33. I'm fine

31 3 0
                                    

"Tidak perlu dikatakan, luka itu cukup di pendam dan di rasakan!"
-Tissa Anindya Adista

°°°°

Author nya hanya manusia biasa yang gak bisa selalu perfect pas nulis cerita.

Jujur gyus, gara-gara ngejar target buat  nge-End cerita ini jadi semrawut.

Semoga malasnya segera hilang dari jiwa author hehehe.

Idenya jangan ngeleg mulu ya Alloh.

Aminnnn

Happy reading

Lanjutttt~

°°°°

"Gue mau ngomong," Ucap Aris lalu menarik tangan Tissa agar mengikutinya.

Tentu para saksi mata terkejut melihat interaksi antara Aris dan Tissa yang secara tiba-tiba itu.

Arya yang tadinya tersenyum melihat Aris menarik tangan Tissa.

'Klunting'

Notifikasi ponsel Arya.

Tante Hana
Tissa dari kemarin belum kesini loh Arya!

Sepontan Arya langsung melangkah mengikuti Kemana Aris membawa Tissa pergi. Sepertinya mereka akan pergi ke taman belakang.

"Mau kemana tuh anak Dakjal?" Tanya Arka yang membuat semuanya mengalihkan atensinya dari Rio dan Echa.

Namun bukan Arya yang menjadi pusat perhatian anak Zervanos dan yang lainya yang berada disitu.

"Ini Geng menye-menye mau ngapain kok ngikut Tissa sama Aris?" Tanya Najwa ke Daniel yang tepat di sampingannya.

"Tenang, mereka gak bakalan berani nyentuh Tissa lagi, kan udah di kasih pelajaran sama Arya," Jelas Daniel dengan masih menatap Vika and the geng.

Vika dan para circelenya serta keytrina yang juga mengikuti Tissa dan Aris. Yang saat ini menjadi pusat perhatian para sahabat Tissa dan Anggota inti Zervanos.

°°°°

Sepanjang langkah mereka Tissa tidak henti-hentinya ngebacot. "Aris ngajak Tissa kemana?"

"Ehh Aris, ciee Aris udah berani ngejak Tissa kencan nihh ya?"

"Aris udah cinta kan sama Tissa hehehe!"

"Aris Tissa itu-..."

"Shuttt!" Ucap Aris menyela kalimat Tissa dengan jari telunjuk yang menyentuh bibir pink alami Tissa. Ya tujuannya agar Tissa diam.

"Bisa diem gak?" Tanya Aris tapi masih tetap dengan raut wajah datar.

Tissa mengangguk dan Aris mengalihkan tangannya dari bibir Tissa.

Jujur jantung Tissa dak dik duk ser. Karena ulah Aris. "Dia gak tau apa gimana sih, kan nanti Tissa bisa makin baper!" Batin Tissa meronta-ronta.

Ketika mereka sudah sampai di taman belakang Aris langsung melepaskan genggamannya dari tangan Tissa. "Ngapain lo hm?" Tanya Aris. Mata Aris menatap lekat manik mata Tissa.

"Ngapain gimana maksdunya?" Jelas saja Tissa bertanya karena pertanyaan yang di lontarkan Aris sangat tidak jelas.

Aris memutar bola matanya malas. "Ngapain bantuin Rio Ha?"

Tissa untuk Aris [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang