Deep Talk

5.8K 578 16
                                    

.
.

Annyeong, ku undur lagi deh aku update karena ternyata belum sampe part liburan wkwkwk. Gak gumoh kan ya?
●︿●
.
.
labil banget emang gabut juga tapi kelihatanya kegabutanku gak akan bertahan lama karena pertengahan Agustus mungkin persiapan balik ke kota orang. 
(ㄒoㄒ)
.
.
.
.
Enjoy :)
.
.
.
.

Setelah makan malam mereka sampai ke Villa, mereka sepakat untuk mengakhiri kegiatan dan beristirahat untuk memaksimalkan energi ke pulau Udo esok hari

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Setelah makan malam mereka sampai ke Villa, mereka sepakat untuk mengakhiri kegiatan dan beristirahat untuk memaksimalkan energi ke pulau Udo esok hari. Mereka juga berencana untuk mampir terlebih dahulu ke Seongsan Ilchulbong Peak untuk melihat matahari terbit, sehingga mengharuskan mereka bangun lebih pagi.

Johnny meletakkan bayinya terlebih dahulu ke ranjang, baru ia memasukkan tas dan kopernya dalam kamar mengeluarkan satu pakaian gantinya dan keperluan bayi Haechan.

"Ten mandilah terlebih dahulu aku masih mengurus pakaian ini" Ten mengangguk setuju, ia juga sudah merasa tidak nyaman dengan tubuhnya. Ten membawa baju ganti dan handuk masuk kedalam kamar mandi sementara Johnny menganti diapers bayi Haechan.

"Kau senang yah... Lucunya"
Johnny sebenarnya sangat kelelahan tetapi karena malam ini bayi Haechan tidak menangis dan rewel bahkan bayi itu tersenyum senang dan mengoceh dengan bahasa bayinya,  ia jadi merasa lega.

Sahabat-sahabatnya pun membantunya dengan sangat baik, ingatkan Johnny untuk mentraktir teman-temannya karena membantunya banyak hal.

Yuta terus-terusan menghindar dari bayi beruang, ia takut menyakiti bayi Haechan dan tidak siap untuk hal itu, Johnny hanya tertawa karena dulu ia juga seperti Yuta kalau bukan karena eomma nya yang memaksanya ia mungkin tidak bisa mengurus bayinya sendirian. Yuta bilang bayi itu lucu namun enggan untuk dekat-dekat dengannya

"Aku sudah selesai, aku menyalakan air hangat di bathup mandilah bersama bayi Haechan" Johnny berterima kasih entah yang keberapa kali dia membawa bayi Haechan ikut ke kamar mandi bersamanya juga perlengkapan mandi khusus bayinya.

Ten menyiapkan keperluan bayi Haechan setelah mandi, Johnny sudah mengeluarkannya namun berserakan di dekat tas. Ia hanya menatanya sedikit di dekat ranjang agar mudah di jangkau nanti.

"Johnny~aaa, biar aku urus bayi Haechan mandikan dia dengan cepat, dia bisa kedinginan dan jatuh sakit" Johnny membenarkan perkataan Ten ia akan kesusahan mandi jika bayi Haechan bersamanya.

Johnny memandikan bayi Haechan dengan cepat, ia membuka pintu kamar mandinya sedikit hanya untuk mengeluarkan bayi Haechan dan mengalihkanya pada Ten yang sudah menunggu didepan pintu.

"Terima kasih sekali lagi Ten, aku sangat berutang budi padamu" Ten membawa bayi Haechan dengan handuk bayinya, ia mengeringkan bayi itu memakaikannya pakaian dan skincare bayi.

Bayi itu kini menyusu dengan tenang di ranjang bersamaan dengan Johnny yang baru selesai mandi rambutnya baru saja ia keringkan dengan pengering rambut yang disediakan pihak villa.

Johnny ikut mengambil tempat disisi ranjang, ia tidur menyamping sehingga berhadapan dengan Ten yang memegangi botol susu bayi beruang. Tangannya ia arahkan ke rambut tipis putranya, mengusapnya perlahan.

"Tennie... " Ten mengangkat wajahnya hingga matanya saling bertatapan dengan Johnny, "Aku bingung harus memulai dari mana, aku sudah berjanji akan menceritakannya juga padamu, eomma menemukan putraku di depan ruang rawat inapku dan saat mencoba mencocokkan DNA hasilnya benar bahwa dia adalah putraku, tetapi sebenarnya aku tidak tau siapa ibunya, aku sedang berusaha mencarinya".

Ten mendengarkannya ia juga menelisik raut wajah Johnny sebelum menanggapinya, "Lalu bagaimana perkembangannya? Saat kau bisa menemukan ibunya apa yang kau lakukan? ".

Johnny terdiam pasalnya ia juga bingung, karena ia tidak ingat dan desakan dari sekitarnya untuk mencari ibu bayinya dan bertanggung jawab ia tidak punya pilihan lain selain melakukanya, "Entahlah perkembangannya tidak ada aku kehilangan sebagian ingatanku, sepertinya aku akan membuat bayiku mendapatkan kasih sayang ibunya atau mungkin menikahinya, kira-kira apa yang harus aku lakukan?".

Ten melepaskan botol susu bayi Haechan yang sudah kosong bayi itu sudah tertidur nyenyak, "Ikuti kata hatimu Johnny, ini kehidupanmu kamu tidak boleh mengambil langkah gegabah untuk memutuskan masalah yang menyangkut masa depanmu, bayi Haechan, dan ibu bayinya kan".

Ten benar ia tidak seharusnya memenuhi tekanan dari orang sekitarnya dia harus mendiskusikannya terlebih dahulu pada ibu bayi Haechan apabila ia bertemu, ketakutannya juga bertambah jikalau ibu bayinya malah meminta bayi Haechan kembali, apabila seperti itu tidak ada alasan untuknya ia akan menikah dan mengukuhkan hak asuh bayi itu.

"Tennie.... Bolehkah aku memelukmu? " Ten mengerjapkan matanya mendengar permintaan sahabatnya yang tiba-tiba,"Tentu saja". Johnny memeluk tubuh Ten dari posisinya membuat bayi di tengahnya juga ikut masuk dalam pelukan Johnny.

Johnny hanya membutuhkan sandaran dan sesuatu yang membuat kebimbangannya teratasi, apalagi ia telah menyayangi bayi beruangnya.

"Tennie... Aku tidak ingin ibu bayi ini mengambil kembali putraku, dia yang sudah meninggalkannya tidak seharusnya dia mengambilnya kembali,kan?". Ten mengusap rambut hitam Johnny dia tidak menangis namun tampak jelas di raut wajahnya bahwa dia tidak tenang dan gusar.

"Tidak ada yang akan mengambilnya darimu John dia milikmu, pegang kata-kataku okey".

~^+^~

Jungwoo termenung di ruang tengah dia meminum beer kalengan di depannya bahkan ada 3 botol beer yang berserakan di depannya, ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan, perasaannya sangat kalut. Ia mendengar semuanya.

Dia menelusupkan kepalanya di antara lipatan kakinya, ia merasa sesak di dadanya seharusnya ia cukup mengetahui seadanya, seharusnya saat ia penasaran ia tidak mencoba memuaskannya. Ia seperti mencari luka baru di hatinya.

Jungwoo semakin terisak sendirian merasakan nyeri yang terus melukai hatinya, Johnny yang baru menambil minum dalam kulkas karena haus terkejut, atensinya jatuh pada siluet Jungwoo yang ada di ruang tengah yang gelap sendirian hanya ada pencahayaan dari jendela besar yang menampilkan pemandangan laut malam hari dengan cahaya bulan.

Johnny ingin mendekat awalnya namun takut Jungwoo merasa tak nyaman sehingga ia hanya terpaku di dapur memandangi belakang tubuh Jungwoo, ia baru pertama kali melihat sahabatnya seperti ini, selama ini Jungwoo adalah orang yang kuat dan selalu ceria.

"Johnny aku tahu kau ada disini duduklah" Johnny terkejut saat Jungwoo ternyata menyadari kehadiranya ia menuruti Jungwoo untuk mendekat dan duduk menemani Jungwoo di sofa ruang tengah, mungkin Jungwoo juga butuh sandaran sepertinya selama ini Jungwoo terlihat banyak memendam perasaannya sendiri.

Jungwoo menyandarkan kepalanya di bahu Johnny. "Johnny hyung... ", isakanya masih terdengar hingga membuat sesak di dadanya.

Dengan sabar Johnny menunggu Jungwoo melanjutkan perkataannya, isakan itu mereda Jungwoo menegakkan tubuhnya menghadap ke arah Johnny.



"Johnny hyung...... "





"Johnny hyung menikahlah denganku.... "

.
.
.
.
.
.

Dikit ya? Mianhae 
Revisi kapan kapan
Jangan lupa tinggalin jejak
Σ>―(〃°ω°〃)♡→
.
.
.
TBC
→_→

Becoming a fatherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang