Bagian tiga puluh enam

30.6K 2.8K 1K
                                    

Haloooo!!!!

SEBELUM MEMBACA SILAHKAN VOTE TERLEBIH DULU!!!!
.
.
.
.
.
Happy reading❤️

•••••

Hawa dingin terasa semakin menusuk ke kulit mulus seorang gadis yang tengah terbaring di atas ranjang empuknya. Sesekali dia menyatukan tangannya dan meniupnya lalu mengusapkan rasa hangat itu pada pipinya. Ingin sekali dia mematikan pendingin ruangan dalam kamarnya, namun niatnya harus dia urungkan saat melihat Lucius tengah dibanjiri keringat di sofa seberang kanannya.

Pria itu tengah berkutat dengan kertas-kertas dan laptop yang berada di atas meja. Entah seberat apa pekerjaan yang Lucius lakukan sehingga membuatnya berkeringat. Bahkan rambutnya sudah tak tertata rapi. Lengan bajunya turut dia gulung hingga siku, menampilkan otot kekarnya yang ditutupi oleh tatto.

Lucius begitu fokus pada kegiatannya sampai-sampai membuatnya tak sadar bahwa Ruby sedari tadi memperhatikannya dengan tatapan nanar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lucius begitu fokus pada kegiatannya sampai-sampai membuatnya tak sadar bahwa Ruby sedari tadi memperhatikannya dengan tatapan nanar. Kedua mata gadis itu terasa panas, bersiap untuk menumpahkan cairan bening, jantungnya sedikit berdenyut ketika Lucius mengabaikan keberadaannya.

Lucius baru saja pulang dari kantor saat jam menunjukkan pukul 21:38 pm. Pria itu hanya menyapa Ruby sebentar dan mengecup keningnya sekilas.

Ruby menatap sedih sebuah toast dan susu coklat yang telah dia siapkan sejak 2 jam yang lalu. Roti panggang itu masih tertata rapi di atas nakas tanpa disentuh sedikitpun oleh Lucius.

Gadis mungil itu menghapus kasar air mata yang membasahi pipinya. "Apaan sih! Ruby nggak boleh nangis, kak Lu itu kerja. Ruby harus ngerti!!!!" gumamnya seraya menancapkan kukunya pada lengan kirinya, dia benci dirinya yang lemah.

Ruby sering melukai dirinya sendiri untuk kesalahan-kesalahan kecil yang dia lakukan.

Ruby sangat antusias saat kepulangan Lucius, dia begitu merindukan sang kekasih. Dan ketika mendengar Lucius mengeluhkan lapar, Ruby pun berinisiatif untuk membuatkan Lucius makanan. Dia membuat sebuah toast dengan penuh semangat, karena hanya roti panggang itu yang bisa dia buat. Namun sejak sampai di rumah hingga sekarang, Lucius sama sekali tak beranjak dari duduknya.

Beberapa jam kemudian, Lucius mulai menutup laptopnya dan merapikan kertas-kertas yang tergeletak di atas meja. Dia turut meregangkan otot tubuhnya yang terasa kaku. Lucius melirik jam yang terpajang di dinding kamarnya, 00:45 am, selama itukah dia bekerja?

Lucius mengalihkan pandangannya, dan betapa terkejutnya dia saat melihat gadisnya yang tengah terdiam sembari menatapnya. Dengan langkah tergesa Lucius mulai menghampiri Ruby.

LUCIUS OCEAN [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang