"Tuan, berapa kami harus membayar nya?" Tanya Sean pada Yuri, karena mereka bersiap akan pulang sekarang.
"Tidak perlu, kalian datang kesini saja kami sudah merasa senang" tolak Yuri.
"Jangan tuan, kami kemari bukan sebagai tamu, tapi pelanggan, karena memang sengaja ingin makan disini" kata Sean, ia mengeluarkan uang dua ratus ribu ₩on dari dompet nya, dan menyerahkan nya pada Yuri.
"Tidak, jangan lakukan ini Sean" mohon Yuri menolak pemberian Sean.
"Atau kami tak akan pernah makan disini lagi" Sean balik mengancam.
"Baiklah, appa terima ne" Yuri menyerah.
"Ne appa" Sean yang peka langsung paham dengan ucapan Yuri, Rio pun mengerutkan kening nya mendengar Sean memanggil Yuri appa.
"Kami pamit dulu, kapan-kapan appa dan Irene datanglah ke rumah" undang Sean.
"Ya, dan kedai ini selalu terbuka untuk kalian" balas Yuri.
Sean dan Rio pun menenteng belanjaan milik Jennie, Gaeul menggandeng tangan Irene yang mengantar mereka sampai depan pintu masuk pasar.
"Irene-ahh, lain kali datang lah ke tempat unnie, biar Rio menjemput nya" kini giliran Jennie yang mengundang Irene.
"'Ne unnie" jawab Irene malu-malu.
"Gumawo Irene-ahh, kami pulang dulu" pamit Sean setelah memasukan belanjaan sang istri di bagasi belakang.
"Gaeul pulang dulu aunty" si kecil memeluk pinggang Irene berpamitan.
"Hati-hati ne" balas Irene mengusap rambut Gaeul.
"Sampai jumpa Irene-ahh" Jennie memeluk hangat Irene yang nampak sungkan dan canggung.
"Kamu tidak berpamitan dengan kekasih mu" goda Sean pada Rio yang hanya diam disamping sang hyung.
"Dia bukan kekasih ku hyung" kesal Rio, Sean terkekeh dan langsung masuk ke dalam mobil, setelah memakaikan sabuk pengaman untuk sang putri, kini hanya ada Rio dan Irene karena yang lain sudah duduk manis di bangku masing-masing, kedua nya saling bertatapan dalam diam.
"Hati-hati dijalan" lirih Irene yang memecah keheningan diantar kedua nya, Rio tak menjawab, ia hanya meringis sambil memejamkan kedua matanya rapat-rapat, membuat senyum Irene mengembang karena gemas, Sean dan Jennie yang diam-diam memperhatikan dari dalam mobil pun di buat geregetan sendiri dengan interaksi Rio dan Irene.
"Rasanya aku ingin mendorong Rio dari sini sampai ia memeluk Irene" gemas Jennie, Sean terpingkal lucu.
"Dia masih belum berpengalaman, wajar jika masih malu-malu, dan seperti nya Irene pun juga" tebak Sean.
Rio dan Irene, hati mereka sama-sama merasa belum puas bertemu, karena tak bisa mengobrol seperti biasanya sebab ada Sean dan Jennie, tapi mereka tetap harus berpisah karena hari sudah mulai sore.
"Aku pulang" Rio tak melepas tatapan nya dari Irene sampai masuk ke dalam mobil itu, dan pipi gadis itu pun langsung bersemu merah, menunduk tak berani membalas tatapan Rio.
Bugh
Begitu pintu tertutup, Sean, Jennie dan Gaeul langsung menatap Rio sambil tersenyum menggoda, juga mengejek.
"'Kenapa kalian menatap ku seperti itu?" Heran Rio
"Menatap yang bagaimana?" Sean
"Ya yang seperti itu"
"Tidak" Jennie, ketiga nya langsung mundur dan membuang tatapan dari Rio secara bersamaan.
"Uncle yang aneh" celetuk Gaeul, sambil menatap keluar jendela mobil.
"Aneh kenapa?" Rio melirik sang keponakan penuh tanya.
"'Uncle dan aunty biasanya banyak bicara, tapi kenapa tiba-tiba tadi saling diam dan tidak menyapa?" Sean dan Jennie pun memasang telinga nya dibelakang Gaeul dan Rio.
"Bahkan manisan jeruk tadi saja uncle menyuruh Gaeul untuk minta pada aunty" Sean dan Jennie langsung menatap seolah berkata "masih mau mengelak?" Rio melirik Sean malu dan salah tingkah karena ocehan Gaeul.
"Memang nya uncle dan aunty berbicara tentang apa baby?" Selidik Jennie.
"Gaeul tidak tahu mommy, tapi waktu itu aunty dan uncle selalu berduaan dan Gaeul ditinggal bersama harabeoji" jawab nya.
"B-bukan begitu noona, Rio hanya membantu tuan Kwon mencuci piring dan gelas saja" Rio gelagapan dalam mencari alasan.
"Appa" ralat Sean
"Appa?"
"Appa, kamu tidak paham bahwa tuan Kwon meminta kita untuk memanggil nya appa?"
"Tidak, dari mana hyung tahu?" Sean menghela nafas
"Jika dia menggunakan kata ganti untuk aku dengan sebutan appa, atau hyung, atau oppa, itu berarti mereka ingin dipanggil dengan sebutan itu" jelas Sean.
"Aku baru mengerti sekarang" kekeh Rio tanpa dosa sambil menggaruk alis nya yang tak gatal.
"Uncle payah" ejek Gaeul.
Irene kembali ke kedai sambil senyum-senyum sendiri, Yuri pun memperhatikan sang putri, tak biasanya Irene sebahagia itu, mereka lantas menutup kedai sore itu, malam nya, Irene duduk di sofa ruang keluarga, sambil memainkan ponsel nya, sementara Yuri sibuk menghitung penjualan hari ini, dan mencatat apa yang harus ia beli besok untuk berjualan lagi.
To Rio:
Sudah tiba di rumah?From Rio:
Sudah noona, kedai sendiri bagaimana?To Rio:
Kami juga langsung tutup begitu kalian pulang tadi, hari ini melelahkan, tapi juga menyenangkan, terima kasih atas kunjungan kalianFrom Rio:
Sama-sama noona, terima kasih juga makanan nya, tapi entah mengapa rasanya masih ada yang kurang, tapi aku tak tahu apa."Rindu" batin Irene menebak maksud dari kata-kata Rio, karena mereka tak punya banyak waktu untuk saling bicara sebab malu pada Sean dan Jennie.
Mereka bukan sepasang kekasih, tapi karena Sean selalu menggoda nya Rio dan Irene jadi saling memikirkan, dan canggung saat ingin berinteraksi, takut Sean akan semakin menggoda mereka.
#TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Only Love Can
FanfictionRio, pria miskin yatim piatu yang jatuh cinta pada putri pemilik kedai makan sederhana di sebuah pasar