1.5

544 28 1
                                    

Elena's pov

Aku terbangun di sebuah rumah, besar sekali. Ketika aku bangun aku melihat orang yang ada didepanku, "Calum?" Ucapku. "Ya, hello." Ucapnya.

Calum adalah temanku dulu saat aku kuliah, sebelum aku keluar.

"Mengapa aku ada disini?" Ucapku. "Kau tadi pingsan, jadi aku membawamu kerumahku. Aku tidak tahu rumahmu dimana" ucapnya.

"Kau mau pulang?" Tanya Calum, "apa? Umm tidak usah. Bolehkah aku menginap disini beberapa hari kedepan?" Tanyaku. "Sure," ucapnya.

Aku sangat malas ke apartment karena Harry pasti ada disana.

**

"Aku akan pergi sebentar, kau mau ikut?" Tanya Calum, "tidak. Aku dirumah saja, jika aku ingin pergi nanti aku akan mengabarimu" ucapku. Ia tersenyum kemudian pergi.

Aku merasa kedinginan sekali, aku tidak membawa baju. Satu-satunya baju yang kupakai hanya croptee dengan celana pendek ini. Oh ya, aku membawa jaket. Aku segera memakai jaket namun aku masih saja kedinginan. Aku mematikan ac tetap saja aku kedinginan.

Aku melihat ke sekujur tubuhku dan semuanya merah-merah. Aku segera menelfon Calum.

"Calum?"

"Ya, El?" Ucapnya. Tadinya aku ingin memintanya mengantarku ke apartment tapi karena mengganggu aku tidak jadi.

"Aku akan pulang, jadi jika nanti tidak ada aku, kau tidak usah cemas" ucapku. "Oke" ucapnya kemudian mematikan telfon.

Aku segera menelfon Niall, berharap saja ia sedang tidak sibuk karena aku sangat-sangat lemas.

"Hei, Nialler"

"Supp, El Styles?"

"STYLES??"

"Sorry-sorry, whats wrong?"

"Kau bisa jemput aku kerumah temanku? Sebentar saja" ucapku, "bisa, dimana?" Ucapnya, aku segera menyebutkan alamatnya kemudian aku menutup telfon.

**

"Jesus Christ! Elena, apa yang terjadi?" Ucap Niall kemudian membantuku berjalan ke mobil, tubuhku sudah memerah dan aku sudah sangat lemas.

Ketika kami sampai di Apartment aku langsung berbaring, "apa yang harus kulakukan?" Tanya Niall. Aku menggeleng, "aku tidak tau" ucapku.

Niall langsung menelfon Harry, dan beberapa saat kemudian Harry datang membawakanku obat.

"Kebiasaan," ucapnya kemudian mencubit hidungku, "minum atau ke dokter" ucapnya mengancam. Aku menggelengkan kepalaku. "Elena, minum obatnya" ucapnya. Aku pun akhirnya menelan obat sialan itu.

"Lihat, merah-merahnya sudah mulai memudar" ucap Harry, "dia kenapa?" Tanya Niall. "Alergi" ucap Harry. Niall pamit pulang karena akan mengurus sesuatu

"Kau sedang berdarah?" Tanya Harry, "tidak. Mengapa?" Tanyaku. "Biasanya penyakitmu kambuh saat mau berdarah" ucapnya. Mataku terbelalak, "ini tanggal berapa?" Tanyaku.

"Tanggal 20" ucap Harry, "sialan" ucapku kemudian langsung bangkit dan berlari ke kamar mandi. Benar saja, di celanaku sudah ada noda merah. Untung belum tembus!

"Sudah besar, ketika berdarah terus-terusan bocor dan kelupaan" ucap Harry menyinggungku. "Harry, bisakah kau ambil benda itu disana?" Ucapku. "Dimana?" Tanya Harry. "Di sebelah situ!" Pekikku. Ia mengantarkan benda itu ke kamar mandi kemudian aku memakainya.

Aku keluar kamar mandi dan melihat Harry sedang menonton tv. Aku duduk disebelahnya. "Aku merindukanmu" ucapnya, "aku juga" ucapku entah apa yang terjadi namun aku meneteskan air mataku. Ia menengok kearahku kemudian memelukku, ia mencium keningku.

"So, can we started all over again?"

"Yes."

**

HOLAA
Maaf ya kesannya ini cerita tentang mens mulu HAHAHAH tapi itu supaya nambah kesan 'relationship goals' ajaaa supaya lebih romantis dan Harry tuh lebih keliatan sayang sama aku--eh salah maksudnya sama Elena.

xixixi gimme some votes and comments ya, comments pasti dibalas kalau kebaca 😁😁

EnoughTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang