26. Memilih Pergi

4.5K 260 14
                                    

Pagi ini, Fatimah sudah berada di stasiun kereta. Wanita itu duduk pada sebuah bangku panjang dengan dua koper berukuran besar disampingnya. Menunggu kereta jurusan Jakarta - Yogyakarta tiba.

Iya. Dia memang berencana ke rumah Abi nya. Bukan hanya satu dua hari. Tapi untuk selamanya. Fatimah memang memutuskan kembali ke rumahnya setelah semua yang terjadi. Rumah yang akan selalu ada untuknya.

Fatimah melamun. Menatap kosong ke depan. Rasanya baru kemarin dia menerima perjodohannya dengan Akhtar. Baru kemarin dia mendengar Akhtar melantunkan ijab kabul. Dan sekarang pernikahannya itu harus berhenti sampai disini.

Fatimah menghela nafasnya pelan. Mengingat kembali kenangan-kenangannya dengan Akhtar selama ini membuat dirinya kembali merasa sakit. Pun kembali membuatnya meneteskan air mata.

Tiba-tiba ada seseorang yang menyodorkan sapu tangan padanya. Fatimah yang menyadarinya pun mendongak. Menatap seorang pria dengan balutan jas rapi berdiri didepannya. Dapat dia lihat jika pria itu sekarang tersenyum manis padanya.

"Hapus air matamu. Saya sungguh tak bisa melihatmu menangis seperti ini," pintanya lembut.

Fatimah menatap sapu tangan tersebut. Dia lantas mengambil sapu tangan hitam itu dengan ragu. Tak mau berdebat dengan pria keras kepala didepannya. Dia sungguh sangat malas untuk meladeni.

"Terimakasih," ucapnya singkat seraya menghapus air matanya dengan sapu tangan pemberian pria itu.

Pria itu, Reynard. Dia hanya menanggapinya dengan tersenyum. Memilih untuk duduk disamping Fatimah dengan menjaga jarak satu meter dengannya.

Fatimah yang menyadari itupun mengernyit. "Kenapa Anda bisa disini?" tanyanya heran.

Reynard tak menoleh. Dia masih menatap ke depan. Seolah dapat melihat wajah Fatimah dalam bayangannya. "Saya ke sini untuk mengambil kembali apa yang seharusnya saya miliki," jawabnya ambigu.

Sedangkan Fatimah yang mendengar jawaban itupun hanya diam. Tak mau bertanya lebih lanjut lagi. Karena baginya, Reynard masihlah orang asing. Orang asing yang 'kebetulan' bisa bertemu beberapa kali.

Setelah kereta tiba, Fatimah berdiri. Dengan agak kesusahan, dia menggeret kedua kopernya. Tapi lagi-lagi ada sebuah tangan yang menghentikannya. Fatimah lantas menoleh. Mendapati Reynard yang memegang salah satu kopernya.

"Biar saya saja yang bawakan," ucapnya.

Tanpa menunggu jawaban dari Fatimah, Reynard langsung merebut begitu saja kedua kopernya. Berjalan mendahului Fatimah menuju kereta. Tak tahu saja jika Fatimah dibelakangnya sudah memasang raut wajah kesal.

Ingin merebut kopernya pun percuma. Beberapa kali bertemu membuatnya tahu akan sifat keras kepala Reynard. Yang ada mereka akan membuat adegan berebut koper hingga kereta itu berangkat.

Fatimah berjalan mengikuti langkah Reynard didepannya. Bahkan pria itu sudah masuk ke dalam kereta. Seolah sudah tahu gerbong dan nomor berapa kursinya. Rasanya Fatimah sudah tak heran lagi akan sikap Reynard yang seperti peramal.

Setelah memasuki kereta, Fatimah mencari nomor tempat duduknya. Membiarkan Reynard yang mengurus kopernya. Wanita itu mendapatkan tempat duduk disamping jendela. Dan tak lama setelah dia duduk, Fatimah melihat Reynard yang berjalan melewatinya.

Menyadari sesuatu, Fatimah lantas mengerutkan keningnya. Jika Reynard bisa masuk sampai ke dalam kereta, berarti pria itu juga naik kereta ini. Fatimah lantas menoleh. Mendapati Reynard yang duduk tepat dibelakangnya.

"Anda juga mau ke Jogja?" tanya Fatimah pelan. Pasalnya baju pria itu tak seperti orang yang mau bepergian. Apalagi Fatimah tak melihat Reynard membawa barang bawaan apapun.

Langit QalbuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang