Brak
Rio melempar kantong ditangan nya, dan menghampiri sang ibu.
"Ibu, Rio mohon jangan pergi, maaf jika Rio terpaksa mencuri hari ini, Rio akan mengembalikan obat nya, asal ibu jangan pergi" tangis nya.
"IBU" teriak Rio pilu, ditinggal orang yang paling ia sayangi dan cintai untuk selama nya, tangis kesedihan Rio pun memancing perhatian orang-orang di sekitar, Rio merasa bersalah karena ia terlambat membawakan nya obat, keputusan nya untuk mencuri pun ia ambil setelah berfikir selama berjam-jam, kini ia hidup sebatang kara.
"Ada apa ini? Kenapa ramai sekali di rumah itu?" Tanya Yuri pada seseorang saat ia hendak pulang dari kedai nya bersama Rio.
"Wanita yang tinggal di rumah itu meninggal tuan" jawab nya, Yuri pun terkejut, ia melewati depan rumah duka dan melihat Rio tengah menangis meraung di hadapan jenasah sang ibu.
Semenjak kematian ibu Manoban, Rio berubah jadi pemurung, seminggu lebih ia tidak keluar rumah, tapi beberapa orang baik meninggalkan makanan yang di gantung pada gagang pintu untuk nya, wajar, sebab ia bingung sekarang, ia tak punya motivasi untuk siapa dia hidup sekarang?
Di hari kesepuluh, Rio akhir nya keluar, tak tentu arah berjalan kesana kemari dengan tatapan kosong, ia duduk di trotoar jalan, sambil menunduk.
"Ibu, Rio akan berusaha untuk menjadi orang sukses, dan jika Rio punya banyak uang nanti, akan Rio gunakan untuk membantu orang-orang yang tak mampu seperti kita" doa nya dalam hati, ia lalu berdiri, dan kembali berjalan, lama-lama ia pun merasa haus, dan menemukan botol bekas minuman yang masih ada sisa di dalam nya, Rio pun memungut nya, dan meminum nya, tak peduli milik siapa, bekas siapa, yang penting haus nya terobati, saat ia hendak membuang botol itu, seorang anak usia dibawah Rio pun menghampiri nya.
"Hyung, bolehkah botol bekas nya untuk ku?" Tanya pria yang lebih muda itu pada Rio, yang ditanya pun menatap botol di tangan nya.
"Untuk apa?" Bingung Rio
"Dijual hyung?"
"Memang laku?"
"Tentu, asal ada banyak" dengan ragu, Rio pun akhir nya menyerahkan botol ditangan nya pada pria kecil tadi.
"Ah, kenapa tak terpikirkan oleh ku?" Batin Rio, ia pun kemudian melakukan hal yang sama dengan laki-laki yang lebih muda dari nya tadi, mengumpulkan botol bekas minuman untuk ia jual, dengan kegiatan baru ini, Rio pun jadi lebih cepat melupakan sang ibu, ia tak lagi ke pasar untuk mencari beras atau sayur sisa, Rio pergi dari rumah nya, dan hidup dijalanan.
Ia membawa dua karung besar botol bekas pada pengepul yang ia tahu dari sesama anak jalanan.
"Ini, tiga ribu ₩on" sang pengepul membayar nya.
"Terima kasih paman" ucap Rio, ia akan membelanjakan yang seribu ₩on untuk membeli ubi manis hangat, guna mengisi perut nya, sedangkan air minum ia dapat mengisi ulang gratis, di tempat-tempat umum yang disediakan oleh pemerintah.
Hidup di jalanan sangat keras, karena banyak persaingan, dan kadang diusir oleh petugas karena dianggap merusak pemandangan, saking lelah nya, Rio tertidur si sebuah emperan toko yang sudah tutup, tak jauh dari tempat nya tertidur, ada halte bus yang tengah berisi seorang gadis yang baru pulang dari bekerja.
"Tolong!" Teriak gadis itu, Rio pun terbangun, tapi ia masih bingung dengan situasi yang ada, karena sepi dan tak ada pria dewasa di sekitar tempat nya, ia pun terduduk sambil merapatkan punggung nya pada pintu toko karena ketakutan, rupanya gadis tadi di rampok, dan pelaku berlari ke arah Rio, naluri pun menuntun Rio untuk membantu gadis itu.
Set
Rio menjegal kaki salah satu perampok yang membawa kabur tas gadis itu sampai jatuh tersungkur dan tas ditangan nya terlepas.
"Disana perampoknya" tunjuk sang korban pada polisi, ia melihat Rio membantu menggagalkan rencana perampok itu.
"Sial, aku hajar kamu nanti" ancam salah satu perampok sambil membantu teman nya berdiri, dan lari meninggalkan tas tadi, gadis itu menghampiri Rio.
"Kamu tidak apa-apa kan?" Tanya pada Rio yang dijawab dengan gelengan kepala ketakutan.
"Terima kasih sudah membantu ku" sedangkan petugas tadi mengejar perampok yang lari.
"Ini untuk mu" gadis itu mengulurkan beberapa lembar uang pada Rio, tapi ia menggeleng, dan malah berlari ketakutan, sang gadis pun heran, ia tak habis pikir kenapa Rio malah berlari ketakutan.
Keesokan hari nya, Rio pun mulai berjalan untuk mencari botol bekas seperti biasa untuk ia jual, cuaca lumayan panas hari ini, jadi banyak botol yang bisa ia kumpulkan sampai ia mendapatkan banyak uang, untuk di simpan dan dia bisa makan nasi satu kali hari ini, betapa girang nya Rio, karena perut nya bisa kenyang, minimal sampai tengah hari.
Jennie, gadis yang di tolong Rio semalam, ia kebingungan mencari keberadaan pemuda kecil itu, karena ingin memberi nya hadiah.
"Sudahlah Jenn, kita cari lain kali saja" putus asa sang sahabat Jisoo.
"Tidak bisa unnie, aku khawatir, dia masih sangat kecil, mungkin kita bisa membantu nya nanti" Jennie tak menyerah, ia berjalan kaki bersama Jisoo menyusuri tempat kejadian semalam untuk mencari keberadaan Rio, yang tindakan sederhana nya mampu menyelamatkan karir dan perusahaan Jennie, karena tas yang semalam dirampok berisi dokumen penting.
"Tapi kita sudah hampir dua jam mencari nya Jenn" keluh Jisoo.
"Mungkin itu" tunjuk Jennie, ia menemukan seorang bocah duduk bersandar pada tiang lampu penerangan jalan di hari yang terik seperti ini sambil menunduk, Jennie pun menghampiri nya, dengan senyum lebar karena mengenali baju yang Rio kenakan semalam.
#TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Only Love Can
أدب الهواةRio, pria miskin yatim piatu yang jatuh cinta pada putri pemilik kedai makan sederhana di sebuah pasar