"Dari mana?" Suara sang ayah membuat langkah ketiganya yang baru masuk ke dalam rumah terhenti.
"Ayah" Mark.
"Dari kemarin gak ada yang pulang kerumah dari mana aja kalian?" Tanya Ayah lagi.
"Kan Mark udah ngirim foto" Mark.
"Ya itu kalian ada di mana?" Ayah.
"Gak penting" Jevan berjalan masuk ke kamarnya.
"Yah, Jake ada kuliah siang" ucap Jake dan ikut berlalu pergi.
Tersisa Mark di sana yang mengumpat dalam hati karena di tinggal oleh kedua adik laknatnya itu.
"Mau alasan apa lagi kamu?" Ayah.
"Mark habis sakit, cape dan Mark mau tidur" ucap Mark dan berniat pergi.
"Mark!"
"Yah, stop. Mark tau alasan Ayah nyuruh kita buat selalu pulang, serta alasan jika salah satu dari kita gak pulang dan yang di hukum kami bertiga itu cuman alasan kan?"
"Alasan supaya kita komunikasi dan deket satu sama lain. Ayah cuman pengin kita deket satu sama lain" Mark.
"Kurang puas sama foto-foto yang Mark kirim?"
"Lalu mau kamu gimana?" Ayah.
"Jangan membatasi kami, biarin kami dekat dengan sendirinya"
"Tapi sampai kapan? Kalian gak akan pernah ketemu kalo Ayah gak bikin peraturan kaya gitu, Kalian gak akan nyari satu sama lain kalo Ayah gak bikin peraturan kaya gitu kan?"
Mark bungkam, karena yang diucapkan sang ayah memang benar. Mark gak akan tau soal hubungan Jevan dan Ibunya lalu Mark juga gak akan ketemu Mamanya Jake.
Apa Mark akan tetap diam dan mengikuti peraturan sang Ayah atau Dia akan keluar dari peraturan itu. Meskipun sang ayah menghukum atau bahkan menghajarnya tapi Dia gak akan mungkin membunuh sang anak kan? Iya kan?.
.
.
Setelah kepulangan mereka dari rumah Mama Jake apa hubungan mereka membaik jawabannya adalah tidak.
"Bisa sarapan dulu?" Ayah.
"Mark!" intrupsi sang Ayah dan akhirnya Mark berjalan ke arah meja makan dan di sana sudah ada Jake dan Jevan.
"Apa kalian kalo pergi malam bisa pulang di bawah jam 12?"
"Yang benar saja" Jevan.
"Jake pulang di bawah jam 12 terus" Jake.
"Kenapa kalian lebih sering berada di luar dari pada di rumah?"
"Di rumah ngapain? Nggak ada hal yang bisa di lakuin di sini" Jevan.
"Makan bersama, ngobrol atau apapun itu kenapa harus main di luar rumah terus?"
"Ngobrol? Maksudnya kita bertiga?Kita gak sedekat itu Yah" Jevan.
"Makannya kalian harus sering ngobrol bareng biar deket satu sama lain. Kalian kan kakak adek, sama-sama anak Ayah"
"Kita gak berharap buat jadi Adek Kakak ataupun jadi anak Ayah" ucap Jake membuat mereka menatap ke arahnya, Jake bisa di bilang tidak pernah membantah ucapan ayah tapi
sekali ngomong ngena banget."Oke, Kalian boleh main di atas jam 12 malam asal di bawah jam 6 sore pulang kuliah kalian di rumah, kalo mau ketemu temen bawa temen kalian ke sini, termasuk Mark"
"Gak bisa dong! Gak ada yang tau mereka berdua adek Mark" Mark.
"Cih, Adek" Jevan.
"Ayah gak perduli. Kalo kalian gak mau, motor kalian Ayah sita"
"Gak bisa, motor itu Mama yang beli" Jake.
"Pake duit Ayah" ucap Ayah membuat Jake bungkam.
Jevan dan Mark sudah diam, karena memang benar motor itu pemberian sang Ayah.
Ketiganya sekarang duduk di atas motor masing-masing, sepertinya masih memikirkan perkataan sang Ayah yang memberi aturan baru.
Mark memijit kepalanya karena sepertinya sang Ayah ingin semua orang tau kalo mereka bertiga adalah saudara.
"Mau bapak kalian apa sih!" Jevan.
"Bapak Lo" Mark.
"Bapak Lo berdua" ucap Jake menyalakan motornya.
"Bapak Lo juga" jawab Mark dan Jevan bersamaan lalu keduanya menatap satu sama lain sebelum akhirnya keduanya juga menyalakan motor masing-masing dan ikut pergi dari area rumah seperti si bungsu.
Walaupun mereka 1 tujuan yaitu kampus tapi tetap saja mereka mengambil jalan yang berbeda.
.
.
"Gua pikir Lo gak Dateng" Javi.
"Dateng Lah, kan Gua udah bilang mau turun malam ini" Jevan.
"Ya Lagian Lo kemana pas pulang kampus" Haikal.
"Ada urusan" alasan Jevan padahal Dia pulang supaya Malam ini bisa pulang di atas jam 12 malam.
"Ya udah, Lo siap-siap deh" Dewa.
Jevan tidak melihat Mark ataupun Jake di sini, bahkan teman-teman dari keduanya juga gak ada yang kelihatan.
Mungkin mereka di arena lain atau sudah pulang kerena Jevan gak ngeliat Mark ataupun Jake di rumah saat pulang kuliah.
Jevan tersenyum saat memikirkan kalo Mark akan menjadi anak teladan dan lebih sering di rumah.
"Mikirin cewe ni anak" ucap Rehan.
"Di suruh siap-siap malah senyum-senyum" Haikal.
"Siapa cewe yang lagi Lo deketin?" Tanya Javi.
"Gak ada, udah minggir. Gua mau ngecek motor"
KAMU SEDANG MEMBACA
✅ He's My Brother
FanfictionHubungan yang sulit untuk Mark Jevan Jake. Mereka 1 ayah tapi beda ibu dan harus tinggal bersama. Cukup memuakan untuk ketiganya karena harus menerima satu sama lain sebagai saudara di usia mereka sekarang. Apakah seiring berjalanya waktu akhirnya m...