepat menghampiri Tuannya. Dia akan memberitahu informasi yang sangat penting kepada Tuan muda Lucius Ocean, Matteo sangat yakin bahwa sebentar lagi berita ini akan menghadirkan lautan darah.

"Tuan Ocean." Ujarnya seraya mengetuk pintu hitam berukiran emas yang terpampang nyata di hadapannya.

"Come in."

Dengan perlahan Matteo membuka pintu di depannya setelah mendapatkan persetujuan dari orang yang berada di dalamnya. Tak sampai 2 detik setelah membuka pintu tersebut, nyawanya seakan melayang menjauh dari tubuhnya. Wajah tampannya berubah pucat pasi saat melihat Tuannya sedang menguliti seorang wanita yang telah menutup mata. Kalimat yang tersusun rapi dalam otaknya seketika musnah tak bersisa.

"What's going on?" Tanya Lucius tanpa mengalihkan pandangannya. Tangan kanannya dengan lincah menyayat kulit putih mulus milik wanita di bawahnya. Sedangkan tangan kirinya secara cekatan menarik kuat kulit halus tersebut sampai terkelupas, sehingga membuat daging merahnya terpampang nyata.

Matteo linglung, dia bingung harus bersikap seperti apa dalam situasi seperti ini. Matteo belum terbiasa melihat kekejaman seorang Ocean, tapi dia tetap berusaha menguasai dirinya untuk bersikap profesional. "Alonzo menghubungi saya, dia berkata bahwa Nona Ocean tidak berada di mansion anda, Tuan." Ujarnya lugas.

Kedua tangan kekar Lucius yang sedang bekerja terhenti sejenak. Namun sedetik kemudian, dia kembali melanjutkan kegiatannya seolah tak mendengar apa pun.

Melihat tak ada respon dari Tuannya, Matteo berinisiatif melontarkan pertanyaan. "Haruskah saya mencarinya, Tuan?"

"No!! Biarkan saja." Tukas Lucius tajam.

Setelah itu tak ada percakapan lagi diantara mereka. Lucius mengibaskan tangan kirinya yang sedang berlumuran darah, pertanda bahwa dia menyuruh Matteo untuk segera meninggalkan ruangannya.

"Go! Prepare my car!!" Titahnya tegas.

"Yes, sir." Sahut Matteo.

Tanpa berani membantah, Matteo pun beranjak pergi. Dia tidak berani bertanya meskipun banyak sekali hal yang tak dia pahami. Ayahnya pernah berkata bahwa 'Tuan Lucius sangat mencintai seorang gadis yang bernama Ruby Aranda Ocean. Jangan pernah menyentuh Nona Ruby seujung kuku baik disengaja atau pun tidak. Menyentuh berarti mati!! Jangan membuat kesalahan', kurang lebih seperti itulah petuah yang Alonzo berikan padanya. Namun, Matteo meragu setelah melihat sikap tak peduli Lucius. 

"Benarkah Tuan Lucius mencintainya? Atau hanya sekedar obsesi semata?" Batin Matteo bertanya-tanya.

•••••

Di lain tempat, tepatnya di sebuah jalanan kota New York yang dipenuhi oleh pejalan kaki serta mobil-mobil mewah, terdapat seorang gadis mungil tengah berjalan seraya menoleh kesana-kemari layaknya orang yang sedang tersesat. Sembari menggendong kucing bertubuh gempal dalam pelukannya, gadis itu tetap berusaha untuk mencari jalan menuju tempat tujuannya, yaitu Bandara.

LUCIUS OCEAN [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang