25.

28 2 0
                                    

Kafetaria yang dipilih sebagai tempat tujuan ketiga orang untuk menghabiskan waktu istirahatnya di siang hari itu nampak tak seperti biasanya, tak biasa karena sosok Joshua yang memang jarang sekali menampakkan diri di tempat tersebut. Hal itu sontak menjadi pusat perhatian karyawan lain yang diam-diam curi pandang pada sosok yang menjabat sebagai direktur utama di perusahaan mereka itu.

Di tengah suasana yang sedang ramai siang itu, Joshua sedang dirundung gelisah. Kekehan yang masih setia keluar dari mulut Dika semakin membuatnya tak tenang, meski Giri sudah berkali-kali memaki lelaki itu agar terdiam.

"Jadi si bocah ingusan itu beneran anak Michael?" kata Dika diiringi gelengan kepala. Sejenak ia meraih gelas yang berisi ice Americano dan meminumnya. "Dunia sempit banget ya, Jo? jadi punya besan dirut bank nih," lanjutnya semakin meledek.

Joshua hanya menghembuskan napasnya pasrah. Setelah pertemuan perdananya kemarin, hari ini Joshua langsung menceritakan hal tersebut pada dua orang yang bersamanya kini. Niatnya sih minta dikasih pendapat gimana cara menyikapi rasa gelisahnya ini.

Iya, Joshua se-gelisah itu waktu tau ada cowok yang secara gamblang bilang naksir anak gadis satu-satunya.

"Kalo saya liat dari sudut pandang cewek, nyalinya cukup gede sih, Pak. Patut diapresiasi dia tuh," ujar Giri yang baru nimbrung. Lalu Dika mengulurkan tangan dan selanjutnya mereka malah melakukan high five.

"Terus saya harus apresiasi dia kayak gimana? kasih ijin buat pacarin anak saya?" sahut Joshua yang sudah tak bisa berpikir jernih.

"Gak harus gitu juga sih, Pak. Emang kemarin waktu dia confess, Pak Josh jawab apa?" kata Giri jadi makin serius ingin mengetahui apa yang sebenarnya jadi permasalahan duda ini.

"Temenan aja, gak lebih!" ucapnya dengan datar.

"Kasian tuh bocah ingusan. Punya calon mertua overprotectif," sela Dika sambil bergidik ngeri dengan muka takut yang dibuat-buat. "Itu bocah yang sempet gue bahas waktu pulang ambil rapot dulu loh, Josh. Gak nyangka aja bisa berani gitu padahal waktu awal ketemu keliatannya yang tipe pemalu gitu. Gentle, idaman ibu mertua," imbuh Dika terkesan berlebihan.

Bahkan Joshua sudah tak tahan langsung saja dengan entengnya menampol pipi Dika yang malah membuat lelaki itu makin kegirangan, aneh.

"Gimana ya, anak jaman sekarang tuh bikin pusing. Kalo terlalu dikekang takutnya malah main belakang, kalo dibebasin nanti malah gak tau diri," gumam Giri yang langsung mendapat perhatian penuh dari Joshua.

Bukan karena Joshua tak percaya pada Lova. Namun lelaki itu hanya sedang terlalu khawatir saja, karena hanya memiliki satu yang tentunya sangat berharga untuknya. Terlibat kisah asmara itu sulit, Joshua tak cukup yakin karena seusia Lova belum terlalu paham untuk menyikapinya.

"Saya butuh solusi," ujarnya terdengar menyedihkan begitu di tangkap oleh telinga Giri dan Dika.

"Jangan terlalu ikut campur, percayain aja sama mereka. Lagian Pak Josh udah bilang ke cowoknya buat jadi temen aja. Tugas Pak Josh pantau aja dari kejauhan, agaknya keliatan aneh sedikit, baru deh turun tangan."

Sepanjang itu Giri memberi solusi, selama itu pula Joshua memusatkan diri hanya untuk menatap wanita itu. Tatapannya sangat dalam bahkan tanpa sadar jika kini Giri sudah terdiam dan sangat gugup atas tatapan yang masih ia berikan.

"Bisaan ya lo berdua jadiin gue laler diantara kalian. Tanggung jawab Josh! anaknya panas dingin nih," celetuk Dika saat itu juga mengacaukan suasana.

Kini tangan Dika sudah menempel di kening Giri tanpa permisi. Wanita itu langsung melebarkan mata makin salah tingkah. Wanita itu hanya tercengir kaku sambil menghempaskan tangan Dika dari keningnya yang kini semakin terasa terbakar.

A GiftTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang