11. Dendam

1.5K 230 25
                                    

Minho yang melihat Jennie keluar dari lobby kantor nya pun buru-buru membuka kan pintu mobil untuk atasan nya itu, ia tahu Jennie sedang marah besar dilihat dari raut wajah nya.

Begitu memasuki rumah, Jennie langsung menuju dapur.

"Jenn, sudah pulang?" Sapa Sean di ruang tv, tapi Jennie acuh, ia mengambil pisau dari tempat nya, dan ahjuma Shoo pun menatap curiga, ia mengikuti Jennie di belakang nya.

"JENNIE!" teriak Jisoo memperingatkan majikan nya itu bahwa pisau yang ia pegang itu sangat berbahaya.

"Aku akan membunuh mu lebih dulu Rio!" Teriak Jennie berlari hendak menyerang Rio, remaja itu terkejut kebingungan, tapi Sean dengan sigap langsung berdiri dan menahan serangan Jennie.

Sreett. . .

"Aahh. . . " Sean gagal merebut pisau dari tangan Jennie dan malah melukai lengan nya.

"Biarkan aku bunuh anak itu!" Teriak Jennie, Rio melompat dari sofa yang ia duduki dengan panik.

"Rio lari!" Teriak Sean, Jennie hendak mengejar tapi tubuh nya ditahan Sean dari belakang.

"Lepaskan aku Sean, aku harus membalas kematian appa dan eomma" teriak Jennie sambil meronta, tak ada yang berani membantu Sean, dan Rio masih berdiri disana.

Bless. . .

Jennie yang sudah dikuasai oleh amarah menancapkan pisau nya diperut samping kanan Sean, karena ia terus meronta, jadi secara tak sengaja pisau nya menusuk tubuh Sean.

"SEAN" Jisoo berteriak histeris, kedua mata Rio terbelalak melihat darah keluar dari perut Sean.

"Rio, lari" ucap Sean lemah, tanpa pikir panjang, Rio pun lari dari rumah Jennie dengan bertelanjang kaki, ia tak tahu harus kemana sore itu, pikiran nya kacau, bayangan wajah Sean yang menerima tusukan pisau dari Jennie pun masih terngiang di benak nya, tubuh Rio menggigil ketakutan.

"'Hyung" lirih nya cemas memikirkan nasib Sean, ia tak tahu apa yang terjadi, kenapa tiba-tiba Jennie mengamuk seperti orang kesetanan.

Sean jatuh tersungkur, dan Jennie baru tersadar akan amarah nya, ia berbalik menatap sang kekasih yang tak sadarkan diri dengan mata terpejam.

"Sean" Jisoo pun mendekat.

"Oppa, panggil Sungjae, bawa Sean ke rumah sakit" teriak nya panik, ia sudah menangis ketakutan, dan Jennie pun menangis histeris.

Ia menyesali perbuatan nya yang telah menyebabkan Sean celaka, dan nyawa nya di ujung tanduk sekarang, Jisoo, Minho dan Sungjae pun membawa Sean ke rumah sakit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ia menyesali perbuatan nya yang telah menyebabkan Sean celaka, dan nyawa nya di ujung tanduk sekarang, Jisoo, Minho dan Sungjae pun membawa Sean ke rumah sakit.

"Oppa, tolong cari Rio, sebelum Jennie menemukan nya nanti" interuksi Jisoo pada Minho, sambil menunggu Sean di operasi.

"Baik nona" Minho pun pergi untuk mencari Rio, sementara Jennie, ia menangis meraung mencemaskan kondisi Sean.

Rio berjalan tak tentu arah, sambil celingukan, hari mulai gelap dan perutnya juga lapar, ia merogoh saku nya, dan hanya menemukan uang tiga ribu ₩on, lain nya ia tinggal di kamar, Rio memang tak terbiasa membawa banyak uang, karena dia selalu pergi dengan Sean atau Jennie, dan mereka lah yang membayar semua nya, jadi sisa uang saku selalu Rio letakan di laci meja belajar nya begitu saja, ia pun memasuki minimarket, membeli ramen termurah dan air mineral untuk mengganjal perut nya.

Rio pun memilih untuk mendatangi taman, dan tidur di salah satu bangku nya, Sean telah sadarkan diri, tapi dia tak kembali ke rumah Jennie, melainkan ke rumah nya sendiri, dan usaha Minho untuk mencari Rio gagal, ia tak menemukan nya.

"Sial" gerutu seseorang pagi itu, sambil merobek-robek kertas di tangan nya menjadi dua, Rio yang terganggu dengan suara itu pun terbangun, ia melihat seorang pria dewasa tengah menggerutu kesal, lalu pergi begitu saja, Rio yang penasaran pun duduk dibangku yang ia tiduri semalam, lalu berdiri dan mengambil robekan kertas tadi, yang ternyata berisi materi presentasi untuk tender pengadaan alat kesehatan dari perusahaan Kang.

Rio pun seharian di sibukan dengan membaca isi kertas tadi dan mempelajari nya, dan surat penolakan dari sebuah yayasan kesehatan milik swasta, Rio pun memasuki toilet umum, untuk sekedar membersihkan diri, lalu mencari alamat yayasan tadi, hanya dengan celana pendek dan kaos Rio pun menemui pemimpin yayasan.

"Saya bisa menyediakan alat itu dengan harga yang lebih murah"

"Bisa lebih murah dari yang perusahaan lain berikan?" Tanya sang pimpinan, dia tidak percaya pada Rio, tapi gaya bicara bocah itu sangat meyakinkan.

"Maaf atas kejadian tadi, tuan Kang mungkin sedang tertekan, jadi dia memberikan harga yang salah" ralat Rio.

"Baiklah, aku menyetujui nya, dan besok bawa surat kerja sama yang baru, mengerti?"

"Baik tuan" Rio pun keluar dari yayasan dengan wajah sumringah, ia kini harus mencari kantor perusahaan Kang yang alamat nya sudah tertera di kop surat tadi, ia pun berjalan menuju ke halte bus, tapi ia tak memiliki uang untuk membayar nya, Rio nampak gelisah, uang di kantong nya hanya tinggal lima ratus ₩on saja, sementara untuk naik bus, ia butuh seribu empat ratus ₩on.

Tak ada pilihan, Rio pun akhir nya memilih untuk berjalan kaki saja, meski sangat jauh, di tambah perut nya juga sangat lapar karena sedari pagi belum terisi apa pun, hanya air putih yang di suguhkan oleh pegawai yayasan tadi.

Nafas Rio terengah, wajah nya penuh keringat, hampir jam makan siang, ia baru tiba di kantor perusahaan Kang, beruntung Sean selalu membawa Rio selama ini, jadi ia tahu harus kemana dan berkata apa jika ingin bertemu seseorang di sebuah perusahaan, ia memasuki lobby, yang biasanya, di dekat kursi tunggu di sediakan air minum gratis, Rio pun mengambil satu botol dan meneguk nya sampai habis, lalu mendekati resepsionis, dan mengatakan tujuan nya datang adalah untuk bertemu dengan tuan Kang.

"Maaf, tuan Kang tidak bisa di temui" ujar sang resepsionis, atasan nya menolak bertemu Rio karena merasa tidak mengenal nama Limario Manoban, padahal pemuda itu datang karena ingin menyelamatkan perusahaan nya.

#TBC

Only Love CanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang