"Ma, Mama minum obat apa?" Tanya Jake.
"Oh, ini vitamin" ucap Mama tersenyum ke arah sang putra.
Tok
Tok
Tokkk
Mendengar ketukan Pintu membuat Mama Fani dan Jake melihat ke arah pintu, lalu pintu terbuka.
"Permisi" ucap seseorang yang menyembulkan kepalanya di sela-sela pintu.
"Kalian" ucap Jake.
"Temannya Jake? Ayo masuk" ucap Mama Fani membuat Jay membuka pintu dan masuk diikuti yang lain.
"Siang Tante"
"Siang, Tante tinggal keluar sebentar ya"
"Jake mau titip apa gak?" Tanya Mama.
"Enggak Ma"
Setelah itu Mama Fani keluar dari kamar rawat Jake meninggalkan Jake bersama teman-temannya.
"Tadi nyokap Lo?" Tanya Jay karena mereka baru melihat wajah Mama Jake.
"Iya"
"Gimana keadaan Lo?" Tanya Tian.
"Ya kaya yang kalian lihat"
"Tapi Lo bangunnya kelamaan!" Hyuka.
"Empat hari doang" Jake.
"Empat hari doang kata Lo! Lo gak tau gimana cemasnya semua orang apalagi Gua!" Jay.
"Dia sampai gak napsu makan tau gak" Raka.
"Kenapa? Nghawatirin Gua?"
"Ngehawatirin karir Dia lah, Kan yang ngurus motor Lo itu Dia bahkan sebelum balapan" Shaka.
"Terlebih pas tau Lo Adek Mark sama Jevan, Bisa-bisanya Lo gak cerita hal itu ke kita" Tian.
"Ya kalau cerita Kalian mau apa?"
"Udah-udah, yang penting ni anak udah gak papa" Hyuka.
"Lo pada gak liat ni leher Gua" ucap Jake yang masih menggunakan penyanggah leher.
"Tapi serius Gua lebih Syok pas liat Bang Mark khawatir sampai ngumpat waktu liat Lo gak sadarin diri" Raka.
"Jangan lupain Bang Jevan yang hampir baku hantam sama Bang Eric dan kelihatan nyawa bang Jevan kaya hilang setelah Lo kecelakaan" jelas Jay.
"Bener Jake, Bang Jevan yang Gua pikir orangnya cuek tapi waktu Bang Mark ikut Lo ke rumah sakit dan Dia minta Bang Jevan buat ngurus di sirkuit setelah itu Bang Jevan ngalamun terus" Tian.
Setidaknya Jake tau bagaimana sikap Mark dan Jevan setelah Ia kecelakaan, soalnya Jake benar-benar langsung kehilangan kesadaran setelah terbentur dengan aspal saat itu juga.
.
.
Jake akhirnya sudah bisa keluar dari rumah sakit. Penyanggah lehernya juga sudah di lepas.
Jake menempati kamar bawah, kamar yang di tempati Mark saat kakinya sakit waktu itu sebenarnya kamar itu di tempati Mama Fani beberapa hari ini.
"Pelan-pelan" ucap Jake.
"Ini juga pelan" Jevan yang memang memapah tubuh Jake.
"Bantalnya dulu" ucap Jake.
"Crewet banget sih" Jevan langsung menata bantal untuk Jake bersandar.
"Ini juga gara-gara Lo" Jake.
"Jake, Bahasanya" ucap Mama Fani saat masuk ke dalam kamar bersama Mark dan Mark terkekeh melihat itu.
"Lagian ni Jevan-"
"Kakak" Mama memotong ucapan Jake.
"Ka- ahhh Mamaaaaa" rengek Jake membuat Mark dan Jevan tertawa apalagi Jevan.
"Kakak, inget tuh" ucap Jevan.
"Lo juga tuh ke Kak Mark" Jake pada Jevan dan menekankan setiap kata 'Kak Mark'
"Gak lahh, kita kan bestie" Jevan merangkul Mark dan Mark langsung mendorong dahi Jevan sampai Jevan melepaskan rangkulannya.
"K A K A K" ucap Mark pada Jevan lalu tersenyum karena Ia merasa menang atas kedua Adeknya itu.
"Udah, Mama mau masak. Kalian mau di masakin apa?" Tanya Mama Fani setelah membereskan barang-barang Jake.
"Apa aja yang penting masakan Mama" Jake seperti biasa.
"Kalau kamu masih makan bubur" ucap Mama.
"Ma, ayolahh" Jake.
"Ya udah nanti Mama masakin yang gampang kamu telen aja yah" ucap Mama.
Mama Fani sedang masak di dapur di temani beberapa pelayan namun tiba-tiba ia batuk membuatnya menutup mulutnya dengan tangan namun saat melihat telapak tangannya ternyata Ia batuk darah.
"Nyonya tidak papa?" Tanya Bibi yang melihat itu dan merasa khawatir.
"Ah saya tidak kenapa-kenapa" ucap Mama Fani lalu mencuci tangannya.
"Lebih baik Nyonya istirahat saja, Biar kami yang melanjutkan memasak" ucap Bibi.
"Tidak perlu khawatir, lagi pula sebentar lagi selesai" ucap Mama Fani tetap menolak untuk istirahat.
"Ada apa?" Tanya Jevan yang berjalan ke arah dapur.
"Nyonya Fani batuk darah Tuan"
"Lagi?" Ucap Jevan.
Iya, ini kali kedua Jevan memergoki Mama Fani batuk darah. Yang pertama kali saat mereka pergi berdua.
"Lebih baik Tante istirahat, Pasti Tante kecapean atau perlu ke rumah sakit buat periksa?" Tanya Jevan karena Ia belum tau soal penyakit Mama Fani.
"Ya udah Tante istirahat aja" ucap Mama Fani pada akhirnya.
"Tante istirahat di kamar Jake aja di atas soalnya kan sekarang Jake di kamar yang harusnya Tante tempatin" ucap Jeno.
Akhirnya karena tidak ingin Jevan terlalu banyak bertanya atau malah memaksanya untuk ke dokter jadi Mama Fani menuruti ucapan Jevan.
"Tante Fani mana?" Tanya Mark pada Bibi.
"Istirahat di kamar Jake" Jevan yang sedang di sofa ruang tengah.
"Gua udah liat Tante Fani batuk darah dua kali, kita ajakin periksa aja gimana?" Ucap Jevan pada Mark.
Sedangkan Mark bingung harus bilang apa."Nanti Gua bilang ke Ayah" Ucap Mark.
KAMU SEDANG MEMBACA
✅ He's My Brother
FanfictionHubungan yang sulit untuk Mark Jevan Jake. Mereka 1 ayah tapi beda ibu dan harus tinggal bersama. Cukup memuakan untuk ketiganya karena harus menerima satu sama lain sebagai saudara di usia mereka sekarang. Apakah seiring berjalanya waktu akhirnya m...