Jake sudah mengganti baju Mark dan Dia juga sudah mengganti bajunya yang basah karena memapah Mark.
"Kenapa kamu kesini? Bukannya jagain temen kamu" Mama yang sedang masak di dapur.
"Jake kan udah bilang, Bukan temen Jake" ucap Jake.
"Kamu ini yah, jangan gitu sama temen kamu. Masa sampai kehujanan gitu di depan rumah"
"Terserah Mama, Jake laper"
"Iya maaf Mama tadi pulang dari pasarnya nunggu hujan reda jadi kesiangan bikin sarapannya"
"Kamu hari ini pulang?" Tanya Mama.
"Gak, males"
"Emang gak di cariin kakak kakak kamu"
"Ma, Jangan bahas deh. Jake pengin di sini aja"
"Gak bisa gitu Jake, Kan-"
"Iya" potong Jake.
Mama memang tau soal Jake yang memiliki 2 Kakak namun Mama tidak pernah bertemu atau melihat wajah kedua anak dari Ayah Jake.
"Kamu sarapan dulu, Mama mau liat temen kamu" ucap Mama berjalan ke arah kamar Jake.
Jake menatap kepergian Mamanya dan mulai berfikir apa Jake bilang saja jika orang itu Mark, Anak pertama Ayah.
Mama masuk ke kamar Jake dan Mark masih belum bangun, Suhu badan Mark juga masih tinggi.
Merasa Air untuk kompresan Mark sudah dingin membuat Mama berniat menggantinya.
Saat Mama berjalan keluar ternyata Mark sedikit membuka matanya.
Badannya benar-benar lemas sekarang. Jake brengsek, ini terjadi karena dirinya dan bodohnya Mark juga ngapain nungguin Jake di luar rumah lalu kenapa harus hujan juga. Menyebalkan.Mama kembali ke kamar dan Mark ternyata sudah duduk bersandar.
"Udah bangun? Gimana ada yang sakit?" Tanya Mama Jake dan Mark hanya diam.
Mark tiba-tiba tersentak saat telapak tangan Mama Jake menyentuh dahinya. Mark sudah lama dan sangat lama tidak merasakan sentuhan hangat dari tangan seorang ibu. Membuat entah kenapa Air mata Mark lolos begitu saja. Dulu jika Mark sakit pasti ibunya akan melakukan hal yang sama seperti yang Mama Jake lakukan.
"Kenapa? Ada yang sakit? Bilang aja sama Tante" ucap Mama Jake membuat Mark reflek menghapus air matanya.
Pas banget Jake masuk ke kamar.
"Jake ambilin bubur buat temen kamu yang tadi mama masak" ucap Mama ke Jake membuat Jake mendengus sebal lalu keluar lagi dari kamarnya.Sedangkan Mark yang mendengar kata 'temen' dari Mama Jake, sepertinya Mama Jake belum tau jika Mark itu kakak tertua Jake. Ya emang mereka tidak pernah bertemu. Mark saja baru kali ini melihat Mama Jake dan Mama Jevan juga waktu itu.
"Maafin Jake yah, Dia emang suka iseng sama temennya" ucap Mama sambil tersenyum ke arah Mark.
Mark melihat itu merasa nyaman, senyuman seorang ibu yang sangat Mark rindukan sampai akhirnya Jake merusaknya.
"Nih" ucap Jake memberikan bubur ke Mark.
"Panas" ucap Mark dan mangkuk itu langsung diambil alih sama Mama.
"Lebay" ucap Jake yang menjatuhkan dirinya di samping Mark yang kosong membuat Mark ingin mengumpat jika tidak ada Mama Jake.
"Ini emang panas Jake, Kamu ini" ucap Mama.
Jake tidak memperdulikan itu dan lebih fokus ke ponselnya membuat Mark juga mencari dimana ponselnya.
"Ponsel Gua" ucap Mark.
"Jake ponsel temen kamu mana?"
"Jake cuci sama bajunya tadi" ucap Jake dan Mark melotot.
"Yang bener aja!" Mark.
Jake akhirnya berjalan ke meja di sebrang ranjang dan mengambil ponsel milik Mark namun saat ingin memberikan ke Mark yang Jake lihat Mamanya sedang menyuapi Mark.
"Yang gantiin baju-"
"Gua" jawab Jake cepat.
"Semuanya?" Tanya Mark membulatkan matanya.
"Iya sampai Daleman Lo dan Gua udah liat punya Lo kecil" ceplos Jake.
"Anjing Lo" ucap Mark tanpa sadar.
"Is Jake, jangan gitu" Mama memperingati.
"Emang kecil juga" ucap Jake lagi membuat Mark rasanya ingin menghajar Jake.
"Awas aja Lo, Gua hajar nanti"
"Mama lihat kan, usir Dia Ma. Lagian Dia bukan temen Jake" ucap Jake ke Mama.
"Ya kamu, jangan usil dong. Kalo bukan temen kamu terus siapa?" Tanya Mama masih menyuapi Mark.
"Saya Kakaknya Jake Tante" ucap Mark membuat Mama menghentikan pergerakan tangannya yang sedang mengaduk bubur supaya tidak panas.
KAMU SEDANG MEMBACA
✅ He's My Brother
FanfictionHubungan yang sulit untuk Mark Jevan Jake. Mereka 1 ayah tapi beda ibu dan harus tinggal bersama. Cukup memuakan untuk ketiganya karena harus menerima satu sama lain sebagai saudara di usia mereka sekarang. Apakah seiring berjalanya waktu akhirnya m...