21. Luka baru

40 4 0
                                    

Malam pun berlalu, pagi pun telah tiba.
Begitupun Tissa juga harus menerima kenyataan pahit, jika keluarga kecilnya telah hancur.

Tissa berjalan di Koridor Sma Galaksi, dengan langlah nya yang sayu dan lemas.

"Kok lemes, biasanya cerewet?" Tanya Aris secara tiba-tiba yang datang dari arah belakang.

Aneh Tissa sama sekali tidak menjawab pertanyaan dari Aris tidak seperti biasanya.

"Budeng lo?" Lagi dan lagi Tissa hanya diam untuk menoleh pun tidak sama sekali.

"Tissa, are you oke?" Tanya Aris lagi untuk memastikan.

Tissa hanya menoleh sambil tersenyum.

Aris terdiam dan mengikuti Tissa dari belakang.

Ketika mereka sampai di ruang kelas, semua sorot mata menuju ke arah mereka berdua.

"Tumben bareng?" Bisik Najwa ke pada Daniel.

"Lo tumben ngomong halus ke gue?" Bukan menjawab Daniel malah memancing emosi Najwa.

"LO YA PAGI PAGI NGAJAK RIBUT!" Najwa mengacungkan jari tengah nya ke arah Daniel lalu kembali menghadap ke depan.

"Sialan!" Umpat Daniel sangat pelan sehingga tidak bisa di dengar oleh telinga yang tidak normal.

Tissa duduk di tempat nya, dengan senyum hanya nya Tissa menyapa Reva, bukannya balik mengapa Reva malah menunjukkan tatapan sinis ke arah Tissa.

"Reva kenapa ya?" Batin Tissa.

"Eh tumben bareng Aris lo?, bau bau nya Aris udah peka sa," Najwa tampa beban berjalan menghampiri Tissa dan Reva, melihat tidak ada kursi yang kosong Najwa dengan seenak jidat nya duduk di pangkuan Daniel.

Daniel tersentak kaget mendapatkan perlakuan mengnak kan secara tiba tiba.

"Eh eh, ngadi ngadi lo!" Daniel berusaha mendorong tubuh Najwa.

"Kenapa sih, numpak duduk bentar aelahh!"

"Eh Najwa, goblok lo ya kalo duduk liat liat napa lo kira gue kursi,"

"Enak tau empuk," Jawab Najwa tampan rasa bersalah.

Rio nampak tidak suka melihat kedekatan Daniel dan Najwa.

Rio menarik tangan Najwa supaya gadis itu bangun dari duduknya.

"Eh eh!" Najwa kanget saat tangannya di tarik paksa oleh Rio.

"Duduk sinih!" Ucap Rio lalu kedudukan Najwa di kursi miliknya, sedetik kemudian Rio berjalan keluar kelas.

Arya datang entah darimana tampa permisi, Arya menarik tangan Tissa agar bangkit dan mengikuti nya pergi ke luar kelas, tampa memperdulikan Reva yang sudah menatapnya dengan tajam.

"kamu udah enggak peduli sama aku lagi, buat natap aja enggak sama sekali?" Batin Reva.

"Gue perlu ngomong sama lo saa!" Arya terus saja menarik tangan Tissa menjauh dari keramaian.

"APA!" Tissa menyentak tangan Arya dengan kasar.

"Gue capak Arya!" Lirih Tissa.

"Jangan lemah!" Arya menatap Tissa lekat.

"Gue manusia biasa gue juga bisa capek Arya!"

"Jangan jadiin hancur nya keluarga menjadi kelemahan bagi lo, jadiin peristiwa ini buat kekuatan agar lo bisa lebih kuat menjalani hari hari berikutnya, inget hidup masih panjang!" Jelas Arya.

"Kita enggak akan tau kapan kita mati!" Air mata Tissa mengalir begitu saja tampa seijin dari nya.

"Gue tau itu, lo lihat Aris bulanya lo ada tekat buat bahagia sama dia?"

Tissa untuk Aris [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang