Rio nampak gelisah dan tak fokus pada pekerjaan nya, dalam hati masih penuh tanya, "ada apa dengan Irene? Kenapa dia berhenti mengirimi nya makan siang?" Dan selama Irene tak mengirimi nya, Rio juga tak makan siang, makan di rumah saja Gaeul yang menyuapi.
Dan Rio sedang berada di restauran Seannie sekarang, melamun sambil memainkan gelas minuman nya.
"Rio, kamu mau makan apa?" Tanya Jennie.
"Aku tidak lapar noona" jawab nya tak bersemangat.
"Mau pai labu? Ini baru baru matang dan masih panas" tawar Jennie lagi.
"Tidak" Rio masih menolak, akhir nya Sean pun datang bersama Sungjae, dia habis menyelesaikan negosiasi diluar sendiri, jadi dia datang terlambat ke restauran sang istri, yang sedang memasakan nya nasi goreng kimchi.
"Hi wifey" sapa Sean mendekati sang istri lalu mengecup pipi nya .
"Oppa" balas Jennie
"Rio tak mau makan sudah lima hari ini, coba lah bujuk dia makan" ujar Jennie, kedua nya lantas melirik sang dongsaeng yang sedang minum sambil menatap keluar restauran.
"Okey" jawab Sean, ia lalu membawa nasi goreng nya ke meja Rio, sang dongsaeng langsung menjatuhkan kepalanya diatas meja.
"Kata noona mu, kamu sudah lima hari tidak makan siang? Kenapa?" Tanya Sean sambil membuka jas nya.
"Aku tidak lapar hyung" alasan Rio.
"Tidak ada, ayo makan, buka mulut mu!" Sean menyodorkan sesuap nasi goreng kimchi ke mulut Rio, sang dongsaeng melirik wajah hyung nya yang nampak serius dan dingin.
Nyam
Rio terpaksa menerima suapan Sean karena takut dengan sang hyung, akhir nya nasi goreng itu habis oleh Rio sendiri, Jennie tertawa lucu melihat suami nya menyuapi dongsaeng ipar kesayangan nya.
"Ada masalah?" Selidik Sean
"Tidak hyung"
"Kita memang baru kembali dekat semenjak empat tahun yang lalu Rio, tapi bukan berarti hyung tidak tahu apa-apa tentang mu, ini bukan kamu yang biasanya, hyung paham itu" tutur Sean, Rio terdiam.
"Baiklah, hyung tak akan memaksamu untuk bercerita, tapi tetaplah makan, jangan buat noona mu khawatir" nasihat Sean, ia lalu berdiri, dan mengambil piring kedua berisi nasi goreng yang sama, untuk ia makan sendiri, sambil duduk di hadapan Rio lagi, sang dongsaeng menatap Sean yang tengah makan dengan lahap nya.
"Ini tentang Irene noona" akhir nya Rio mengaku, Sean menghentikan suapan nya, dan menatap Rio penuh selidik.
"Ada apa dengan Irene?" Tanya Sean
"Sudah lima hari ini dia tidak mengirimi ku makan siang hyung"
"Memangnya kenapa kalau dia tidak mengirimi mu makan siang, kamu bisa makan siang di sini, di rumah, atau dimana pun kamu mau" heran Sean.
"Rasanya beda hyung" Rio terdengar putus asa.
"Apanya yang beda? Lauk nya? Nasi nya? Kamu tinggal katakan pada ahjuma Shoo atau noona mu mau makan apa" Sean pura-pura tak tahu apa-apa.
"Bukan itu"
"Lalu?" Jennie menyusul suami dan dongsaeng nya itu, duduk di samping Sean, Rio menggaruk tengkuk nya yang tak gatal, bingung untuk mengakui nya.
"Lalu apa?" Desak Sean.
"Aku suka saat dia menyiapkan makan siang ku, kadang menyuapi ku juga, perhatian nya, rasanya menyenangkan hyung, dan lima hari terakhir ini aku kehilangan itu semua secara tiba-tiba, dan tanpa kabar atau pun alasan" jelas Rio, Sean dan Jennie menahan senyum lucu dengan pengakuan Rio.
"Ya sudah, nikahi saja dia, biar kamu dilayani dan di suapi setiap hari" seloroh Sean bercanda, Rio tidak tertawa, ia langsung berdiri.
"Mau kemana?" Tanya Jennie.
"Ke rumah appa" jawab Rio santai.
"Jennie, seperti nya kita harus segera menyiapkan rumah untuk Rio" gumam Sean menatap Rio keluar dari restauran, pemuda itu segera mengemudikan mobil nya ke pasar menuju kedai Yuri.
Sang pemilik kedai sedang tak ada di tempat, hanya ada Irene disana.
"Noona"
"Rio" Irene kaget tak menyangka orang yang sedang ia pikirkan sudah berdiri di depan kedai ayah nya, kedua nya saling bertatapan, dan tak ada yang memulai bicara, terlihat jelas jika mereka ingin melampaiskan perasaan rindu nya, tapi tak ada yang berani memulai lebih dulu.
"Ada apa?" Irene akhir nya buka suara.
"Kenapa tak ada lagi kiriman makan siang untuk ku?" Protes Rio
"Karena tak ada permintaan" pikir Irene karena menurut sang ayah Rio lah yang memang selama ini memesan nya.
"Apa harus? Bukan kah dengan melihat ku selalu menghabiskan nya, berarti aku menginginkan itu tanpa harus memesan" pikir Rio, dengan selalu menyantap nya sampai tuntas, itu akan membuat Irene selalu mengirimi nya makanan, karena ia tak merasa memesan, melainkan Irene sendirilah yang sengaja mengirim untuk nya, gadis itu pun bingung, karena kedatangan Rio yang tiba-tiba.
"Aku menginginkan nya noona, sudah lima hari aku selalu menunggu mu di kantor" lanjut Rio, harus bagaimana Irene sekarang? Apakah dia harus senang karena ternyata Rio menanti nya, atau harus sedih karena Rio marah-marah.
"Aku hanya bisa diam, menatap pintu ruangan ku, berharap ada yang mengetuk nya dan itu. . ."
Set
Cup
Irene yang sudah tak tahan dengan perasaan rindu nya pun menarik tengkuk Rio dan menarik nya masuk ke dalam kedai, lalu membungkam mulut pemuda itu dengan bibir nya, kedua nya saling melumat, tangan Rio langsung memeluk tubuh Irene, dan pertukaran saliva pun semakin panas.
Ciuman mereka berakhir, Irene langsung memeluk leher Rio, sampai harus membungkuk karena tubuh Irene lebih kecil dan lebih pendek dari Rio, ia melakukan itu untuk menutupi rasa malu nya karena sebagai gadis, ia terlalu agresif dengan berani mencium Rio lebih dulu, sebab Rio terus mengomel, padahal Irene sangat rindu, dan gerutuan Rio membuat ia semakin gemas, hingga memberanikan membungkam mulut pemuda itu lebih dulu dengan bibir nya.
"Aku kangen" ucap Rio dibalik punggung Irene, dan itu membuat jantung Irene rasanya mau copot saking kaget dan senang nya, ia pun lantas semakin erat memeluk tubuh Rio untuk melampiaskan perasaan nya yang sama dengan perasaan Rio.
#TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Only Love Can
FanficRio, pria miskin yatim piatu yang jatuh cinta pada putri pemilik kedai makan sederhana di sebuah pasar