HMB 32

3.5K 449 30
                                    



Belum 24 jam kan? Berati itungannya doubel up dong.

Nih doubel up tolong votenya di seimbangin jangan ngejomplang.

.

.


Mereka sudah sampai di rumah sakit.
Ternyata Mama Fani ada di luar ruangan Jake.

"Mas" Mama Fani yang awalnya duduk langsung berdiri saat melihat mereka bertiga datang.

"Gimana Jake?" Tanya Ayah.

"Belum sadar, tapi Dokter bilang kemungkinan besar Jake akan segera bangun" ucap Mama Fani setidaknya membuat Ayah Dirga bernafas lega.

Dia sejak tadi memikirkan keadaan Jake yang kejang dan harus ia tinggalkan untuk mengurus Jevan.

"Jevan Gimana?" Tanya Mama Fani melihat ke arah Jevan.

Namun hal yang sama Jevan juga lakukan seperti pada Ayah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Namun hal yang sama Jevan juga lakukan seperti pada Ayah. Jevan menumpukan lututnya di lantai di depan Mama Fani sambil menundukkan kepalanya.

"Tante, Maafin Jevan"

"Jake seperti ini karena salah Jevan"

Mama Fani langsung memegang kedua lengan Jevan supaya Ia bangun dari posisinya.

"Bangun" ucap Mama Fani.

"Ini bukan salah kamu, Ini kecelakaan" ucap Mama Fani dan Jevan menggelengkan kepalanya.

"Tapi kecelakaan ini terjadi karena Jevan Tante, Semua ini salah Jevan, bahkan Jake gak bangun-bangun. Tante boleh benci Jevan, Tante juga boleh-"

Mama Fani membawa Jevan kedalam pelukannya. "Enggak, Jake akan baik-baik saja dan Dia akan segera bangun" Mama Fani mengusap-usap punggung Jevan.

Mama Fani sudah mendengar apa yang terjadi pada putranya itu dari Ayah Dirga bahkan Soal penyebab kecelakaan sang putra.

Fani tau jika Jevan pasti sangat merasa bersalah terbukti dengan Ia yang tidak berani menemuinya sejak pertama kali Fani sampai di rumah sakit.

Mama Fani tau jika Jevan selalu datang dan hanya berdiri di luar ruangan lalu saat Ia akan masuk ke kamar rawat Jake ternyata Jevan ada di dalam namun Mama Fani mengurungkan niatnya untuk masuk.
Ia menunggu Jevan menemuinya sendiri saat Ia sudah siap bertemu.

Mama Fani juga sudah tau soal masalah Jevan dengan orang yang mencelakai Jake.

Ini sepenuhnya bukan salah Jevan, Ia juga pasti tidak mau hal ini terjadi. Meskipun Jevan terlihat suka menjahili Mark ataupun Jake tapi Mama Fani bisa melihat jika Jevan itu anak yang baik dan perduli pada Mark dan Jake.

Sekarang Jevan dan Mama Fani sedang duduk dengan Mama Fani yang masih mengusap-usap punggung tangan Jevan.

"Gak ada yang mau hal itu terjadi Jevan, kamu juga pasti gak mau kan?"

"Yang penting sekarang itu kita berdoa untuk kesembuhan Jake, semoga Jake cepet bangun dan Dia baik-baik aja" ucap Mama.

Mark datang menghampiri keduanya dengan membawa kotak obat yang Mama Fani minta. Sedangkan Ayah sudah pergi lagi setelah melihat keadaan Jake.

"Di obati dulu ya lukanya" ucap Mama Fani sambil membuka kotak obat itu.

"Harusnya kamu jangan gegabah kaya gini, untung aja Ayah kamu bisa keluarin kamu"

"Kalau semuanya udah terbukti pasti orang itu akan di tangkap nanti" ucap Mama sambil mengobati luka di wajah Jevan.

"Tante" panggil Mark.

"Iya" Mama melihat ke arah Mark.

"Mark pergi dulu ya, nanti Mark ke sini lagi" ucap Mark.

"Iya, Hati-hati" ucap Mama Fani lalu Mark pergi.

.

.

Mark datang ke basecamp dan teman-temannya ada di sana.

"Jangan ganggu Gua, Gua mau tidur" ucap Mark saat baru datang.

"Anjir, belum juga ada yang ngomong" Lucas.

Mark sudah menjatuhkan dirinya pada Sofa.

"Gimana Jake?" Tanya Han.

"Belum bangun" jawab Mark yang masih memejamkan matanya.

"Jake sama Jevan beneran Adek Lo?" Chandra.

"Hmm" Mark.

Daniel yang baru saja datang.
"Mark, Gimana Jevan?"

"Kenapa Jevan?" Tanya Han.

"Di tangkap polisi" Daniel.

"Hah? Kok bisa?" Lucas.

"Gua dapet dari Dewa. Lagi ngapel terus si Dewa keluar kamar buru-buru katanya Jevan ditangkep polisi karena ngehajar Darrel" jelas Daniel.

"Anjir udah dapet restu si Dewa?" Chandra.

"Restu apaan. Abis bilang itu Gua langsung di usir" ucap Daniel membuat mereka tertawa.

.

.

Setelah dokter bilang kalau keadaan Jake jauh lebih membaik namun sampai sekarang Jake belum juga bangun.

"Tante, dimana Jevan?" ucap Mark yang baru datang.

"Oh Mark, Jevan sedang pulang nanti katanya ke sini lagi"

"Tante gak mau pulang ke rumah Ayah buat istirahat? Biar Mark yang jagain Jake" ucap Mark.

"Nggak papa Mark, Tante mau jagain Jake di sini" ucap Mama.

"Tante udah makan?" Tanya Mark.

"Udah kok, kalo ka- emmm"

"Tante?" Ucap Mark saat melihat Mama Jake memegangi perut atas sebelah kanannya sambil menahan sakit.

Mama hampir aja terjatuh tapi Mark lebih dulu menangkap tubuhnya.

"Tante gak papa?" Tanya Mark tapi tidak mendapat jawaban membuat Mark akhirnya memanggil dokter.

Setelah dokter dan suster datang Mark langsung meminta tolong untuk membantu Mama Jake.

Mama Jake sedang di periksa di ruangan lain dan Mark yang menemaninya.

"Maaf, apa ibu sudah mengetahui penyakit anda?" Tanya dokter pada Mama Jake membuat Mark yang memang di dalam ruangan mengerutkan dahinya.

"Iya dok, saya tau" jawab Mama Jake yang sudah merasa lebih baik.

"Bagaimana kelanjutannya? Apa Ibu sudah mendapat donor di rumah sakit yang merawat Ibu?"

"Dok" panggil Mark membuat Mama Jake baru menyadari jika di sana ada Mark.

"Sebenarnya ada apa?" Tanya Mark.

"Ibu Anda mengalami kerusakan hati dan harus mendapatkan donor transplantasi hati secepatnya, jika tidak itu bisa mengancam nyawanya" jelas sang dokter membuat Mark seketika terdiam.



🙂🙂🙂🙂

✅ He's My BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang