HMB 17

3.6K 415 35
                                    



Mark terbangun dan melihat ranjang di sampingnya kosong. Kemana lagi si Jevan? Mark akhirnya mencoba mengirim Chat pada Jevan.

Melihat jawaban Jevan membuat Mark memutuskan untuk berjalan keluar dari kamar Jake

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Melihat jawaban Jevan membuat Mark memutuskan untuk berjalan keluar dari kamar Jake.

"Ngapain Lo di sini?" Mark.

"Lo udah nanya di chat yah" Jawab Jevan sambil menghembuskan asap dari gulungan nikotin yang Dia hisap.

Suara tarikan nafas dari Jevan terdengar di telinga Mark.

"Kapan Lo sembuh?" Tanya Jevan.

"Kenapa?"

"Gua mau balik, kuliah"

"Besok kita balik" ucap Mark di angguki Jevan.

"Enakan di sini apa di rumah?" Tanya Mark membuat Jevan menatapnya sambil mengerutkan kening.

"Maksud Lo?"

"Enggak, lupain. Gua mau tidur biar besok sembuh"

"Ya sana, ngapain pamitan ke Gua. Pengin Gua kelonin?" Ucap Jevan dengan senyum miringnya.

"Sat" ucap Mark dan Jevan terkekeh.

Setelah Mark masuk, Jevan merubah raut wajahnya lagi menjadi datar, menyandarkan tubuhnya di kursi lalu memejamkan mata.

.

.

"Loh, Jevan udah bangun?" Tanya Mama yang melihat Jevan di luar rumah dan Ini masih sangat pagi.

"Iya, Tante" padahal Jevan dari semalam di luar.

"Dingin loh di luar, mending duduk di dalem aja"

"Tante mau kemana?"

"Mau ke pasar"

"Emm, mau Jevan anter?"

"Gak usah, deket kok"

"Gak papa Tante, Sekalian Jevan manasin motor"

Manasin motor apanya, Jevan malah ikut belanja. Ini kali pertama Jevan belanja di pasar, ya sepertinya.

"Bu Fani, sama siapa?" Tanya salah satu penjual.

"Kakaknya Jake"

"Kakak Jake? anaknya ibu mah ganteng-ganteng" ucap si penjual dan Mamanya Jake tersenyum sambil memilih sayuran yang ingin Dia beli.

"Masih ada satu lagi kakaknya Jake, gak kalah ganteng juga" ucap Mamanya Jake.

Jevan tentu saja melihat dan mendengar itu, entah kenapa membuat senyuman tipis tercetak di wajahnya.

"Tiga, cowo semua?" Tanya si penjual lagi dan Mama Jake mengangguk.

"Kok gak pernah keliatan, lebih sering liat Jake. Ini Jake aja udah lama banget gak keliatan"

"Iya kakaknya tinggalnya jauh, ini Jake juga ikut kakaknya. Biar deket sama tempat kuliahnya" ucap Mama Jake.

.

.

.

Mendengar suara motor memasuki halaman rumah membuat membuat Jake dan Mark yang duduk berdua di sofa dengan jarak yang berjauhan pun saling tatap.

"Gua pikir Lo pu- Lo dari mana?" Tanya Mark saat Jevan masuk dan membawa kantung belanja.

"Kok sama Mama?" Jake.

"Jevan habis anterin Mama ke Pasar, sekalian bantuin Mama belanja" ucap Mama.

"Kenapa Mama gak ngajak Jake aja"

"Kamu sekarang mana mau bangun pagi" ucap Mama.

"Ya bangunin aja" Jake menyusul sang Mama ke dapur.

"Waktu Mama kebuang kalo cuman bangunin kamu, keburu pasar tutup"

"Maaaaa" Rengek Jake lalu tatapannya dengan Jevan bertemu.

"Apa!" ucap Jake dengan nada datar karena Jevan menatapnya dengan tatapan aneh. Ya aneh lah liat Lo yang poker face jadi baby face.

"Jevan mandi dulu aja, soalnya dari pasar pasti bau, nanti pake baju Jake lagi" ucap Mama.

Jake udah pasrah, mau nolak percuma dari kemarin Mark dan Jevan udah make baju Jake.

"Tante, maaf" Mark menghampiri mereka.

"Kita hari ini mau pulang"

"Pulang? Emang kamu udah mendingan?"

"Udah kok Tante" ucap Mark.

"Ya udah kalo mau pulang gak papa, tapi abis sarapan yah. Tante udah belanja banyak kalo makan sendiri kan gimana?"

"Ma, kan ada Jake" Jake.

"Lo pulang sama kita" Jevan

Jake baru mau protes "Jangan nambah masalah bisa?" Mark.

"Kamu udah 3 hari di sini loh, kuliah kamu gimana? Terus kalo Ayah pulang nyariin gimana?" ucap Mama.

"Ya udah" jawab Jake pasrah.




Mereka sudah mau pulang, tinggal menunggu Jake yang entah lagi ngapain di dalam.

"Gak pengin pulang kan Lo" Mark.

"Lo kali" Jevan.

Padahal keduanya sama aja, Sama-sama gak pengin pulang. Walopun mereka hanya sehari di sini bahkan Jevan gak nyampe sehari di sini tapi rasanya berbeda.

Mereka merasa nyaman, mungkin juga karena Tante Fani aka Mama Jake welcome ke mereka jadi mereka tidak terlalu canggung di sini padahal ini kali pertama mereka bertemu.

Bukan hanya Mark, tapi Jevan juga awalnya berfikir kalo Mamanya Jake tidak akan suka atas keberadaanya. Namun sikap Mama Jake berbanding terbalik dari yang mereka fikirkan.

Terlebih Jevan yang baru merasakan moment seperti ini berbeda saat Jevan bersama ibunya, sangat berbeda.

"Iya, Mama jaga kesehatan kalo ada apa-apa telfon Jake aja" Jake.

Mark dan Jevan yang awalnya duduk di kursi depan pun berdiri.

"Tante, kita pamit yah" ucap Mark dan Mama menyodorkan tangan membuat Mark salim dan begitupun dengan Jevan.

"Hati-hati bawa motornya, gak usah ngebut pelan-pelan aja" ucap Mama membuat Jevan dan Mark mengangguk.

Mark dan Jevan berjalan ke arah motor mereka yang sudah dikeluarkan dari area rumah. Mereka sudah duduk di atas motor lalu melihat ke arah Jake yang masih mendapat pelukan dan kecupan dari sang Mama.




Iri? Iya Jevan dan Mark Iri.




✅ He's My BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang