37. Amarah Reva

28 2 0
                                    

Prat ini mengandung kata-kata kasar dan sedikit adegan kekerasan. Jika tidak suka bisa tinggalkan lapak ini.

Lanjuttttt~

°°°°

Langkahnya kembali di lanjutkan memasuki rumah mewah kediaman Anandhanu.

"Aris udah pulang," Sapa seorang gadis.

Aris Terhenyak melihat sosok yang menyapanya. "Ngapain lo di sinih?" Tanyanya ketus.

"Aris gak boleh gitu. Bunda yang nyuruh Tissa buat main ke sinih," Tegur Sarah karena tidak suka dengan ekspresi yang di tunjukkan putranya.

Malam ini Tissa berasa di kediaman Anandhanu karena Sarah dan Rakes yang memintanya. Ya sekalian pdkt sama calon mertua katanya.

Tak mau sang Bunda curiga. Lagipula Arislah yang awalnya mengenalkan Tissa ke orang tuanya. Akirnya Aris memilih diam.

"Eh mau kemana?" Tanya Rakes ketika melihat Aris kembali melangkahkan kakinya. Aris menengok ke arah Rakes. "Ganti baju," Lalu Aris kembali melangkah.

"Aduh, sayang bunda seneng banget kamu main ke sinih," Ucap Sarah sambil mengelus rambut hitam milik Tissa.

Senyuman terpancar dari wajah Tissa. "Aku juga seneng Tante,"

Sarah memanyunkan bibirnya. "Aiss, kok tante panggil Bunda aja!"

"Ayolah, Ayah udah laper ini," Rakes menyela pembicaraan Tissa dan Sarah.

Merekapun berkumpul di meja makan. Sambil menunggu Aris. Sendari tadi mata Tissa terus menelisik seluruh penjuru ruangan yang ada di sekitarnya. "Bunda," Panggil Tissa.

"Ada apa sayang?"

"Ini kok gak ada foto masa kecil Aris ya?"

Sarah terkekeh. "Iya Aris gak suka fotonya di pajang terus di liat orang lain gitu. Dari kecil Aris tuh susah banget kalau mau di foto," Jelas Sarah membuat Tissa beroh ria.

"Lagi ngomong Aku?" Suara Aris yang kini semakin mendekat ke arah Mereka.

"Apaan sih, anak bunda ini kok kepedean banget," Sindir Sarah.

"Cepetan makanya. Gue mau anter pulang!" Ucap Aris ke arah Tissa yang menatapnya.

"Kok kamu gitu sih Aris, Tissa tuh masih mau lama-lama di sinih ya kan sayang?" Tidak Terima calon menantunya di usir Sarah protes.

"Bun. Ini udah malam nanti dia di cariin mamanya," Jelas Aris dengan intonasi bicara yang lembut.

Tissa memegang tangan Sarah. "Iya bunda. Gak baik anak gadis pulang larut malam. Nanti lain waktu Tissa bakal main ke sinih lagi,"

"Janji ya," Pinta Sarah. Aris termenung tak pernah Melihatnya Bunda nya seakrap dan sebahagian ini ketika berinteraksi dengan seseorang.

Selesai makan kini Aris dan Tissa sudah berada di jalan raya yang begitu berisik dengan kendaraan yang lalu lalang. "Tissa seneng banget hari ini Aris ngaterin Tissa pulang," Ucap Tissa yang semakin mengeratkan pelukanya di pingang Aris.

Tissa untuk Aris [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang