Fatimah menghela nafas panjang. "Kalau begitu, talak adek sekarang juga," ucapnya dengan bibir bergetar.
Akhtar tidak bisa tidak terkejut ketika mendengarnya. Apa kata Fatimah tadi? Talak? Istrinya itu meminta talak kepadanya?
Pria itu mengeraskan rahangnya. Tanpa sadar, dia semakin mengeratkan genggaman tangannya pada Fatimah. Sehingga membuat wanita itu meringis kesakitan.
Fatimah menatap Akhtar dengan mata yang sudah berkaca-kaca. Dia menggelengkan kepalanya pelan. Tak menyangka jika sang suami dengan tega menyakitinya seperti ini.
"Mas," lirihnya memohon.
Tangan wanita itu bahkan sudah memerah sekarang. Sementara Akhtar masih tetap saja diam di posisinya. Tak melepaskan ataupun melonggarkan genggaman tangannya.
"Mas, tolong lepasin. Sakit," pintanya lagi dengan lirih.
Ada apa dengan suaminya? Kenapa pria itu sampai tega menyakitinya seperti ini?
"MAS," panggilnya keras. Menyadarkan sang suami akan perbuatan yang telah dia lakukan padanya sekarang.
Akhtar tersentak. Dia menatap Fatimah yang sudah menangis terisak. Matanya kemudian beralih ke tangannya yang menggenggam pergelangan tangan sang istri sampai memerah.
Menyadari akan kesalahannya, pria itu langsung melepaskan genggamannya pada tangan sang istri.
"Dek, kamu gapapa?" tanyanya khawatir.
Akhtar ingin memeriksa tangan Fatimah yang memerah karenanya. Tapi sebelum pria itu menyentuh tangan sang istri, Fatimah langsung menghindarinya.
Melihat itu, Akhtar semakin merasa bersalah. Dia sungguh semakin membenci dirinya sendiri. Dia sungguh semakin menyalahkan dirinya sendiri.
Kenapa dirinya tadi sampai bisa kehilangan kendali? Kenapa dirinya tadi sampai emosi dan melampiaskannya ke istrinya itu?
Ya Rabb. Sudah berapa kali dia menyakiti Fatimah. Sudah berapa kali dia membuat Fatimah menangis. Dan sudah berapa kali dia mengecewakan Fatimah.
Akhtar mengusap wajahnya kasar. Matanya memerah. Tak kuasa akan semua masalah yang dia tanggung sekarang.
Pria itu lalu menatap sendu sang istri dengan mata yang sudah berair. Dilihatnya Fatimah yang masih menangis karenanya. Membuat setetes air mata jatuh dari mata kanannya.
Dengan posisi yang masih berlutut di depan Fatimah, pria itu lalu meletakkan kepalanya di pangkuan sang istri.
Bahunya bergetar. Menandakan jika Akhtar sekarang sedang menangis di pangkuan Fatimah.
Akhtar sungguh merasa sangat gagal untuk menjadi suami yang baik. Akhtar sungguh sangat berdosa sekarang.
"Tolong maafin mas. Maaf. Maaf karena sudah berkali-kali buat kamu kecewa. Maaf karena sudah berkali-kali buat kamu menangis. Dan maaf karena sudah berkali-kali menyakiti kamu,"
"Maaf Humaira. Maaf. Maafin mas. Tolong jangan meminta talak ke mas. Tolong jangan pergi ninggalin mas. Mas sayang kamu. Mas cinta kamu. Ana uhibbuka fillah ya zaujati."
Fatimah semakin terisak ketika mendengarnya. Dia menutup mulutnya. Meredam tangisnya yang pecah karena sang suami.
Allah. Apa yang harus dia lakukan sekarang? Pilihan mana yang terbaik untuk mereka? Dan keputusan apa yang harus diambilnya ini?
Apa dia harus mengakhiri rumah tangganya dengan Akhtar sampai di sini? Apakah dia bisa?
Ataukah dia harus memilih untuk menetap dan ikhlas berbagi suami dengan Nayla? Bisakah dia?
KAMU SEDANG MEMBACA
Langit Qalbu
Spiritual"Bersamamu, aku pernah bahagia. Tapi, bersamamu aku juga pernah terluka." -Fatimah Ghazala Humaira- "Maafkanlah atas semua luka yang telah kutorehkan padamu. Walaupun aku tau jika luka itu akan selalu membekas pada hatimu." -Akhtar Ghazi Arkananta- ...