13.

42 4 0
                                    

Duduk melingkar dengan satu cup pop corn yang menjadi santapan, kelima remaja yang mengenakan seragam sama itu kompak tak ingin langsung pulang ke rumahnya. Untung saja sore ini mataharinya tak begitu terik, mereka sengaja ingin menonton beberapa kakak kelas dari klub basket yang kebetulan sedang unjuk kebolehan.

"Keren ih kak Wandra. Udah cakep, tinggi, anak basket lagi," puji Kyla yang tak mampu menampik pesona kakak kelasnya itu. Omong-omong, Kyla juga termasuk dalam jajaran para siswi yang mengagumi Wandra, salah satu cowok famous di SMA Diamond.

"Ama gue cakep mana, Ky?" Dengan segera Justin menyahut. Langsung pasang gaya menyebalkan.

"Udah deh Just, jangan kebiasaan banding-bandingin. Kak Wandra loh ini," sahut Evelyn sambil melempar popcorn ke arah Justin agar cowok itu tersadar.

Justin hanya mencebikkan bibirnya kesal. Padahal kan niat hanya bertanya, emang gak pernah sesuai ekspektasi sih kalo nanyanya sama mereka mereka ini. Apalagi kalo Evelyn yang nanggapin.

"Jadi pengen ikut basket deh, masih boleh gak sih?" Lova masih dengan pandangan lurus memperhatikan permainan jadi bersuara.

"Ngapain Va? lo kan udah ikut klub fotografi. Nanti lo capek kalo nambah basket," komentar Dante seketika terdengar posesif.

"Emang kenapa sih, Dan? lo kan tau sendiri gue juga suka main basket." Lova seketika jengkel. Selain fotografi, basket adalah sebuah kegiatan yang tengah ia gemari. Sudah dari lama gadis itu mendambakan ingin bergabung dengan klub basket sekolah yang bahkan namanya sangat terkenal diluaran sana.

Dante melihat ekspersi kesal itu, gak ada hak juga buat dia ngelarang Lova untuk melakukan apa yang gadis itu mau. Tapi masalahnya, mana bisa Dante biarin Lova disana sendirian tanpa salah satu dari mereka berempat yang ikut menemani gadis itu. Dante tau Lova pasti bisa melakukannya sendiri, tapi ia tak akan membiarkannya.

"Ya udah nanti biar gue tanyain ke kak Zoa, kira-kira masih bisa join apa enggak," kata Dante yang berhasil mengukir kembali senyum manis di wajah Lova.

"Ututu... bucin banget sih, Dan?" sahut Kyla sampai menangkup pipi Dante hingga bibirnya mengerucut.

Dante emang sosok yang hangat, orangnya peduli bukan main apalagi sama orang terdekatnya. Terkhusus untuk Lova, gadis yang sudah lebih dari enam bulan menjadi teman sebangkunya selalu mendapat tempat spesial di hidupnya. Cowok itu selalu berkata manis dan melakukan apapun yang terbaik agar tak pernah mengecewakan Lova. Dante gak mau, gadis yang selalu terlihat riang itu jadi murung hanya karena secuil masalah.

Karena masih betah di sekolah, akhirnya mereka melanjutkan obrolan sampai tak terasa popcorn itu habis tak tersisa. Evelyn ngomel-ngomel karena pas detik-detik terakhir, ia tak kebagian satupun karena Lova yang mengambil dengan porsi banyak.

Sampai akhirnya capek sendiri, dimulai dari Kyla yang memutuskan untuk berpamitan. Lalu satu persatu dari mereka mulai meninggalkan sekolah sore itu.

Lova gak tau harus pulang sama siapa. Waktu buka percakapannya dengan Joshua, status yang tertera adalah 'aktif 50 menit yang lalu'. Lova mendengkus, mungkin bapaknya itu sedang sibuk. Di depan gerbang itu Lova kemudian malah melamun tanpa melakukan apapun untuk bisa segera pulang ke rumah.

Getaran tiba-tiba yang berasal dari ponselnya membuat gadis itu terlonjak. Segera mengangkat benda pipih itu untuk melihat sebuah pesan yang masuk.

Moma
|honey, kamu udah pulang?
|moma lagi dijalan mau ngelewatin sekolah kamu

Lova
Belum mom|
Lova udah ada didepan gerbang|

Moma
|oke waiting for me


A GiftTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang