41. Pain

1.3K 227 4
                                    

Yuri memasuki kamar nya, melewatkan makan malam nya karena ia marah pada sang putri, Irene hanya bisa menangis, karena tak tahu harus bagaimana mengemis maaf pada sang ayah.

Keesokan hari nya, Yuri bahkan berbelanja sendiri untuk keperluan kedai nya, berangkat sendiri tanpa berkata apa-apa pada Irene, dua hari Yuri mendiamkan nya, dan kali ini Irene sudah tak tahan lagi, saat sang ayah pulang dari kedai, ia langsung menjatuhkan tubuh nya diatas lantai, tepat di hadapan sang ayah.

"Appa tolong maafkan Irene, appa, maaf atas kebodohan putri mu ini hingga tak bisa memakai akal sehat nya" isak Irene memohon ampunan pada Yuri.

"Aku hanya ingin mengusir Rio dari hati ku, itulah kenapa aku membiarkan Suho oppa di sini sampai menjelang malam, aku tersiksa appa dengan rasa cinta ini, harus bagaimana agar appa memaafkan ku?" Tangis Irene semakin hebat, Yuri pun jadi tak tega melihat putri satu-satu nya itu jadi serba salah begini, Yuri pun berlutut, memeluk sang putri.

"Appa memaafkan mu, jangan menangis ne, kita pikirkan sama-sama jalan keluar nya" hibur Yuri mendekap kepala Irene yang menangis hebat malam itu.

Sementara bagi Rio, sikap Irene tempo hari malah membuat ia jadi menjauh dari gadis itu, karena berpikir mungkin Irene sudah berkencan dengan Suho.

Rio sedang mempelajari produk  perusahaan Pfiver dari Jerman, yang akan memulai kerja sama dengan perusahaan Kim, urusan obat dan peralatan medis, Jerman adalah penghasil terbaik selain Inggris dan Amerika tentu nya.

"Uncle" Gaeul memeluk leher paman nya itu dari belakang, Rio sedang melakukan pekerjaan nya dengan laptop.

"Iya sayang?" Jawab Rio tanpa menoleh pada sang keponakan.

"Uncle sudah lama tidak mengajak Gaeul main ke kedai aunty Irene"

"Uncle sibuk sayang, Gaeul bisa mengajak Minho atau Sungjae oppa nanti"

"Tidak seru kalau bukan dengan uncle" Gaeul menjatuhkan tubuh nya diatas kasur sang paman, karena Rio memang sedang duduk diranjang nya.

Suatu hari, Gaeul meminta diantar Minho ke tempat Yuri berjualan, ia berjalan memasuki pasar bergandengan tangan dengan Minho.

"Aunty!" Teriak Gaeul memanggil Irene, ia melepaskan gandengan tangan nya dan berlari menghampiri Irene, gadis itu meletakan gelas di tangan nya guna menyambut Gaeul.

Bruk

"Gaeul rindu aunty" adu nya sambil memeluk pinggang Irene dan mendongak menatap manja pada wanita dewasa itu.

"Aunty juga rindu" balas Irene menatap sayang pada Gaeul.

"Tuan" sapa Minho membungkuk hormat pada Yuri

"Dari mana Minho-yaa?" Balas Yuri.

"Menjemput nona muda ke sekolah tuan, dia minta untuk makan siang disini" jawab Minho.

"'Duduklah, aku siapkan makan siang untuk kalian" ujar Yuri.

"'Ne tuan, gumawo" Minho duduk di bangku yang berbeda dengan Gaeul karena majikan kecil nya itu duduk bersama Irene.

"Harabeoji, daging bebek untuk Gaeul double ya" pinta nya pada Yuri.

"Baik sayang" Yuri terkekeh mengiyakan permintaan Gaeul yang memang akan memakan dua porsi daging bebek serta sepiring nasi, suka makan seperti ayah nya.

"Kenapa tidak mengajak uncle?" Selidik Irene, ia tak tahu jika Rio mulai menjaga jarak dari nya juga.

"Uncle sibuk aunty, Gaeul sudah merayu nya, tapi selalu gagal, apalagi semenjak bertemu dengan gadis Jerman itu" balas Gaeul.

"Gadis Jerman?" Dada Irene langsung terasa sesak.

"Iya, kata daddy itu rekan baru perusahaan" hati Irene di bakar api cemburu, tapi apa hak nya?

"Rio kemana Minho-yaa?" Tanya Yuri yang menemani Minho makan.

"Tuan muda sibuk dengan klien baru tuan Kwon, Jisoo noona tak bisa menghandle semua sendirian, perusahaan mengalami perkembangan yang signifikan akhir-akhir ini" jelas Minho

"Lalu Sean?"

"Tuan besar malah jarang di rumah, seminggu bisa berada di tiga negara yang berbeda"

"Wah, apa tidak lelah?" Gumam Yuri kagum

"Tuan besar berencana pensiun muda mungkin" kekeh Minho.

"Aunty, ayo beli manisan jeruk" pinta Gaeul.

"Baiklah, ayo" kedua gadis itu pun berdiri, Minho ikut berdiri.

"Sudah duduk saja, mereka hanya akan membeli manisan jeruk di depan sana" beritahu Yuri.

Sementara di restauran Seannie, Rio makan siang bersama hyung dan noona nya itu.

"Gaeul belum pulang hyung?" Tanya Rio pada Sean.

"Belum, dia makan siang di kedai appa, dia bilang kamu tidak mau diajak kesana, kenapa?" Selidik Sean

"Aku sibuk, hyung kan yang memberi ku pekerjaan" jawab Rio.

"Jangan bilang kalian sedang bertengkar?"

"Astaga hyung, bertengkar karena apa? Kita hanya teman" keluh Rio, Sean pun terkekeh lucu.

Sean, Jennie dan Rio pun makan siang bersama, tanpa Gaeul karena gadis kecil itu masih di kedai Irene.

"Tugas ku sudah selesai kan hyung?" Tanya Rio setelah makan siang.

"Belum, jam kantor berakhir masih tiga jam lagi" jawab Sean.

"Perhitungan sekali hyung ini"

"Atau gaji mu mau hyung potong?" Ancam Sean.

"Iya iya, Rio kembali ke kantor" pasrah nya.

"Noona, masih ada pie labu kan?"

"Masih"

"Rio mau itu ya?" Pinta nya.

"Baiklah, aku siapkan dulu" jawab Jennie, beberapa saat kemudian Rio keluar dari restauran Seannie sambil menenteng peper bag berisi pai labu kesukaan Rio, yang adalah buatan Jennie juga.

Di tempat lain.

"Aunty tidak ingin bertemu uncle?" Tanya Gaeul polos, Irene bingung menjawab.

"Bukan kah Gaeul bilang uncle sedang sibuk?"

"Ah iya Gaeul lupa, tapi sebenar nya uncle juga tak terlalu sibuk, nanti biar Gaeul protes pada daddy yang memberi uncle banyak pekerjaan" Irene terkekeh dengan ucapan Gaeul.

Dalam hati, Irene tentu ingin sekali bertemu dengan pujaan hati nya itu, tapi ia malu untuk mengakui nya pada Gaeul.

"Oppa, ayo kita pulang" ajak Gaeul setelah mendapatkan manisan jeruk kesukaan nya.

"Harabeoji, Gaeul pulang dulu ne" pamit nya.

"Ne, hati-hati sayang, sampaikan salam pada daddy, mommy dan uncle ne, dari harabeoji" pesan Yuri.

"Ne harabeoji" balas Gaeul, Irene pun mengantar sampai ke depan pasar seperti biasa.

"Nanti akan Gaeul sampaikan, salam juga dari aunty, salam rindu" goda Gaeul terpingkal.

"Jangan, Gaeul berani sekarang ya" balad Irene sambil menggelitik pinggang si kecil yang semakin terbahak.

#TBC

Only Love CanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang