34. Dobel misteri

29 2 0
                                    

"Hidup ini akan selalu berdampingan dengan misteri yang harus kita cari!"
-Aris Satya Anandhanu

°°°°

Hidup lagi capek-capeknya malah dapet kabar kalau sekarang yang jomblo tinggi gue doang.

Gpp oke, siapa tau bahagia bakalan dateng ke gue.... Taun depan.

Maksa banget buat ngilangin males epribadeh.

Warning⚠
Pelagiat jauh-jauh dehhhhhh

Vote and comen gyusss.

Follow author nya biar gak kesepian.

°°°°

Suasana hening menyeruak antara dua ingsan yang saling berhadapan. Meski di dalam Markas ada banyak jiwa yang berkeliaran tetapi tetap saya sunyi yang di hadirkan.

Tatapan Aris seperti mengintimidasi ke arah Arya. Sedangkan yang di tatap hanya cengegesan karena tidak tau apa yang ia lakukan sampai harus berhadapan dua mata dengan Aris.

"Gue salah apa ck?" Tanya Arya membuka topik pembicaraan.

Aris memicingkan matanya. "Lo sakit?"

"Sakit? Sakit apa?" Beo Arya. Sambil berfikir.

"Kemarin malem gue liat lo sama cewek di ruangan dokter Hana,"

Kalimat yang di lontarkan Aris mampu membuat Arya melongo seketika. "Mampus, gue lupa," Batin Arya.

"Lo kagak bikin anak orang belendung kan?" Tanya Daniel.

"Lo pikir gue cowok apaan anjir," Tentu saja di tuduh yang tidak-tidak oleh mulut lemes Daniel Arya sungguh tidak Terima.

"Terus tuh cewek siapa?" Tanya Daniel lagi. "Lo selingkuh dari gue ya beb?" Lanjutnya.

Arya mengidik ngeri keren ulah Daniel. "Idih najis!"

"Eh, tunggu-tunggu Aris ngapain lo ke ruangan dokter Hana?" Tanya Arya kini terarah ke Aris.

"Bukan urusan lo," Balas Aris datar.

Arya itu menanyakan sesuatu yang tidak perlu ditanyakan. Padahal Arya sendiri tau kalau Aris adalah pewaris tunggal Anandhanu hospital. Pasti Aris sering berkunjung untuk sekedar menyapa staf maupun disuruh orang tuanya.

"Cewek itu Tis-....?" Aris menguntungkan kalimatnya karena suara seseorang yang memasuki indra pendengaran Aris.

Pangilan tersebut membuat Aris menengok ke sumber suara. "Sodara Aris!," Panggil Bharada Antono.

Arya bernafas lega sambil mengusap-usap dadanya yang terasa tegang akibat jantungnya berdegup cepat. "Untung aja," Batin Arya bersyukur.

Aris menjabat tangan Bharada Antono dan mempersilahkan beliau untuk duduk.

"Terimakasih," Sahut Bharada Antono.

Tissa untuk Aris [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang