Awalnya tak ada yang menyangka jika kejadian yang dialaminya itu memberikan sesuatu yang cukup parah. Setiap kali saat tak sengaja melirik ke tangan kirinya, Baron selalu tersenyum sinis. Teringat kejadian beberapa waktu lalu saat terjatuh dari motornya. Itu bukanlah yang pertama, tapi rupanya memberikan kesan pada tangannya yang kini masih terbalut gips.
Namun hari ini, semuanya akan kembali normal. Dimana gips yang melilit di tangannya selama dua minggu itu akan terlepas.
"Kamu harus inget, Papa gak bakal ngebolehin kamu langsung main basket ataupun bawa motor setelah lepas gips."
Suara lelaki yang berada di kursi kemudi langsung mengusik telinganya. Baron melirik sinis ke arah Bastian yang menatap lurus pada jalanan.
"Ngapain sih sok-sok perhatian sama Baron? urus aja tuh masa lalu. Masih jaman gamonin mantan?" sindir Baron tepat sasaran.
Bastian langsung menoleh ke arahnya. Menatap datar Baron, berusaha menelan semua amarah yang ingin ia ledakkan. "Saya ini papa kamu, tolong bicara yang sopan. Bukannya dari kecil kamu selalu saya ajarkan untuk sopan santun terhadap yang lebih tua? jangan coba-coba buat jadi berandalan begini!"
Baron mendecih tak terlalu menanggapi serius. "Malu ya punya anak berandalan? kalau gitu cerai dari mama sekarang juga biar kami bisa hidup bahagia. Biar papa juga bisa balikan sama mantan papa itu," ucap Baron sudah tak bisa menahan semua kata-kata yang berpotensi memancing emosi Bastian.
"Stop Baron! jangan berulah. Saya gak akan pernah pisah sama mama kamu, inget itu!" Bastian marah, hanya bisa memukul setir sebagai pelampiasannya.
Hal ini yang semakin membuat khawatir akan dirinya sendiri. Katanya, orang tua akan mewariskan sifatnya kepada sang anak. Baron sudah cukup nakal, tapi dia tidak ingin sampai brengsek seperti Bastian yang masih saja selingkuh ketika anak dan istrinya sudah mengetahui kelakuannya itu. Coba aja kalau bisa milih siapa yamg kelak akan jadi papanya, Baron gak akan mau milih Bastian. Mamanya terlalu berharga jika sampai berjodoh lama dengan lelaki ini.
Baron tak bermaksud jahat, tapi memang itu kenyataan yang kini tengah ia rasakan.
Karena tak ingin semakin kesal dengan keadaan, Baron memilih untuk membuka ponselnya. Mencari sebuah lirik lagu untuk kemudian mempostingnya ke akun instagram khusus. Sebuah kegiatan yang sudah cukup lama ia gemari.
Tell me, is it just me or is anybody
Thinking all the same shit?
They're just not saying it
Or is it just meSebuah lirik lagu berjudul is it just - Shasa Alex Sloan terposting di instastory-nya. Kemudian Baron juga mengadakan request lagu bagi para followersnya. Beginilah cara Baron untuk menghibur diri karena untuk beberapa jam kedepan masih harus berdampingan dengan Bastian.
°°°
Tatapan penuh tanya langsung didapatkannya begitu memasuki area kafe tempatnya nongkrong. Dengan wajah tak sukanya, Baron menatap tajam satu persatu wajah temannya itu.
"Apa?" ketusnya.
"Katanya udah sembuh, kok sekarang malah digendong?" tanya Ferdian begitu melihat kondisi terbaru orang yang baru datang itu.
Baron mendengkus. Coba saja tadi ia tak mengeluh ngilu, pasti Bastian tidak akan memaksa untuk mengganti gips ke armsling. Tapi berbohong pun sepertinya tidak ada untungnya bagi Baron. Itulah yang benar-benar ia rasakan hingga kali ini memilih untuk menurut saja.
"Sesakit itu ya, Ron?" Wandra sudah menoel tangan kiri Baron tanpa permisi dengan wajah ngerinya.
"Tau ngilu gak?" jawab Baron sewot.

KAMU SEDANG MEMBACA
A Gift
FanfictionCinta merupakan hadiah pemberian dari tuhan. Rasa yang ada di dalamnya itu adalah sebuah anugerah yang tuhan berikan. Kita tidak pernah tau, bahkan rasanya seperti tidak bisa memilih kepada siapa esok kita akan menjatuhkan rasa. Semuanya sudah diat...