"Wa'alaikumussalam," jawab Fatimah lirih.
Wanita itu menatap nanar kepergian sang suami. Segitu pentingkah sampai-sampai suaminya itu tak membiarkannya untuk bersalaman terlebih dahulu?
Ada hal apa di kantor Akhtar sampai-sampai suaminya itu begitu sibuk? Bukankah sudah ada para karyawan yang mengerjakan tugasnya masing-masing?
Lantas, kenapa Akhtar bisa begitu sibuk sampai harus menginap semalaman di kantornya? Apakah tak bisa untuk di kerjakan di rumah saja?
Fatimah menggelengkan kepalanya pelan. Dengan segera, dia memesan taksi online. Lalu menaiki tangga dengan cepat untuk mengambil tasnya.
Fatimah sudah memutuskan untuk membuntuti sang suami. Dia sudah tak bisa untuk berdiam diri lagi akan banyak kejanggalan ini.
Mengingat penampilan sang suami tadi yang hanya memakai celana training panjang dan kaos hitam berlengan pendek. Membuat Fatimah berfikir jika sang suami membohongi dirinya.
Tak mungkin Akhtar ke kantor dengan berpakaian seperti itu kan?
🍁🍁🍁
Dan di sinilah Fatimah sekarang. Di dalam sudut sebuah cafe klasik.
Wanita itu sengaja memilih duduk di kursi pojok agar tak ketahuan sang suami. Matanya senantiasa menatap ke meja Akhtar. Pria itu ternyata bertemu dengan seorang wanita yang memakai gamis berwarna coklat gelap dengan khimar senada.
Siapa sebenarnya wanita itu? Bagaimana bisa wanita itu duduk begitu dekat dengan suaminya? Dan bagaimana bisa sang suami begitu tega membohonginya?
Fatimah sungguh takut. Takut jika prasangkanya itu benar. Takut jika Akhtar dengan tega menduakannya.
Fatimah kembali menatap mereka. Memasang indra pendengarannya dengan baik agar dapat mendengar apa yang mereka ucapkan di seberang sana.
"Maaf udah ganggu waktu mas," ucap wanita itu nampak bersalah.
Akhtar menggelengkan kepalanya pelan. "Gak papa. Kamu gak perlu merasa bersalah gitu Nayla."
Di tempatnya, Fatimah agak terkejut dengan perkataan sang suami. Jadi, itukah wanita yang bernama Nayla? Lagi? Karena Nayla? Ada hubungan apa wanita itu dengan suaminya?
"Jadi, apa yang mau kamu omongin sama mas?" tanya Akhtar penasaran. Entah kenapa Nayla tadi mengiriminya pesan untuk segera ke sini karena ada hal yang sangat penting untuk di bicarakan.
Nayla tampak gelisah. Matanya melirik ke sana kemari seolah ragu untuk mengatakannya kepada Akhtar atau tidak.
Tiba-tiba, Akhtar menggenggam tangan Nayla yang berada di atas meja. "Ada apa Nay? Katakan yang sejujurnya sama mas," ucapnya.
Melihat itu, Fatimah langsung berdiri dari duduknya. Dia terkejut akan kelakuan sang suami yang dengan mudahnya menyentuh perempuan yang bukan mahramnya.
"A-aku hamil mas," ucap Nayla di seberang sana.
Deg
Fatimah berdiri membeku di tempatnya. Mengurungkan niatnya untuk menghampiri sang suami. Dia sangat terkejut akan perkataan Nayla yang menusuk tepat di ulu hatinya.
Tak salah kah yang di dengarnya tadi? Hamil? Wanita itu hamil? Anaknya siapa? Kenapa Nayla malah mengatakannya pada sang suami?
Apa jangan-jangan......? Fatimah menggelengkan kepalanya. Tidak mungkin suaminya itu begitu tega pada dirinya. Tidak mungkin suaminya itu melakukan hal kotor di belakangnya.
"Ha-hamil? Kamu hamil? Hamil anak mas?" tanya Akhtar dengan raut bahagia.
Nayla mengangguk. Mengiyakan pertanyaan Akhtar. Wanita itu tersenyum bahagia kala melihat Akhtar juga bahagia akan kabar ini.
Tes
Dengan posisi yang masih sama, Fatimah meneteskan air mata bersamaan dengan mereka yang berpelukan. Ucapan itu tak hanya menusuk ulu hatinya. Tapi juga mengoyak-ngoyaknya hingga tak berbentuk lagi.
Fatimah langsung terduduk di kursinya.
Sesak. Dadanya sungguh sangat sesak sekarang. Rasanya dia sangat sulit untuk hanya sekedar bernafas.Dia memukul-mukul dadanya berharap dapat mengurangi rasa sesak itu. Air matanya pun keluar dengan tak terkendali. Meluapkan sedikit rasa sakitnya sekarang ini. Tak memperdulikan tatapan orang-orang yang menatapnya dengan heran.
Fatimah menutup wajahnya dengan kedua tangan. Dia sungguh tak sanggup melihat suaminya sendiri berpelukan dengan wanita lain. Dia sungguh tak sanggup menyaksikan kebahagiaan sang suami karena wanita lain.
Allah. Mimpikah ini? Jika memang ini mimpi, tolong bangunkan dia dari mimpi yang sangat kejam ini. Tolong bangunkan dia. Dia sungguh tak kuat dengan semua ini.
Tapi sepertinya itu hanyalah keinginannya saja. Ini bukanlah mimpi. Ini kenyataan. Suaminya itu ternyata memiliki wanita lain selain dirinya. Suaminya itu ternyata telah melakukan zina di belakangnya. Dan suaminya itu telah membohongi dirinya.
Tidak. Akhtar bukan hanya sekedar membohonginya. Tapi dia telah melukainya dengan begitu dalam. Luka yang tak kasat mata, tapi sangat jelas terasa sakitnya.
Fatimah menghela nafas panjang. Mengontrol emosinya yang sekarang sudah campur aduk. Antara sedih, kecewa, tak percaya, dan marah akan suaminya.
Dengan cepat, dia berdiri dari duduknya dan berjalan mendekati Akhtar dan Nayla. Terlihat amarah dan kekecewaan yang amat besar dari wajahnya.
"Aku gak nyangka kalau kamu ternyata berani berbuat kotor seperti ini mas," ucapnya tegas di depan mereka berdua.
Dilihatnya raut wajah sang suami yang nampak terkejut dengan kehadirannya. Mungkin pria itu heran kenapa dia bisa sampai di sini.
"Aku sangat kecewa sama kamu mas."
Tak menunggu respon mereka berdua, Fatimah langsung berlari keluar cafe dengan linangan air mata. Fatimah sungguh tak sanggup untuk berlama-lama di sana.
"Dek. Adek," teriak Akhtar keras sambil berlari mengejar Fatimah.
Melihat Fatimah yang sudah masuk ke dalam taksi. Sontak saja membuat Akhtar mempercepat larinya.
"Dek. Tolong buka pintunya. Dengerin penjelasan mas dulu. Mas mohon dek," ucapnya panik dengan kedua tangan yang menggedor-gedor kaca mobil.
Di dalam sana, Fatimah hanya diam. Menatap lurus ke depan tanpa sekalipun melihat ke arah sang suami.
"Jalan pak," perintahnya pada sang sopir taksi.
Taksi pun melaju membelah jalanan. Meninggalkan Akhtar yang sekarang masih tetap berdiri diam di posisinya tadi.
Pria itu mengacak-acak rambutnya kasar. Dia tak menyangka jika Fatimah tadi mengikutinya. Sungguh, dia belum siap jika istrinya itu mengetahui kebenarannya.
Apa yang harus dia lakukan sekarang? Apa yang harus di jelaskannya pada Fatimah? Dan kemana istrinya itu pergi? Berbagai kemungkinan buruk sekarang bersarang di otaknya.
"Mas, siapa perempuan tadi?" tanya Nayla yang telah menyusul Akhtar.
Akhtar menatap Nayla dengan perasaan kacau. "Dia istriku," jawabnya.
Akhtar lalu berlari menuju mobil untuk mengejar Fatimah. Meninggalkan Nayla yang masih tak bergeming di tempatnya.
Jadi, perempuan tadi adalah istri Akhtar?Lebih tepatnya, istri pertama dari suaminya? Baru kali ini dia bertemu langsung dengan Fatimah.
Nayla lalu memandang langit yang mendung. Seolah-olah siap untuk mengguyur bumi ini dengan air hujan.
Apakah akhirnya Fatimah akan tahu semuanya? Dan bagaimana keputusannya? Apakah Fatimah ikhlas dan bersedia untuk berbagi dengannya? Atau malah menolak dan memilih pergi meninggalkan sang suami?
🍁🍁🍁
__________
Jangan lupa like and comment nya yaa!!!🤗
Jazakumullahu khairan❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Langit Qalbu
Spiritual"Bersamamu, aku pernah bahagia. Tapi, bersamamu aku juga pernah terluka." -Fatimah Ghazala Humaira- "Maafkanlah atas semua luka yang telah kutorehkan padamu. Walaupun aku tau jika luka itu akan selalu membekas pada hatimu." -Akhtar Ghazi Arkananta- ...