2.8

459 30 1
                                    

Elena's pov

Aku sedang berada dibawah selimut di kasurku. Aku sedang menangis, aku menangisi--ya kalian tau aku menangisi apa. Aku hanya perlu tau apa alasan Harry memutuskan hubungannya denganku. Aku tidak yakin kalau Harry menyudahi hubungan ini hanya karena kami tidak jadi melakukan hal itu.

Pasti ada sesuatu.

Knock...knock
Aku segera menghapus airmataku dan membuka pintu, Eleanor dan Louis. "Hai, Ele" ucapku. "Habis menangis ya?" Tanya Eleanor. Aku menggeleng. "Aku sudah mengenalmu sejak dulu, Elena." Ucapnya. Aku menitikkan airmataku kemudian memeluknya.

Kami masuk kemudian duduk dikasur dan menenggelamkan mukaku di bantal. Eleanor mengusap punggungku perlahan.

"Sebenarnya ada apa, El?" Tanya Louis, aku tidak menjawabnya. Aku segera bangkit dan duduk dikasur. Aku bersender pada dinding. "Aku tidak apa-apa, Lou" ucapku.

"Harry?" Tanyanya. "Bukan--maksudku hmm iya" ucapku kemudian menghapus airmataku. "Kami putus. Tanpa aku mengetahui alasan yang jelas dan aku tahu alasan itu berhubungan dengan perempuan lain. Mungkin ia sudah menemukan perempuan lain yang lebih baik dariku" ucapku kemudian terisak.

"Jangan menyiksa dirimu, Elena. Kau salah satu perempuan terbaik yang pernah kukenal. Jangan kira tidak ada yang menyayangimu, aku bahkan louis dan the boys semuanya menyayangimu." Ucap Eleanor kemudian memelukku dan mengusap tanganku perlahan.

Louis mendekat kearahku dan bergabung memelukku. Aku menghapus airmataku. "Thanks lads." Ucapku kemudian memeluk mereka.

Kami melepaskan pelukan kami, "Louis bolehkah aku menginap disini dulu?" Tanya Eleanor, "Bolehkah aku?" Tanya Louis. Aku mengangguk. Setidaknya apartment ini kehadiran dua orang yang bisa menenangkanku.

"Aku akan mengajak Niall, Liam dan Zayn juga" ucap Eleanor, aku mengangguk setuju.

**

Kami sedang menonton film Avengers: Age Of Ultron, aku sudah merasa lebih bahagia sekarang karena ada the boys dan Eleanor di apartmentku.

"Chris Evans tampan sekali, Lou! Kamu kalah" ucap Eleanor, aku tertawa. "Enak aja, ya gantengan aku lah" ucap Louis. "Jijik lo" ucap Niall. Aku tertawa terbahak-bahak.

"Main ToD yuk" usul Liam, aku mengangguk. Kami memutar botolnya. Shit! Botol itu mengarah kearahku.

"So, Elena. Truth or Dare?"

"Truth"

"Pilih Louis atau Harry?" Tanya Niall, semua melotot kearahnya. "Nah, lads. Chill, its okay. I choose Louis for sure" ucapku kemudian tersenyum.

Kami memutar botol itu lagi dan mengarah ke Eleanor. "Fuck that bottle!" Pekik Eleanor. Aku tertawa. "Aku memilih truth!" Ucapnya. "Apakah kalian sudah malam pertama? Dan apakah itu nikmat?" Tanya Liam dengan seringaian nakalnya.

"Brengsek." Ucapnya, "of course sudah dan ya, nikmat" tambahnya.

Aku, Liam, Niall dan Zayn tertawa terbahak-bahak. Tawaan kami terhenti ketika seseorang mengetuk pintu. Aku membukanya.

"Justin?" Pekikku kemudian memeluknya, "i miss you so bad" ucapku. "I miss you too, lil girl." Ucapnya. Aku menyuruhnya masuk. "Whoaa ramai sekali" ucapnya. "Yaa, aku kesepian" ucapku. "Harry?" Tanyanya, aku menunduk. "Im sorry." Ucapnya. Aku mengangguk, "its fine! Ayo lanjutkan ToD nya!" Ucapku.

**

Konser One Direction dimulai lagi, namun aku tidak mengikutinya lagi karena aku--karena kontrakku sudah habis. Sebenarnya belum namun itu alasanku tidak ikut.

Eleanor juga ikut. Jadi aku hanya bersama Justin di Apartment. Eleanor tadi menelfonku dan mengatakan bahwa Harry sedang bersama Elsa. Well, aku senang jika mereka berdua rujuk

"El, daydreaming huh?" Tanya Justin, aku mengangguk. "Justin, do you have a girlfriend?" Tanyaku. "I mean, just asking" ucapku lagi.

"I do have," ucapnya, "is it complicated to have a relationship?" Tanyaku. "Like you and Harry? Of course not." Ucapnya. Ia memelukku dari belakang. "Honey. If the relationship doesnt make you happy then leave that relationship" ucapnya.

"Im happy if he's happy. But that doesnt seem enough for him." Ucapku. "But does him happy if you happy?" Ucap Justin yang membuat hatiku mencelos. Benar juga.

Does he ever think about how i feel?

"Search another boy" ucap Justin, "who? Its hard to find a boy like Harry" ucapku. "Its easy to find a boy like Harry who always make you sad and depressed" ucap Justin kemudian melepaskan pelukannya.

"If Selena sad like this i would go to her house and hug her all the time until she stop crying but Harry? Does Harry do that to you?" Tanya Justin. "Just follow your heart, honey. If your heart say stay then stay with him, if your heart just done then leave him. He seem happy with Elsa though." Ucap Justin lagi.

"I cant follow my heart, it brokes a million pieces. Which one do i follow?" Tanyaku kemudian menitikkan air mata.

"Then, follow your brain because your brain doesnt broke" ucap Justin.

**

Setelah sebulan Justin menginap di Apartmentku hari ini aku akan berjalan-jalan bersamanya dan Selena. Ketika kami keluar apartment sangat banyak paparazzi disana.

"Kau sudah putus dengan Harry?" Tanya seorang paparazzi, aku tidak menjawabnya. Aku berfoto bersama beberapa fans. Begitu juga dengan Selena dan Justin.

"Kau mau merebut Justin dari Selena?" Ucap seorang paparazzi. "Hey! Watch your mouth, you fucking prick. Elena is my friend! She is even my sister so watch your fucking mouth before i shut that mouth up!" Ucap Justin, aku dan Selena menenangkannya.

"Harry berjalan bersama Elsa dan mereka terlihat mesra, kau tidak cemburu pacarmu jalan dengan mantan istrinya?" Tanya paparazzi itu, "we'll see if they invited me to they marriage." Ucapku kemudian meninggalkan paparazzi.

**

Setelah aku pulang dari berjalan-jalan berdama Justin dan Selena, Justin memutuskan pulang. Aku pun sendiri di Apartment. Aku berjalan-jalan disekitar Apartment walaupun ini sudah jam 12 malam, aku tidak peduli.

Seseorang menepuk bahuku, "Niall?" Tanyaku. "Mengapa kau bisa ada disini? Bagaimana dengan konser?" Tanyaku. "Konser hari ini dilangsungkan di London dan sudah selesai. Aku disini mengikuti balap mobil" ucapnya.

"Balap mobil? Bolehkah aku ikut?" Tanyaku, "boleh" ucapnya.

Kami bersiap-siap, aku sekarang sudah berada didalam mobil. Aku memakai croptee dan shortpantsku sedangkan Niall memakai baju biasa dan skinny jeansnya.

"1....2....3....GO!!"

Niall memacu kecepatan yang sangat tinggi, mobil-mobil lain tertinggal dibelakangnya. Kami pun akhirnya sampai duluan!

Niall mencium pipiku, aku cukup terkejut dengan perlakuannya ini namun aku akui ia sangat tampan.

**

HALOOO!
Aku buat fanfiction baru, loh! Judulnya 'fahrenheit' ceritanya akan lebih menarik dari yang ini! Baca yah bacaaa *puppy face*

Anyway! Thank you karena udah votes dan comments my loves!

EnoughTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang