....
Lelaki itu kembali duduk di sebelah Alen. Ia betulkan letak selimut di tubuh si gadis. Dan membiarkan salah satu lengannya tetap dipegangi.
Alen bungkam, Tama hanya bisa menunggu. Pria itu menanti sampai Alen menemukan waktunya untuk buka suara. Ia tak keberatan saat pergelangan tangan semakin dicengkeram erat oleh jemari gemetar si gadis.
Setengah jam berlalu, Tama mulai putar otak. Ia harus dapat cara. Setidaknya, ia harus bisa membuat Alen buka suara dan menerangkan apa yang sudah terjadi.
"Tam ...."
Lelaki itu mendekat. Menarik lepas selimut di pangkuan Alen, agar bisa menggenggam satu tangan si gadis. Sorot mata lelaki itu menunjukkan kesungguhan. Ia sungguh akan mendengarkan apa pun yang si perempuan ceritakan.
"A-aku enggak tahu harus cerita sama siapa, Tam."
Bibir Tama mengulas senyum maklum. Pria itu mengusap wajah Alen. "Aku enggak ke mana-mana padahal. Di sini terus. Kamu datang besok pas hujan udah reda, atau besoknya lagi, aku juga masih di sini."
Isakan Alen terdengar. Bahu gadis itu bergetar, kepalanya makin jatuh tertunduk.
"Kenapa?" Seolah tak bosan, Tama kembali bertanya dengan intonasi membujuk.
Alen membawa pandangan naik, hingga bertemu mata dengan Tama. Gadis itu menggigit bibir kuat, sebelum akhirnya berkata, "Aku telat. Aku terlambat datang bulan, Tama."
....
KAMU SEDANG MEMBACA
Jerat Cinta Mantan Calon Ipar
RomanceSehari sebelum pernikahannya, Rhadi, calon suami adikku, datang dan berkata ingin mangkir. Seluruh keluarga malu, adikku patah hati, dan aku yang paling marah sebab dia membuatku seolah jadi pihak ketiga yang merusak hubungannya dengan adikku. Padah...