Hari minggu ini Joshua habiskan hanya di rumah saja. Lelaki itu bosan karena sendirian saja di rumah, sedangkan Lova sudah meninggalkannya sejak pukul sepuluh pagi untuk hunting foto bersama teman-teman ekskul fotografinya.
Televisi yang kini menyala dan menayangkan sebuah film horor favoritnya itu ia abaikan begitu saja. Hari menjelang sore, lelaki itu lantas berjalan ke balkon hanya untuk melihat langit yang sedikit menggelap. Sepertinya tak lama lagi akan turun hujan.
Langsung saja kepalanya teringat pada Lova yang masih berada di luar sana. Joshua bergegas mengambil ponselnya.
Joshua
|sayang, masih belum selesai huntingnya?
|papap khawatir banget soalnya cuaca udah mulai mendung
|pulangnya papap jemput yaLova
Iya jemput aja, bentar lagi kelar kok|
📍share location|Joshua
|okay, papap siap-siap dulu
|tunggu yaLova
Kali ini kalo jemput harus sama moma!|Joshua
|maksudnya?Lova
Sebelum jemput Lova, papap jemput moma dulu!|
Kalo datengnnya gak sama moma, Lova mau pulang naik ojek aja|
Oke, pap? hati-hati di jalan|Joshua
|see youJoshua jadi mengusap wajahnya kasar. Gimana caranya bisa menghubungi Jelena sedangkan untuk yang kemarin saja ia belum sempat meminta maaf. Namun tak ada yang bisa ia lakukan selain melawan egonya sendiri. Hatinya terus teriak karena terus menyimpan rasa bersalah sedangkan jarinya harus segera mengetikkan pesan.
Untuk kali ini, Joshua tak ingin menolak keinginan Lova sebelum gadis itu benar-benar nekat dengan ancamannya. Kalo cuaca sore ini tak mendung, mungkin untuk sesekali saja Joshua tega membiarkan Lova naik ojek. Joshua benar-benar masih tak ingin di pertemukan dengan Jelena. Kenapa takdir sepertinya senang sekali membuatnya terjebak dan tak membiarkannya mendapatkan lebih banyak pilihan untuk menghindar dari hal yang menurutnya menyebalkan.
Joshua
kamu free?|
Lova mau ketemu|
aku bakal jemput kamu, sekalian nanti dinner|Jelena
|kenapa dadakan banget?
|aku masih di jalan, baru pulang dari kantorJoshua
Yaudah kalo gabisa|
Gapapa. Next time aja|Jelena
Gak! aku gak ada bilang kalo aku gak bisa|
Kasih aku waktu lima belas menit. Terus jemput aku di apart|Joshua hanya melihat sekilas balasan itu. Segera pergi untuk mempesiapkan diri. Namun ia agak lambat untuk menjemput Jelena tak sesuai seperti yang wanita itu minta.
"Gak janjian, tapi kok bisa couple gini?" ucap Jelena begitu membuka pintu mobil Joshua. Wanita itu terlihat sumringah, segera duduk di sebelah Joshua dan menutup kembali pintunya.
Joshua tak bereaksi banyak. Lelaki itu jadi melirik kemeja yang sedang ia kenakan, warna biru senada dengan dress milik Jelena. "Cuma kebetulan," sahutnya kemudian melajukan kembali mobilnya meninggalkan area apartemen Jelena menuju lokasi tempat Lova berada.
"Lova lagi dimana?" tanya Jelena membuka obrolan. Saking sibuknya ia hari ini, sampai lupa jika belum sempat untuk berkomunikasi dengan gadis itu.
"Di pelabuhan," jawab Joshua singkat. Sebenarnya agak kesal dengan pertanyaan tersebut. Kenapa wanita itu masih tak mengetahui apa-apa soal Lova ketika jarak sudah tak sejauh dulu. Inilah yang jadi alasan utama Joshua ragu.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Gift
FanfictionCinta merupakan hadiah pemberian dari tuhan. Rasa yang ada di dalamnya itu adalah sebuah anugerah yang tuhan berikan. Kita tidak pernah tau, bahkan rasanya seperti tidak bisa memilih kepada siapa esok kita akan menjatuhkan rasa. Semuanya sudah diat...