HMB 36

3.3K 397 7
                                    



Mark memberitahu Ayah soal Mama Fani yang muntah darah tapi Mama Fani bilang kalau Ia tidak papa dan sudah lebih baik karena meminum obat. Akhirnya Ayah mengalah tapi Ayah meminta jika merasakan sesuatu Ia harus langsung memberitahukan dirinya atu Mark supaya merek bisa langsung ke rumah sakit.

Mama Fani juga belum memikirkan cara memberitahu Jake, Dia tidak tau apa yang akan Dia ucapkan pertama kali pada Jake soal penyakitnya ini.

Tapi yang jelas, Mama menunggu Jake sembuh dahulu. Mama tidak ingin memperburuk keadaan sang putra.

"Mark" panggil Mama Fani saat turun ke lantai bawah dan melihat Mark sedang duduk di kursi meja makan.

"Kamu belum tidur?" Tanya Mama Fani.

"Belum ngantuk" jawab Mark. Ya iya lah biasanya jam segini masih ngelayab.

"Maafin tante Mark" ucap Mama.

"Kenapa Tante minta maaf ke Mark?" Tanya Mark.

"Maafin Tante kalau bikin kamu keinget sama Bunda kamu. Tante hanya ingin Jake gak sedih kalau tau Mamanya sakit" ucap Mama Fani.

"Tapi Tante gak mikir jika ada di posisi Jake dan Dia gak tau apa yang terjadi sama Mamanya bagaimana?"

"Tante" panggil Mark.

"Iya"

"Mark boleh minta peluk gak?" Tanya Mark membuat Mama Fani tersenyum.

"Tentu" Mama Fani merentangkan tangannya lalu Mark berdiri dan memeluk nyokap dari Jake.

"Kamu tumbuh dengan baik Mark, Bunda kamu pasti bahagia putranya menjadi anak yang baik, Kakak yang baik juga untuk Jevan dan Jake"

"Maafin Tante Mark karena Tante hadir membawa Jake di kehidupanmu dan Ayahmu" ucap Tante yang masih memeluk Mark namun Mark hanya diam tanpa menanggapi ucapan Nyokap dari Jake ini.

Mark semakin mengeratkan pelukannya.

"Kamu bisa anggap Tante sebagai Mama kamu juga, Kamu bisa cari Tante kalau kamu butuh sosok Ibu Mark, Tante akan selalu ada buat kamu"

Mark melepas pelukan Mama Jake.
"Kalau begitu Tante harus sembuh dulu" ucap Mark dan Mama Fani mengangguk.

.

.


Uhukkk

Uhukk

Jevan terbatuk dan membuatnya langsung mengambil botol air yang ada di pintu mobil.

"Gimana?" Tanya Jevan saat merasa lebih baik.

"Lo bilang apa tadi?" Jevan.

"Lo gak budek Jev" Mark.

"Ya Iya tapi- Jake belum tau soal ini?"

"Makannya Lo jangan ngomong apapun ke Jake dulu" Mark.

Jevan membuka kaca mobil lalu menyalakan rokok. Pikirannya langsung kosong, Dia serasa gak bisa mikir apa-apa lagi sekarang.

Di sela-sela menghisap rokoknya sambil melamun Jevan melihat ke arah Mark yang menyenggol lengannya.

"Apa?" Tanya Jevan dan Mark menunjuk ke arah depan dengan dagunya. Ternyata Mama Fani sedang berjalan ke arah mobil mereka.

Jevan turun dari mobil dan menjatuhkan rokoknya ke tanah lalu menghampiri Mama Fani. Sedangkan Mark masih duduk di dalam mobil sambil menatap Jevan yang sedang mengambil alih kantung belanjaan di tangan Mama Fani.

"Tau gitu Jevan tadi ikut masuk" ucap Jevan saat memasukan kantung belanjaan ke dalam mobil.

"Tante belanja cuman sedikit" Mama Fani.

"Ini banyak tante" Jevan.

Mereka sudah masuk ke dalam mobil. Mark juga sudah melajukan mobilnya keluar area parkir.

"Ini mau langsung pulang?" Tanya Mark.

"Iya, langsung pulang aja Mark" jawab Mama Fani.


Keadaan Jake juga sudah berangsur membaik. Lehernya sudah bisa di gerakan dengan perlahan, Dia juga sudah tidak berbaring di kamar terus.

Contohnya seperti sekarang, Ia sedang duduk bersandar di sofa ruang tengah.

"Sendirian aja, kasian" ucap Jevan yang baru masuk dan langsung mencari masalah dengan Jake.

"Berisik, mana Mama?" Tanya Jake.

"Masih di depan" jawab Jevan menaruh kantung belanjaan di dapur.

"Jev" panggil Jake.

"K A K A K, Gua aduin nyokap Lo nih" Jevan.

"Tai Lo. Ambilin Gua air, Lo di dapur kan?" Tanya Jake.

"Apa? Gak denger" Jevan.

"Ambilin air, cepetan"

"Hah?"

"Gak jadi, Gua nunggu Mama aja" ucap Jake karena tidak mau memanggil Jevan Kakak.

"Dih pundung kaya cewe Lo" ucap Jevan berjalan menghampiri Jake sambil membawa segelas Air.

"Nih, keburu gersang tenggorokan Lo" ucap Jevan menadapat lirikan tajam dari Jake tapi Jake tetap menerima gelas itu.

.

.


"Maaaa"

"Mama gak papa kan...." Tanya Jake yang sedang berbaring di ranjang pada Mama Fani yang berada di kamar mandi.

Jake mendengar Mama Fani batuk dan seperti muntah dari kamar mandi.

"Mamaa..." Panggil Jake lagi sambil Dia mencoba bangkit dari acara berbaringnya.

Saat Jake akan turun dari ranjang ternyata pintu kamar mandi terbuka.

"Mama kenapa?" Tanya Jake yang duduk di tepi ranjang.

"Enggak papa Jake" ucap Mama.

"Mama pucet loh, Mama sakit?" Tanya Jake.

"Hemm enggak Jake" Jawab Mama Fani sambil menutupi bibirnya dengan tangan karena merasa ingin batuk lagi.

Namun saat Mama akan melangkah ternyata tubuh Mama limbung dan terjatuh.

"MAMA!" Jake terkejut melihat Mamanya tiba-tiba jatuh tambah lagi tubuhnya belum bisa di gerakan cepat membuat Jake kesal pada dirinya sendiri.

"AYAH! YAH...." Panggil Jake sekencang mungkin.

"YAHH...." Jake sudah berada di samping tubuh Mamanya dan mencoba membangunkan sang Mama.

Pintu akhirnya terbuka namun itu Bibi yang membuka pintu.

"Tuan Jake- oh Nyonya" ucap Bibi.

"Panggil Ayah atau siapapun Bi! Cepetan!!" Ucap Jake soalnya Jake dan Mama Fani tidur di kamar bawah sedangkan Ayah dan kedua Kakaknya di kamar atas.

Bibi langsung keluar dari kamar tidak butuh waktu lama Ayah dan kedua Kakaknya datang.

"Kenapa?"

"Yah, Mama.." ucap Jake yang wajahnya sudah sangat panik.

Ayah langsung menghampiri Mama Fani dan menggendongnya lalu membawa keluar dari kamar.

"Mark Mobil" ucap Ayah pada Mark yang baru sampai di kamar Jake, Mark langsung berlari keluar setelah mengambil kunci mobil.

Sedangkan Jevan menghampiri Jake.

"Lo mau kemana?" Tanya Jevan.

"Gua mau ke Mama"

"Lo masih sakit Jake"

"Gua gak perduli, Lepas!"

"JAKE!"

"APA! GUA MAU KE NYOKAP GUA JEVAN!!"


✅ He's My BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang