23.

33 2 0
                                    

"Dia usul minta lo jalin kerja sama ama bank SVT."

Kehadiran Dika di siang hari itu membuat Joshua terdiam. Lelaki itu berpikir kenapa rekan kerjanya yang merupakan atasan Dika itu tiba-tiba mengusulkan hal demikian.

Bukan tanpa sebab apalagi tentang proyek hunian baru yang sebentar lagi resmi di buka. Sebelumnya Joshua sudah bekerja sama dengan empat bank terkenal untuk memudahkan konsumen mendapatkan akses pembiayaan Kredit Kepemilikan Rumah. Haruskah ia menambah lagi?

"Lo gak perlu ragu, kebetulan gue ada kenal ama dirutnya langsung." Dika terus berusaha meyakinkan Joshua yang sangat jelas ragu. Tak ada yang perlu dikhawatirkan karena Dika juga sangat merasa yakin, makanya ia tak masalah jika harus membujuk Joshua mati-matian.

"Oke, kita obrolin sama divisi legal dulu buat nyiapin proposalnya," kata Joshua akhirnya sepakat.

Senyum Dika langsung melebar, ia menepuk punggung Joshua dengan kencang saking senangnya. "Gitu dong, gue janji sebagai manager marketing bakal lebih giat lagi membimbing tim gue untuk semangat jualan," ucapnya sungguh-sungguh.

Namun hal itu malah mengundang tawa Joshua. Lelaki yang terkenal suka ngelawak itu masih saja teedengar lucu meski yang diucapnya itu adalah sesuatu yang serius. Kadang kalo ngeliat Dika sekilas, tak pernah menyangka jika seseorang sepertinya menjabat sebagai manajer marketing di sebuah perusahaan properti ternama.

Kalo kata Giri, wibawanya masih anjlok.

"Btw, lo serius kenal ama dirutnya? kok bisa?" tanya Joshua jadi penasaran atas apa yang sempat Dika utarakan diawal.

"Lo kan tau, ramah tamah itu syarat utama yang harus dimiliki orang marketing kayak gue," kata Dika seperti biasa menyombongkan diri. "Dia salah satu penghuni di apart DLV."

Joshua membelalak dengan mulut yang terbuka kecil. Apartemen yang tak lain adalah proyek yang ia kembangkan bersama dengan salah satu perusahaan terbaik di Amerika. Lokasinya ada di pusat kota dan merupakan kawasan elit. Tak heran jika seorang direktur memilih untuk memiliki hunian disana.

"Lo ajakin main golf coba biar lebih ngena jalin kerja samanya," celetuk Dika mengusulkan.

Joshua hanya manggut-manggut mempertimbangkan. Menurutnya itu adalah ide bagus. Sudah cukup lama juga ia tak menjalani salah satu hobinya itu. Dulu ia sering melakukan hal tersebut dengan seorang partner yang selalu mendampingi.

Sekarang ia beralih pada sebuah laptop yang menyala di hadapannya. Hal utama yang selalu ia lakukan sebelum menjalin kerja sama dengan calon kliennya, yaitu mengetahui sedikit tentang biografi orang tersebut yang tertulis di sebuah website perusahaannya.

Sebagai orang yang sama-sama tak mengenal satu sama lain pastinya akan canggung pada pertemuan pertama. Apalagi bekerja di bidang yang berbeda akan membuat mereka terbatas untuk menjalin sebuah obrolan. Hanya sedikit informasi seperti mengetahui hobi dan membahasnya menjadi sebuah obrolan yang seru itu menjadi jalan ninjanya untuk memulai hubungan yang baik.

Pembawaannya yang lembut dan sosoknya yang ramah cukup untuk menjadi bekal Joshua dalam menjalin kerja sama dengan mudah. Terkadang ia bangga dengan apa yang sangat melekat pada dirinya itu, tapi tak jarang masih saja ada orang yang menyalahartikannya dan berbuat semena-mena.

Rugi dalam hal berbisnis itu sudah pasti pernah ia rasakan. Tak akan lagi Joshua tersangkut kasus penipuan karena sudah memiliki rekan kerja yang punya embel-embel intelejen.

Kalian pasti tak pernah menyangka jika tau siapa sosoknya. Bahkan Joshua sendiri juga tak pernah menyangka.

°°°

A GiftTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang