HMB 33

3.5K 429 39
                                    

Mark berada di ruang rawat Jake bersama Mama Fani namun Mark sejak tadi hanya duduk dan diam.

Mama Fani juga tidak berucap apapun setelah melihat reaksi Mark, Dia hanya takut Mark akan memberitahu Jake soal keadaanya.

Pintu terbuka dan itu Jevan. Namun setelah Jevan masuk Mark malah pergi keluar.

"Lahh, Gua baru dateng kenapa pergi?" Ucap Jevan.

"Jevan, Tante titip Jake ya" ucap Mama Fani lalu keluar dari kamar rawat Jake juga.

"Iya Tante" Jevan.

Mama Fani menyusul kepergian Mark.

"Mark" panggil Mama Fani.

"Mark tunggu" panggil Mama Fani mencoba menyusul langkah Mark.

Entah kenapa Mark terlihat sangat marah padanya setelah Ia tau soal keadaanya.

"Mark.." Mama Fani akhirnya meraih lengan Mark dan menghentikan langkahnya.

"Kenapa Tante egois sih!" Hal yang terucap pertama kali oleh Mark.

Mama dapat melihat wajah Mark yang memerah. Mama Fani membawa Mark untuk berbicara berdua karena mereka masih berada di lorong rumah sakit.

"Jake pasti gak tau kan?" Tanya Mark dingin.

"Alasan Tante nyuruh Jake tinggal sama Ayah karena penyakit Tante kan?" Lanjut Mark.

"Mark-"

"Kenapa kalian semua seegois ini! Kenapa Tante kaya Bunda yang nyembunyiin hal sepenting ini dari anaknya! Apa dengan nyembunyiin hal kaya gini akan ngebuat Jake jadi lebih baik? Enggak Tant, Jake akan lebih hancur jika Ia tau hal ini paling akhir!" Ucap Mark dengan entahlah rasa kesal amarah dan kecewa.

Mama Fani lalu membawa Mark kedalam pelukannya.

"Jake akan sangat merasa bersalah kalau Dia gak tau apapun soal masalah ini, Jake akan merasa gak berguna sebagai anak karena membiarkan Mamanya merasakan sakit sendirian" ucap Mark dalam pelukan Mama Fani lalu terdengar isakan dari Mark.

Iya, alasan kenapa Mama Fani meminta Jake untuk tinggal dengan Ayah Dirga adalah soal penyakitnya. Mama Fani tidak mau Jake tau soal apa yang terjadi dengannya. Apalagi jika Mama Fani sering bolak balik ke rumah sakit.

Jika Jake tinggal dengan Ayahnya, Mama Fani tidak akan khawatir kalau Jake akan tau soal hal itu. Yang menghubungi dan mencari Ayah Dirga duluan adalah Mama Fani.

.

.

Mama Fani sedang dalam perjalanan pulang bersama Ayah setelah Jevan meyakinkannya untuk menjaga Jake malam ini.

"Bagaimana bisa kamu gak bilang hal itu sama Aku!" Ucap Ayah sambil fokus membawa mobil.

Ayah juga tidak tau soal penyakit yang di derita Mama Fani. Dia baru tau setelah Mark memberitahunya tadi tanpa Jevan.

"Karena ini masalah Aku, Mas" Mama.

"Masalah kamu? Kalau kamu kenapa-kenapa bagaimana dengan Jake?"

"Masih ada kamu" ucap Mama.

Ayah menepikan mobilnya.

"Apa yang Mark katakan setelah tau kamu sakit?" Tanya Ayah dan Mama Fani tidak menjawab.

"Ibu Mark meninggal karena kanker hati dan Mark baru tau setelah Ibunya meninggal" ucap Ayah membuat Mama Fani terkejut.

Mama Fani jadi paham kenapa Mark bersikap seperti itu padanya, terlihat Mark menatapnya dengan raut wajah kecewa dan marah.

"Aku berusaha dan melakukan apapun untuk kesembuhan Ibu Mark tapi harapan untuk sembuh sangat kecil dan akhirnya Dia maninggal. Mark sangat marah padaku saat itu Dia bahkan terus menolak untuk tinggal denganku" jelas Ayah.

"Mas, Aku gak tau kalau-"

"Maka dari itu, jangan sembunyikan apapun dari ku. Jika kamu tidak mau Aku melakukan itu untuk mu, Aku akan melakukan itu untuk Jake"

"Kamu masih bisa sembuh dengan transplantasi hati kan? Aku akan mencarikannya" ucap Ayah Dirga.

.

.

Besoknya Jevan yang tertidur di sofa terbangun lalu melihat Mark yang sedang sarapan.

"Akhhh badan Gua" ucap Jevan sambil mendudukan dirinya.

"Lo beliin Gua sarapan gak?" Tanya Jevan.

"Minimal cuci muka dulu lahh" ucap Mark.

"Ck" decak Jevan lalu berdiri dan melangkah ke kamar mandi.

"Jorok"

Jevan yang belum masuk ke kamar mandi menghentikan langkahnya sambil sedikit memiringkan kepalanya seperti sedang berfikir. Masalahnya nyawanya belum terkumpul semua jadi masih agak loading.

Jevan membalikan badan melihat ke ranjang Jake dan..

"YA! DIA UDAH BANGUN?" tunjuk Jevan pada Jake namun tatapannya tertuju pada Mark.

"Tidur kaya kebo sih Lo" ucap Mark.

"Lo beneran udah bangun?" Jevan menghampiri Jake lalu memegang kedu pipi Jake membuat Jake menahan sakit di lehernya.

"Ya ya yaaaa" Jake.

"Maaf Maaf" ucap Jevan melepaskan tangannya dari pipi Jake.

"Lo pingsan apa koma sih astagfirullah gak bangun-bangun betah banget tidurnya" ucap Jevan dengan senyumannya.

"Lo Nonis Jev" ucap Mark.

"Ya Alloh lupa" ucap Jevan lagi membuat Mark bersiap melempar sepatunya.

"Jangan berisik, kepala Gua pusing" Jake.

"Haduhh ketusnya masih ada ternyata, Kapan Dia bangun?" Jevan.

"Jam 4.n" ucap Mark.

"Wahh lagi enak-enak nya Gua tidur di jam segitu" ucap Jevan lalu melangkah ke dalam kamar mandi terlihat tidak perduli tapi di dalam hati Ia bersorak senang karena Jake sudah bangun.

Sok banget lu Jev.

____

Author mau klarifikasi kalau Author itu gak ada masalah pribadi sama
Jeno 🙂


Di cerita ini Jeno di ledekin Mulu 🤭
Di cerita satunya Jeno di hujat Mulu 😇

Jen jangan salahin Author ya Jen 🙏 kan yang nge hujat sama ngeledekin bukan Author 🥲.

Ada yang tau cerita satunya itu yang mana? 🙃.



✅ He's My BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang