15. Keluarga Tidak Akan Saling Membunuh

1.5K 230 23
                                    

Beberapa tahun kemudian, Rio lulus dari sekolah menengah atas nya, ia pun kini memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi, yaitu menjadi mahasiswa, kehidupan keras nya semenjak kecil membuat ia harus bisa melakukan apa pun sendiri, dan berpikir dengan cepat, ia masih enggan untuk bekerja di perusahaan Kang.

Sementara Jennie dan Sean telah menikah dua tahun yang lalu, kini pasangan itu di karuniai seorang anak bernama Gaeul, yang memiliki sifat cerewet, dan banyak makan seperti sang ayah, Sean.

Suatu hari, Sean di undang ke kampus tempat Rio kuliah sekarang, untuk menjadi pembicara dalam sebuah seminar yang wajib diikuti oleh para mahasiswa baru termasuk Rio, ia terlihat tetap tenang, dan berusaha menyamar dengan memakai topi untuk menutupi wajah nya dari Sean, dan duduk di barisan paling belakang, agar tak terlihat dan tak mencuri perhatian.

Suatu hari, Sean di undang ke kampus tempat Rio kuliah sekarang, untuk menjadi pembicara dalam sebuah seminar yang wajib diikuti oleh para mahasiswa baru termasuk Rio, ia terlihat tetap tenang, dan berusaha menyamar dengan memakai topi untuk menut...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tapi justru tingkah Rio malah memancing perhatian Sean, ia terus menatap gerak gerik Rio yang nampak gelisah dan mencurigakan, saat seminar selesai pun Rio buru-buru keluar dari aula kampus, Sean yang kadung penasaran pun mengejar nya, ia mengabaikan panggilan para pejabat kampus demi mengejar sosok yang ia cari selama tiga tahun terakhir ini.

Bugh

Rio memasuki mobil Daniel yang menjemput nya, karena ada meeting yang harus mereka hadiri sekarang, dan Sungjae sangat bisa di andalkan, ia langsung menghampiri Sean dengan mobil nya.

"Kejar mobil itu, dia membawa Rio" perintah Sean buru-buru, Rio sendiri tak merasa di kejar, karena Sean tidak memanggil nya.

Dan Sungjae langsung memarkirkan mobil nya tepat di samping mobil Daniel.

Bugh

Suara pintu mobil tertutup membuat Rio menoleh ke arah samping nya.

"Rio!" Seru Sean, sang pemilik nama pun terperanjat melihat ada Sean di sana, Rio pun langsung melarikan diri, Sungjae yang lebih dulu mengejar, di ikuti Sean, Daniel yang kebingungan dan tak tahu apa-apa pun ikut mengejar Rio.

"Aarrgg. . . Sial" kesal Sean, ia memasuki gang di belakang sebuah gedung rumah sakit untuk menghadang Rio.

Glek

Rio kaget, saat ia hendak menghindar, Sean berhasil meraih kerah baju nya.

Bruk

"Aaww. . ." Erang Rio yang tubuh nya jatuh terlentang karena tarikan Sean.

"'Lepas hyung" Rio meronta, ia berdiri hendak kembali berlari.

"Apa sebenci itu kamu pada hyung?" Seru Sean mampu menghentikan langkah Rio.

"Apa kamu lupa, bukan hyung yang akan membunuh mu waktu itu, tapi sebalik nya, hyung lah yang berusaha untuk melindungi mu" teriak Sean, Sungjae bersembunyi dilorong gang, bersiap jika Rio kembali melarikan diri, sementara Daniel berada di belakang Sean.

"Pulang lah Rio, hyung janji, tidak akan ada lagi yang berusaha untuk membunuh mu, semua aman sekarang" bujuk Sean, Rio menggeleng.

"Jennie, dia noona mu, kamu masih punya keluarga Rio" Sean masih berusaha untuk merayu Rio.

"Keluarga tidak akan saling membunuh hyung, bagi ku, keluarga Rio hanyalah ibu" ucap nya ia lalu membalikan badan nya dan berjalan pergi begitu saja, sambil mengusap air mata nya, mengingat mendiang ibu nya, Sungjae hendak menyusul dan menahan Rio, tapi Sean memberi kode untuk tidak melakukan nya.

"Akan ku beri tahu alamat Rio sekarang jika kalian memang benar-benar saudara" ucap Daniel

"Aku tidak butuh" acuh Sean, dia kesal dan marah pada Daniel karena menutupi keberadaan Rio dari nya, dan pura-pura tak tahu dimana pemuda yang selama ini ia cari berada.

Minho mengikuti Rio dari belakang tanpa di sadari remaja itu, Sean tak bodoh rupa nya, semenjak ia curiga melihat Rio di kampus tadi, ia langsung menghubungi Minho.

Rio masih melakukan aktivitas seperti biasa, karena ia percaya, Daniel tak akan begitu saja memberitahukan tempat tinggal nya pada Sean, dan terbukti, sudah dua hari tak ada yang mendatangi nya.

Dan di tempat lain, Yuri memberi kode pada sang putri untuk menyiapkan seporsi nasi dan sayur serta lauk nya untuk ia berikan pada seorang pengemis tua, sang putri pun menuruti nya, Yuri juga nampak memberikan beberapa keping uang receh untuk anak-anak jalanan yang pergi mengais sampah ke pasar, ia lalu duduk di salah satu bangku kedai nya, menatap orang berlalu lalang, karena sedang sepi pelanggan, Irene pun menyusul nya.

"Appa, kedai kita sedang sepi hari ini, tapi appa malah membagi-bagi kan nya pada mereka" keluh sang putri sambil mempeotkan bibir nya.

"Appa, kedai kita sedang sepi hari ini, tapi appa malah membagi-bagi kan nya pada mereka" keluh sang putri sambil mempeotkan bibir nya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yuri terkekeh lucu, ia menatap penuh kasih sayang pada sang putri.

"Dengar Irene-ahh, jangan pernah ragu untuk berbuat baik, kita tidak tahu kedepan nya nanti, kita akan mendapatkan masalah apa, bisa saja, saat kita butuh bantuan nanti, mereka lah gantian akan menolong kita, apa yang kita tanam, itu lah yang akan tuai nanti" nasehat Yuri.

"Kamu ingat Shinjoo kan, siapa yang menyangka bahwa dia akan menyelamatkan kedai kita dari kebakaran, padahal orang-orang menganggap dia gila" lanjut Yuri, Irene mengangguk mengerti.

"Aku lupa memberitahu appa, Shinjoo sudah dua hari tidak datang meminta makan appa" cemas Jennie, Yuri pun langsung berdiri, ia ikut khawatir.

"Bebarkah?" Irene mengangguk.

"Appa pergi dulu, kamu jaga kedai ne" pamit Yuri, ia hendak mencari keberadaan Shinjoo di tempat ia tinggal, untuk memastikan keadaan nya, pria dewasa itu tinggal di dekat ruang generator listrik milik pasar, jadi Yuri mudah menemukan nya.

"Shinjoo-yaa" panggil Yuri, lalu terdengar suara rintihan dari dalam ruangan sempit yang penuh sampah itu, Yuri menyingkirkan beberapa palstik berukuran besar untuk mencari keberadaan Shinjoo.

"Kamu sakit?" Tanya, Shinjoo mengangguk, ia demam, sampai tak bisa kemana-mana, itulah kenapa ia tak datang ke kedai Yuri.

"Tunggu sebentar, aku belikan obat" ujar Yuri, ia membuang beberapa kantong sampah yang mengganggu dari dalam bilik Shinjoo, dan pergi untuk membelikan nya obat, serta mengambil makanan ke kedai nya.

"Bagaimana appa?" Tanya Irene yang melihat sang ayah membungkus nasi dan sayur.

"Shinjoo demam, dia sampai tidak bisa kemana-mana, appa sudah membelikan nya obat" jawab Yuri, dan setelah itu ia kembali ke tempat Shinjoo.

Dan setelah kembali, Yuri terkejut melihat sang putri sudah membersihkan kedai.

"Irene-ahh, kemana jualan kita hari ini?" Bingung Yuri, sang putri tersenyum lucu menatap sang ayah.

"Sudah berpindah ke perut orang-orang yang membeli nya appa" jawab nya lucu.


#TBC

Only Love CanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang