"Kenapa?"
"Ibu cantik"
"Sudah pandai menggoda"
"Bu"
"Ya?"
"Jevan ingin ikut"
"Tidak bisa sayang"
"Jevan mau sama Ibu"
"Masih ada Ayah"
"Tapi- Bu, Ibu..."
"Jevan"
"Jevan, bangun"
"Ibu..." Jevan membuka matanya dengan nafas yang terengah.
Dia melihat Mama Fani lalu Jevan mendudukan tubuhnya.
"Kamu bermimpi?" Tanya Mama Fani mengusap peluh di dahi Jevan.
"Maaf Tante, Jevan ganggu tidur Tante yah?" Ucap Jevan.
"Bermimpi Ibu yah?" Tanya Mama Fani dan Jevan hanya mengangguk membuat Mama Fani mengusap puncak kepalanya dan terdengar isakan dari Jevan yang posisinya menunduk.
Mama Fani membawa Jevan kedalam pelukannya, Ia mengusap punggung Jevan dengan tangan yang masih di infus.
"Ibu kamu pasti sudah bahagia di sana Jevan, Dia pasti juga bahagia melihat putranya sudah tumbuh dengan baik heumm"
Mama Fani melepas pelukannya lalu menghapus Airmata Jevan.
"Kamu bisa anggap Tante seperti Ibu kamu. Jika kamu rindu dengan Ibu kamu, Kamu bisa mencari Tante kapan pun" ucap Mama Fani.
"Kalau begitu Tante harus sembuh" ucap Jevan membuat Mama Fani tersenyum.
"Tapi Tante" Jevan.
"Kenapa?"
"Jake pasti akan marah jika Jevan menjadi Kakaknya, Dia akan terus menggerutu" ucap Jevan membuat Mama tertawa pelan.
"Tapi Kamu dan Mark kan memang sudah menjadi Kakak Jake, Jevan" ucap Mama Fani membuat Jevan tersenyum.
"Jevan beneran jadi anak Tante?" Tanya Jevan lagi.
Yah Jevan tetaplah Jevan.
"Iya, jangan sungkan sekarang sama Tante atau mau panggil Mama?" Jevan otomatis membulatkan mata sipitnya.
.
.
"Kuliah Jevan! Gua aduin Ayah nih" Mark.
"Iya, masih pagi juga"
"Ya Lo harus pulang mandi ganti baju" Mark.
"Langsung ke kampus Gua"
"Minimal ganti baju lah"
KAMU SEDANG MEMBACA
✅ He's My Brother
FanfictionHubungan yang sulit untuk Mark Jevan Jake. Mereka 1 ayah tapi beda ibu dan harus tinggal bersama. Cukup memuakan untuk ketiganya karena harus menerima satu sama lain sebagai saudara di usia mereka sekarang. Apakah seiring berjalanya waktu akhirnya m...