1.9

455 22 4
                                    

Elena's pov

"Ele, aku akan menemui temanku disini. Kau ikut?" Tanyaku, "tidak aku disini saja" ucap Eleanor. Aku pun berjalan ke mall dimana aku bisa bertemu dengan teman lamaku. Aku segera menelfonnya.

"waar ben je?"

"vlak achter je!" Dengan itu, aku segera mematikan telfonku kemudian menengok ke belakang. Daniel!

"Daniel! I miss you," ucapku kemudian memeluknya, "i miss you too," ucapnya dengan accent belandanya itu.

"So, you have a relationship with that singer? Who? Harry?" Ucapnya, aku tertawa. "Niet, hij is gewoon mijn vriend" ucapku.

Setelah beberapa lama kami mengobrol, akhirnya ia memutuskan untuk datang kerumahku. "You live here? Alone?" Tanyanya. "No, i live here with my friend, heres! Eleanor!" Ucapku, Eleanor keluar ia langsung menganga ketika melihat Daniel.

"Eleanora?" Pekik Daniel, "NO!" Pekik Eleanor. "Dia mantanku!" Pekik Eleanor lagi.

"Haha! Reunion," ucapku sambil tertawa, Eleanor mencubitku kemudian menutup pintu mengusir Daniel.

"Eleanor! Its rude. By the way, kenapa dia manggil kamu Eleanora?" Tanyaku, "panggilan sayang" ucapnya, aku tertawa.

**

Elsa's pov

He put his hand on my waist, aku menggeliat kegelian. Kami sedang berada dikamar dimana dulu Harry dan Elena tinggal. Semenjak Harry tau Elena meninggalkannya, Harry semakin mencintaiku.

He kiss me, he kissed my neck and give me a hickey.

"Harry," erangku pelan, "i love you" ucapnya dengan suara seraknya. "I love you too, baby." Ucapku. Ia membuka semua pakaianku.

He put his balls into my vagina, he pulls it so hard.

Tidak lama setelah kami melakukan hal itu, ibuku menelfonku. "Honey?" Ucapnya. "Yes, mom?" Ucapku. "Can i talk to Harry?" Ucap mom. Ya, Mom dan Harry sudah sangat dekat. Aku memberi handphone ku ke Harry.

"Hai, mom"

"Harry, mom and dad sudah setuju dengan pernikahan kalian. Kapan akan dilaksanakan?"

"Secepatnya, kalau perlu tahun ini"

"Harry, kita siapkan saja dulu tahun-tahun ini. Baru jika sudah siap kalian langsung menikah"

"Okay, mom" ia mematikan telfonnya, memelukku dari belakang. "Aku tidak sabar menjadi suamimu. Kita akan tinggal bersama" ucapnya. Aku tersenyum kemudian mengelus tangannya yang memelukku.

**

(Kamus Dutch:)

waar ben je?: kau dimana?

vlak achter je!: tepat dibelakangmu!

Niet, hij is gewoon mijn vriend: tidak, ia hanya temanku.

EnoughTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang