Lova segera menggendong tasnya yang berisi beberapa keperluannya itu di punggung. Kemudian ia mengecek kembali isi dari koper kecilnya, barang-barang yang sudah disiapkan sudah tertata rapi disana. Semua ini adalah persiapannya untuk nanti menghabiskan dua hari sisa liburannya. Akhirnya, akhir pekan itu sudah tiba, perasaan gadis itu sangat membara. Lova kelewat senang dan antusias. Ia benar-benar menyiapkan semuanya bahkan dari jauh-jauh hari.
"Oh iya kamera!" seru gadis itu segera teringat. Kembali menuju lemarinya dan mengambil dua buah kamera dari sana. Akhir-akhir ini Lova sedang menyelami hobi barunya, yaitu fotografi. Lebih tertarik dengan mengambil potret pemandangan alam sekitar. Tapi tak jarang juga ia memanfaatkan teman-temannya sebagi objek fotonya. Dan tentu Joshua juga tak pernah terlewatkan dari jepretan kameranya itu.
Kamera palaroid yang akhir-akhir ini menjadi favoritnya, segera ia masukkan kedalam koper bercampur dengan bajunya. Sedangkan kamera analog ia kalungkan di leher. Gadis itu menutup kopernya begitu semua barangnya sudah lengkap. Lova menghadap cermin sejenak untuk melihat penampilannya. Hanya bergaya santai dengan kaos warna putih yang dipadukan celana denim.
"Sayang, barang-barang kamu sudah belum?" Joshua muncul dari balik pintu kamar Lova. Secara tak sengaja jadi melihat Lova yang tengah berkaca.
"Eh, Papap. Ini Lova baru aja selesai," ucap Lova sambil memperlihatkan tas di punggungnya.
Joshua akhirnya masuk dan menghampiri Lova. "Sini biar Papap aja yang bawa barang kamu. Berat, nanti kamunya kecapean."
"Lova masih kuat kali, Pap! cuma ini doang mah masih enteng," balas Lova menunjuk tasnya yang sudah berpindah tangan ke Joshua. Iya, tas itu hanya berisi beberapa skincare dan barang printilan yang biasa Lova bawa. Jadi sangat jelas kalau berat tas itu tak seberapa dengan beban hidupnya.
"Ada Papap kenapa mesti bawa sendiri?" celoteh Joshua mengabaikan begitu saja kalimat Lova. Bukannya tak ingin melihat gadis itu mandiri. Tapi.... Joshua hanya memiliki gadis itu. Apapun yang terbaik sebisa mungkin Joshua lakukan untuknya. "Yaudah yuk berangkat sekarang, nanti kita sarapan di jalan aja."
Lova mengangguk, mengikuti Joshua keluar kamarnya. "Pap, nanti makan bakmi ya. Lova lagi pengen banget."
"Iya," jawab Joshua begitu lembut dan pengertian. Pria yang kini tengah memakai kemeja kotak-kotak itu jadi terlihat semakin berkharisma. Bahkan Lova yang hanya melihatnya dari belakang merasa aura Joshua makin terpancar. Orang tak kenal pasti tak akan menyangka jika Joshua adalah seorang duda dan anaknya sudah berumur enam belas tahun.
"Pap!" panggil Lova. Joshua yang baru saja membuka bagasi mobilnya jadi menoleh ke arah gadis itu sambil mengangkat alis. "Papap, kece banget hari ini. Jadi keliatan makin muda pake kotak-kotak gitu."
Joshua segera menoleh ke arah baju yang kini ia kenakan. Entah kenapa, kadang suka sadar gak sadar pria itu selalu memakai motif kemeja yang sama tapi berbeda warna setiap kali berpergian. Tak jarang Lova kerap kali memerotes gaya berpakaiannya yang fanatik dengan kemeja kotak-kotak itu.
Baru saja pujian dari Lova melayang sudah mampu membuat Joshua tersipu. Ia segera memasukkan semua barang lalu menutup kembali bagasi mobilnya begitu selesai. Joshua menyempatkan untuk menoleh Lova yang masih setia di sampingnya. "Papap kamu ini emang sekece itu, jangan heran ya," ucapnya dengan percaya diri.
Lova jadi melongo sebal begitu Joshua mode besar kepala. Kalo tingkat percaya dirinya udah melambung tinggi kayak gitu, artinya Joshua juga ngerasa udah nyaman banget sama penampilan dan apa yang pria itu pakai.
"Papap suka gitu kalo udah dipuji. Sebel liatnya!" Lova jadi badmood karena respon sombong Joshua.
Pria itu hanya terkekeh. "Loh, kok malah sebel? lagian kamu duluan yang muji Papap. Lagian gak ada yang minta dipuji kan?" ujarnya enteng. Ia hanya melirik Lova yang kini jadi melipat kedua tangan menatapnya sinis. "Udah ayo berangkat, kalo bete begini nanti liburannya gak jadi."
Lova langsung merubah raut wajahnya. "Gak usah ngomong aneh-aneh!" gadis itu segera menyusul memasuki mobil.
Pagi ini mereka akan berangkat menuju tempat tujuan untuk menghabiskan waktu bersama sesuai perjanjian. Lova sangat berharap semuanya berjalan dengan lancar, ia bisa benar-benar melakukan quality time bersama Joshua.
°°°
Kurang lebih ada dua jam ia habiskan waktu di perjalanan. Kini mobilnya tengah melaju di jalan berbatu. Pepohonan di kanan kirinya menjadi pemandangan, menandakan jika dirinya sebentar lagi akan tiba di villa.
Dengan earphone yang terpasang di telinga, Lova sibuk menscroll aplikasi musik. Ia sedang mencari lagu, entah itu rilisan baru atau rilisan lama yang nantinya sesuai dengan pendengarannya. Itung-itung juga buat update koleksi playlistnya.
"Pap, punya rekomen lagu yang bagus gak?" seru gadis itu membuka obrolan.
"Hmm.. apa ya? sunday morning, Maroon 5?" ujar Joshua asal.
Lova langsung merotasikan bola matanya. Sepertinya lagu itu sudah seperti lagu wajib untuk Joshua. Bahkan lagu itu sempat terputar di mobil sekitar sepuluh menit lalu.
"Serius ih, Pap! Lova lagi pengen dengerin lagu nih," seru Lova yang mengangkat tangannya untuk mencubit Joshua, tapi pria itu segera berusaha menjauhkan diri.
"Eh, Lova jangan! ASTAGA!" Joshua segera mengendalikan kemudi. Hampir saja dibuat oleng karena menghindari cubitan dari Lova. "Jangan gitung dong, untung aja barusan gak sampe nabrak kambing orang."
Lova malah terbahak. Apa barusan Joshua terdengar marah atau kesal? tidak! pria itu berbicara dengan intonasi yang tenang. Bahkan sekarang malah ikut tertawa bersama Lova.
"Apasih, kok malah ketawa?" tanya Joshua jadi heran sendiri. Gadis itu malah semakin mengeraskan tawanya.
"Abis Papap lucu, gak bisa ngambek!"
Joshua pun menipiskan bibir. "Udahan ketawanya, kita udah nyampe."
Mobil pun terparkir di sebuah bangunan yang terlihat sangat terawat meski tak pernah dihuni itu. Lova menatap kagum, segera keluar mobil untuk melihatnya lebih dekat.
"Wah," gumamnya begitu melihat villa yang sudah lama tak pernah ia kunjungi itu.
"Pak, Josh? udah lama gak ketemu." Pak Asep selaku orang yang dipercayai untuk menjaga dan merawat villa milik keluarga Hong segera menyambut kedatangan Joshua dan Lova.
"Pak Asep apa kabar?" Joshua pun menyambutnya dengan hangat dan menjabat tangan pak Asep.
"Baik, Pak. Sini saya bantu bawain barang-barangnya." Pak Asep segera menuju bagasi untuk mengeluarkan barang.
"Makasih ya, Pak." Joshua sangat berterima kasih atas bantuan dari pak Asep. Tak diam begitu saja tetap ikut mengangkut barangnya ke dalam villa.
Tersisalah Lova yang kini malah terduduk di teras. Jadi iseng membuka apkikasi instagram untuk melihat aktivitas disana. Di urutan pertama, ada Evelyn yang baru saja memposting instastory. Lova menekannya, keterusan sampai ke akun berikutnya. Alisnya langsung tertaut begitu melihat instastory milik akun sekolahnya. Tumben banget malah posting playlist spotify. Agak janggal. Lova pun jadi teringat kalau ia sedang mencari lagu untuk menemani moodnya kali ini. Keluar dari instagramnya, Lova langsung meluncur ke aplikasi streaming musik. Lova benar-benar stalking playlist itu. Hanya ada total dua belas lagu, lova putar semuanya sekilas. Hingga ia menemukan sesuatu yang cocok dengan apa yang ia cari.
Good time- Owl City, Carly Rae Japsen.
"Emang adminnya siapa sih? bisa-bisanya malah posting playlist spotify. Itu akun kan biasanya cuma buat kegiatan sekolah." Meskipun masih tetap ngedumel karena merasa aneh. Lova dalam hati juga bersyukur, setidaknya lagu itu sudah membuatnya merasa semakin baik. Good mood for good time.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Gift
FanfictionCinta merupakan hadiah pemberian dari tuhan. Rasa yang ada di dalamnya itu adalah sebuah anugerah yang tuhan berikan. Kita tidak pernah tau, bahkan rasanya seperti tidak bisa memilih kepada siapa esok kita akan menjatuhkan rasa. Semuanya sudah diat...