HMB 8

3.7K 347 32
                                    


"Gitu banget sama Gua yah!" Jake.

"Apaan sih Lo?" Jevan.

"Cuman beli makanan dua?" Tanya Jake.

Mark dan Jevan menyerngitkan dahinya.

"Jangan bilang Lo mau makan ini juga" ucap Mark.

"Inget lagi sakit, makan makanan rumah sakit aja"

"Ogah makan makanan bayi"

"Lo kan emang masih bayi" ledek Jevan.

"Kalo Lo udah sembuh terserah mau makan apa, makan batu juga silakan yang penting jangan pas lagi nyusahin Gua kayak gini! Gak usah kekanakan Lo" Mark. Mendengar itu Jake mendengus sebal.



jam 10 malam.

"Gua balik deh, bisa-bisa ikut sakit kalo lama-lama di sini" Jevan.

"Enak aja, Lo yang di sini malam ini. Gua yang pulang" Mark.

"Kenapa Gua? Nyesel Gua kesini" Jevan.

"Dia Adek Lo, Jagain" Mark.

"Dia juga adek Lo, sialan" Jevan.

"Gua gak punya kakak kaya Lo berdua bangsat!" Kesal Jake.

"Bisa diem gak si kalian! Kalo mau pergi ya pergi aja! Gak usah sok peduli sama Gua!!" Jake lalu memunggungi keduanya.

"Gak tau diri Lo" Jevan ke Jake.

Mark menarik Jevan keluar dari kamar rawat Jake.




"Brengsek tu anak emang kaya Lo" ucap Jevan.

"Lo mau Gua hajar di sini?" Mark.

Jevan berlalu pergi dengan motornya diikuti Mark juga pergi dengan motornya.

Jake tertidur setelah mengusir kedua kakaknya, Dia memang sedikit pusing tambah lagi dengan obat yang Dia minum membuatnya semakin mengantuk namun kedua kakaknya malah berisik dan itu membuat Jake kesal.

Entah jam berapa, mungkin tengah malam Jake terbangun karena mendengar suara pintu tertutup.
Dia membuka mata dan tidak ada siapapun di kamarnya.

Jake menengok ke nakas di samping ranjangnya dan melihat dua box di atasnya.

Jake mencoba duduk dan menyandarkan tubuhnya lalu mengambil dua box itu dan menaruhnya di atas pangkuannya.

Jake menaikan satu alisnya saat membuka kotak teratas.



Makanan yang persis seperti yang Mark dan Jevan makan tadi, entah kenapa senyuman Jake mengembang melihat itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Makanan yang persis seperti yang Mark dan Jevan makan tadi, entah kenapa senyuman Jake mengembang melihat itu.

Lalu Jake membuka kotak ke dua dan puding?

Persetan siapapun yang menaruhnya di sana, Jake tidak perduli

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Persetan siapapun yang menaruhnya di sana, Jake tidak perduli. Dia hanya makan sedikit tadi karena tidak napsu melihat makanan yang di sediakan rumah sakit.

Setelah makan Jake malah tidak mengantuk dan memutuskan turun dari ranjang, keluar dari kamar dan Sekalian membuang sampah.

Dia berjalan di lorong rumah sakit, tidak terlalu ramai karena memang sudah jam 1 lebih tapi juga tidak terlalu sepi masih ada beberapa orang yang berlalu sepertinya keluarga pasien yang di rawat di sini.

Sayang Dirinya tidak ada yang menemani, ya ada kedua kakaknya yang sangat mengganggu dan Jake sudah mengusirnya.

Jake masih berjalan dengan menyeret tiang infus sambil mengelilingi rumah sakit dengan gabutnya.

Namun tanpa Jake sadari ada yang mengikuti Dirinya sejak keluar dari kamar, Jake sekarang bersandar pada tiang pembatas dan menatap langit-langit yang bahkan tidak ada bintang satupun.

Namun tanpa Jake sadari ada yang mengikuti Dirinya sejak keluar dari kamar, Jake sekarang bersandar pada tiang pembatas dan menatap langit-langit yang bahkan tidak ada bintang satupun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Anak Gila"

"Ngapain tengah malam jalan-jalan, bukannya tidur" Grutu Jevan sambil menatap Jake dari kejauhan.

.

.

Esoknya Jake ternyata sudah bisa pulang. Mark yang menjemput Jake dengan mobil karena gak mungkin kan pakai motor bisa-bisa sakit lagi si Jakenya kena angin, mana Mark kalo naik motor kaya setan. Jake juga sih tapi ya gak untuk situasi Dia sekarang.

Mark lanjut ke kampus dan yang Dia lihat saat pertama kali datang adalah sebuah kerusuhan di lapangan.

Saat Mark melihatnya ternyata itu Jevan dan Darrel yang sedang berkelahi.

"Kenapa lagi sih mereka" ucap Mark lirih karena Jevan dan Darrel udah terkenal tidak akur entah karena apa Mark juga tidak tau.

Sampai akhirnya Mark melihat Dewa menarik Jevan yang sedang menghajar Darrel untuk menjauh.

"Lepas!" ucap Jevan memberontak dari Dewa.

Darrel mengusap darah di sudut bibirnya lalu tersenyum remeh menatap Jevan lalu berucap tanpa suara ke arah Jevan.

"Brengsek! Sini Lo, Gua habisin!!" Jevan semakin marah ke Darrel yang sudah berjalan pergi.

Mark menaikan satu alisnya saat melihat setiap kata yang Darrel ucapkan.



'p e l a c u r'

"Tolol, gak usah diem aja Lo" kesal Dewa menatap Haikal dan Javi.

"Pake Lo pisahin" Javi.

"Lagi seru juga" Haikal.

"Punya temen bego semua" Rehan.

"Mirror" Haikal.

"Badan Gua lebih kecil dari Jevan yah bangsat, nanti Gua yang kena bogem" Rehan.

"Alibi yang bagus, pertahankan" Javi menepuk pundak Rehan.

"Woy udah selesai, bubar Lo pada" Rehan ke anak-anak yang menonton.

"Jev, udah. Gak perlu di pikirin, Darrel kan emang gitu" ucap Dewa mencoba membuat Jevan lebih tenang.

Namun tatapan Jevan dan Mark bertemu, Jevan menyingkirkan tangan Dewa dari tubuhnya lalu Dia pergi.

"Jev, Elahhh" Haikal dan yang lain menyusul kepergian Jevan.





✅ He's My BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang