Sean meninggalkan Jennie begitu saja di ruang tamu rumah nya, dan memilih untuk membersihkan diri lalu tidur.
Dan Rio, ia mulai belajar di sebuah sekolah menengah atas yang sederhana, dan Daniel kerap kali datang untuk membawa Rio ke pertemuan untuk menjadi negosiator nya, padahal usia Rio masih belasan tahun, dia menolak menjadi pegawai di perusahaan Kang, karena Rio belum paham tentang kontrak kerja.
Sedangkan Jennie, dia masih berusaha untuk meluluhkan hati Sean, dengan mengirimi nya makanan setiap hari beserta ucapan maaf yang tak bosan ia tuliskan, Sean adalah pria yang paling mengerti Jennie, jadi wajar jika gadis itu enggan untuk melepas nya.
"Jenn, perusahaan juga butuh kamu" protes Jisoo.
"Aku tak peduli unnie, jika ini bisa di tukar dengan Sean, aku rela" jawab Jennie, ia pun keluar dari ruangan nya, Jisoo memijat pelipisnya sendiri, perusahaan Jennie tak lagi sebesar dulu, bahkan nyaris tersalip oleh perusahaan Kang dalam daftar perusahaan yang paling banyak menjadi suplayer alat kesehatan rumah sakit dan yayasan kesehatan.
Sean membaca majalah bisnis di rumah nya, dia tahu perkembangan perusahaan tempat ia dulu bekerja, dan miris melihat nya.
"Aku akan melakukan apa pun yang kamu mau, asal beri aku kesempatan untuk memperbaiki semua nya"
Tulis Jennie di kartu ucapan yang ia selipkan pada makanan yang di kirim ke Sean, pria itu kemudian menghubungi nomor Jennie.
"Hallo"
"Hallo, aku sedang membaca kartu ucapan mu, apa itu termasuk jika aku meminta mu untuk tidak membalas dendam pada Rio?" Tanya Sean, lewat sambungan telpon nya, Jennie tak menjawab.
"Baiklah, lupakan saja" Sean hendak menutup sambungan telpon nya.
"Tunggu" ucap Jennie.
"Aku akan berusaha untuk melupakan nya"
"Baiklah, jika sudah bisa melupakan nya, hubungi aku"
"Tapi aku butuh bantuan mu untuk melupakan nya, aku tidak bisa melakukan nya sendiri Sean"
Sean pun akhir nya luluh, ia kembali pada Jennie, dan perusahaan nya, setelah hampir empat bulan putus, dan Rio sendiri juga sibuk dengan sekolah nya, ia belajar sungguh-sungguh demi cita-cita nya untuk menjadi orang sukses, Sean masih berusaha mencari keberadaan bocah itu, meski ia berkali-kali mengikuti Daniel diam-diam, tapi usaha nya selalu gagal.
"Aku curiga Daniel tahu keberadaan Rio, tapi sengaja menyembunyikan nya dari ku" batin Sean melihat Daniel memasuki apartemen mewah nya, Sean tak mau Rio hanya di manfaatkan saja padahal ia masih muda dan lugu.
Suatu hari, Daniel menjemput Rio ke sekolah untuk melakukan negosiasi dengan sebuah rumah sakit yang baru akan di resmikan, mereka tak tahu jika perusahaan Kang akan bersaing dengan perusahaan Kim dan Jongin, Daniel dan Rio datang paling akhir, dan beruntung dia melihat bayangan Sean di balik kaca ruang meeting yang ia lewati.
Deg
Rio pun menghentikan langkah nya, peluh nya bercucuran karena ketakuatan.
"Hyung, aku tidak bisa masuk hyung" pamit nya pada Daniel.
"Kenapa?" Panik Daniel, karena Rio yang lebih hafal materi presentasi, sebab ia yang mencari barang nya.
"Perutku sakit hyung" alasan Rio, ia pun buru-buru lari berpura-pura ke toilet, Daniel pun mengejar nya.
"Rio, aku harus bagaimana?" Cemas Daniel menunggu Rio dari luar bilik toilet.
"Begini hyung. . ." Rio pun kemudian menjelaskan apa yang harus Daniel katakan di ruang meeting nanti dengan singkat, jelas dan padat, akhir nya Daniel pun memasuki ruang meeting, ia terkejut melihat Sean dan Jongin, dan lagi, ia berhasil memenangkan tender.
Sean menerima kelalahan dengan lapang dada, tapi ia masih curiga jika Daniel tahu dimana Rio.
"Aku tidak tahu jika anda juga ikut ambil bagian dalam tender ini" sapa Daniel selesai meeting, karena ini bukan lah proyek yang terlalu besar, dan tentu saja Daniel sungkan bersaing dengan Sean yang telah menjadi klien nya akhir-akhir ini.
"Yaa, aku harus memulai lagi dari nol sekarang" balas Sean menceritakan jika ia kini berada di bawah naungan perusahaan Kim lagi, Daniel mengangguk paham, Sean sendiri juga tak tahu jika ada perusahaan Kang dan Jongin, hingga ia tak siap menyiapkan banyak materi, Rio mengintip kepergian Sean dan Daniel dari balik pintu toilet, ia kemudian menyelinap setelah di rasa aman.
Sean bersiap hendak pulang kembali ke rumah, ia mengemasi meja kerja nya, Jennie tiba-tiba masuk tanpa di sadari oleh sang pemilik ruangan, dan langsung memeluk kekasih nya itu dari belakang.
"Astaga Jennie" kaget Sean terkejut karena ada yang tiba-tiba memeluk nya.
"Apa yang kamu pikirkan sampai tidak mendengar aku masuk?" Tanya Jennie tanpa melepas pelukan nya, Sean terdiam untuk sesaat.
"Rio" jawab Sean lirih
"Kita sedang mengusahakan pencarian nya kan?"
"Iya, tapi aku tetap saja khawatir Jenn, sepuluh tahun kita hidup dengan nya, aku sudah menyayangi nya seperti dongsaeng ku sendiri" Jennie melepaskan pelukan nya, ia mungkin merasa bersalah, Sean pun membalikan tubuh nya ke arah Jennie, dan giliran dia yang memeluk Jennie sekarang, gadis itu menyandarkan kepala nya di dada Sean, dengan wajah murung nya.
"Rio adalah satu-satu nya keluarga yang kamu miliki sekarang, bagaimana pun juga di tubuh kalian mengalir darah yang sama, tolong maafkan Rio, jangan hukum dia atas kesalahan yang tidak ia perbuat" mohon Sean, ia mengusap punggung Jennie yang mulai meneteskan air mata nya memikirkan kata-kata Sean.
Daniel sendiri menemui Rio di jam-jam random, dan kadang ia membuat janji beberapa hari sebelum bertemu, jadi sulit bagi Sean untuk mengikuti Daniel dan mengetahui dimana Rio tinggal sekarang, setiap hari, Minho dan Sungjae sudah ditugaskan untuk mencari keberadaan bocah itu, tapi sampai sekarang belum bertemu.
#TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Only Love Can
FanfictionRio, pria miskin yatim piatu yang jatuh cinta pada putri pemilik kedai makan sederhana di sebuah pasar