17. Salah Paham

2.5K 160 6
                                    

Fatimah sontak menoleh ke arah pria yang disebutnya om Reynard itu. Matanya seketika membola ketika melihat seorang pria yang dikenalinya.

Sedangkan anak-anak tadi sudah berlari ke arah Reynard. Mereka tanpa sungkan langsung memeluk pria itu yang juga dibalas olehnya. Tak jijik ataupun takut jas rapinya yang nantinya akan kotor.

Fatimah masih bergeming ditempatnya. Dilihatnya kedekatan mereka seolah sudah kenal sebelumnya. Pun ekspresi pria itu yang tampak tersenyum tulus pada anak-anak. Membuatnya tak menyangka jika pria itu adalah orang yang sama dikenalnya.

Rasanya Fatimah sungguh tak percaya jika Reynard adalah pria itu. Iya. Pria sama yang ditemuinya waktu hujan. Pria sama yang ditemuinya waktu di restoran. Pun sama dengan di supermarket beberapa hari lalu.

Apakah pertemuan ini hanya murni kebetulan? Ataukah karena pria itu masih menguntitnya? Tapi melihat kedekatan mereka membuat Fatimah ragu jika kali ini pria itu menguntitnya.

Fatimah menghela nafasnya pelan. Wanita itu sungguh dibuat bingung dengan sikap pria yang ia yakini bernama Reynard. Rasanya dia tak bisa menebak apa tujuan Reynard sebenarnya.

Sedangkan di sisi lain, Reynard yang melihat Fatimah berdiri diam hanya tersenyum tipis. Pria itu lantas melangkah mendekat pada Fatimah.

"Assalamu'alaikum," salamnya.

Fatimah yang semulanya melamun pun terkejut akan sosok Reynard di depannya. "Wa'alaikumussalam," jawabnya pelan seraya menundukkan pandangan.

"Kamu ke sini mau bagikan makanan itu ke anak-anak?"

Fatimah mendongak sekilas. Melihat Reynard menatap makanan yang dibawanya. "Iya."

Melihat respon wanita di depannya itu, Reynard pun berbalik. Menatap anak-anak seraya tersenyum. "Anak-anak, kenalin ini namanya tante Fatimah. Dia-"

"Maaf sebelumnya, tapi bisakah Anda tidak memperkenalkan saya dengan sebutan 'tante'?" potong Fatimah pelan. Hanya mereka berdua saja yang mendengarnya.

Reynard mengangkat kedua alisnya heran. "Kenapa tidak? Saya juga dipanggil dengan sebutan 'om'. Tapi saya biasa saja."

"Iya itu kan karena Anda memang sudah sepantasnya dipanggil 'om'."

"Jadi maksud kamu saya ini sudah tua begitu?" protesnya tak terima.

"Bukankah memang begitu?" balas Fatimah yang malah membuat Reynard kesal.

"Sekedar informasi, kalau umur saya hanya selisih 3 tahun dari kamu. Masih pantas lah kalau saya jadi suami kamu."

Fatimah mengernyitkan dahinya kala pembicaraan Reynard yang melantur. "Tapi saya sudah punya suami kalau Anda lupa."

Reynard tersenyum menggoda. "Tapi itu juga bukan sesuatu yang mustahil bagi saya."

Sontak saja Fatimah menoleh. Menatap Reynard dengan tajam. Sementara yang ditatap malah tersenyum puas. Membuat wanita itu tak habis pikir akan sikap Reynard yang keterlaluan.

Bukan sesuatu yang mustahil katanya? Apakah pria itu mendoakan Fatimah bercerai dengan Akhtar?  Atau malah menjadi janda?

"Tolong dijaga-"

"Kenapa om malah bertengkar sama tante Fatimah?" potong salah satu anak.

Mereka ber-enam sudah bosan melihat pertengkaran Reynard dan Fatimah. Seolah melupakan keberadaan mereka yang berdiri di depannya.

Reynard menatap anak-anak dengan tatapan bersalah. "Maafin om sama tante ya. Lagian tante Fatimah duluan yang ngajak bertengkar," ujarnya seraya menekankan kata tante.

Langit QalbuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang