23. Tuan Kwon

1.5K 228 13
                                    

Irene membeku menatap pria muda yang berdiri di ambang pintu kamar sang ayah.

"Selamat siang noona" sapa Rio membungkuk hormat pada Irene.

"Siapa tamu nya Irene-ahh?" Tanya Yuri penasaran, sang putri tak menjawab, karena lidah nya terasa kelu, bertemu dengan Rio untuk pertama kali nya setelah tiga belas tahun lama nya, selain itu, sosok di hadapan nya adalah orang yang telah menyelamatkan nyawa ayah nya, gadis itu membuka lebar pintu nya untuk menjawab pertanyaan sang ayah

"Selamat siang tuan Kwon" Rio tersenyum hangat menyapa Yuri dan membungkuk hormat, yang disapa pun menatap tak percaya pada tamu nya dengan mata berkaca-kaca, mulut nya bergetar menahan tangis haru karena Rio telah membantu kesulitan nya, Yuri pun...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Selamat siang tuan Kwon" Rio tersenyum hangat menyapa Yuri dan membungkuk hormat, yang disapa pun menatap tak percaya pada tamu nya dengan mata berkaca-kaca, mulut nya bergetar menahan tangis haru karena Rio telah membantu kesulitan nya, Yuri pun memberi kode agar Rio masuk ke dalam, dan pemuda itu pun mendekat, sambil mengulurkan tangan kanan nya untuk berjabat tangan, tapi justru Yuri malah memeluk nya, Rio terkejut, tapi ia membalas pelukan Yuri.

"Terima kasih sudah menolong saya waktu itu tuan" ucap Rio, Yuri menggeleng.

"Tidak tidak, aku yang harus nya berterima kasih pada mu karena membantu pengobatan ku" balas Yuri.

"Aku bahkan berhutang nyawa pada mu" lanjut nya.

"Tidak ada yang berhutang tuan, baik nyawa atau pun uang, tuan sudah memberi saya pelajaran yang sangat berharga"

"Itu tidak seberapa Rio"

"Tapi yang tidak seberapa itu justru yang membekas di benak saya tuan, sekali lagi terima kasih" Yuri tak mampu lagi menahan tangis nya sekarang, tak menyangka pertolongan nya dulu seberpengaruh itu bagi kehidupan Rio sekarang.

Yuri melepas pelukan nya, ia menangkup kedua pipi Rio dan menatap nya haru.

"Kamu tumbuh dengan baik rupanya, dan aku lega melihat mu yang sekarang" Rio hanya tersenyum, Irene terus menatap interaksi sang ayah dan pemuda yang dulu belum sempat ia kenal.

"Rio tinggal dengan noona sekarang"

"Kamu punya noona?" Kaget Yuri, Rio mengangguk.

"Oh Tuhan" Yuri menghela nafas lega.

"Bagaimana keadaan tuan sekarang?"

"Baik, sangat baik, aku sudah siap untuk membuka kedai ku lagi" jawab Yuri antusias.

"Oh ya, ini putri ku, Kwon Irene, kalian belum sempat berkenalan kan" ujar Yuri menunjuk sang putri, Rio pun segera memutar tubuh nya ke arah sang gadis yang terkejut karena Rio tiba-tiba menatap nya, ia menahan senyum malu.

"Oh ya, ini putri ku, Kwon Irene, kalian belum sempat berkenalan kan" ujar Yuri menunjuk sang putri, Rio pun segera memutar tubuh nya ke arah sang gadis yang terkejut karena Rio tiba-tiba menatap nya, ia menahan senyum malu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Saya Rio, noona" pemuda itu mengulurkan tangan kanan nya.

"Irene" suara nya nyaris tak terdengar.

"Senang bisa bertemu dengan noona dan tuan lagi"

"Ne" Irene menunduk, padahal ia sangat ingin sekali menatap wajah Rio yang kini menjelma sebagai pemuda tampan yang mempesona, tapi Irene tak punya cukup keberanian.

"Apa tuan akan pulang hari ini?" Tanya Rio.

"Iya, dokter sudah mengijinkan untuk melanjutkan pemulihan di rumah" jawab Yuri.

"Rio antar, tunggu sebentar ne" pamit pemuda itu, ia keluar untuk mencari taksi, guna mengantar Yuri dan Irene pulang.

"Sudah siap tuan?" Rio kembali ke ruangan Yuri sambil membawa kursi roda

"Apa tidak merepotkan Rio? Bagaimana dengan pekerjaan mu?" Sungkan Yuri, ia tentu tak ingin menjadi beban bagi Rio.

"Pekerjaan saya sudah selesai tuan, mari" Rio membantu Yuri berdiri, dan mendudukan nya di kursi roda, ia lalu mengambil tas slempang besar yang Irene bawa, untuk ia kaitkan di bahu kanan nya, sambil mendorong kursi roda Yuri keluar.

Suho sedang berbicara dengan perawat di bagian administrasi saat Irene melintas bersama sang ayah, dan Rio, saking terpesona nya pada sang pemuda, gadis itu sampai tak menyapa Suho.

"Irene-ahh" panggil perawat namja itu, sang pemilik nama pun terkejut, ia menghentikan langkah nya, tapi tidak dengan Rio yang terus saja mendorong kursi roda Yuri menuju lobby.

"Ah, ne oppa, maaf aku tidak melihat mu tadi" sesal Irene sungkan.

"Ya aku mengerti, mau kemana?" Suho mengajak Irene sedikit menjauh, agar pembicaraan mereka tidak di dengar orang lain.

"Pulang oppa, dokter sudah mengijinkan appa untuk melanjutkan masa pemulihan di rumah saja" jawab Irene.

"Oppa, sekali lagi terima kasih sebelum nya, karena oppa bersedia membantuku, waktu itu" ucap Irene  dengan wajah bahagia dan lega nya, Suho sendiri merasa kecewa karena rencana nya gagal.

"Iya, meski gagal" sendu nya

"Tapi setidak nya oppa sudah punya niat dan keinginan untuk menolongku, itu sudah cukup membuktikan jika oppa adalah orang yang baik" hibur Irene

"Apa dia yang membantu pelunasan itu?" Tanya Suho, menunjuk ke arah Rio dengan dagu nya, Irene pun menoleh menatap ke arah yang sama dengan Suho.

"Iya, dia adalah tetangga kami dulu yang lama pergi, tapi sekarang sudah muncul lagi" balas Irene tersenyum.

"Aku pamit dulu oppa, sekali lagi terima kasih" pamit Irene membungkuk hormat, Suho tak bisa menjawab karena saking kaget nya, ia gagal mendekati Irene, untuk saat ini.

Irene terus menatap kagum pada Rio yang begitu cekatan tak membiarkan nya kerepotan.

"Kita naik taksi tidak apa-apa kan tuan?" Rio ingin memastikan, jika  Yuri merasa nyaman.

"Tidak apa-apa, yang penting selamat sampai rumah" balas nya.

"Tuan kapan harus kontrol lagi?" Tanya Rio dalam perjalanan pulang, ia tentu ikut mengantar, dan duduk di kursi penumpang depan, sementara Yuri dan Irene di belakang.

"Minggu depan, bukan kah begitu Irene-ahh?" Yuri menatap sang putri untuk meyakinkan, dan yang ditanya mengangguk mengiyakan.

"Baiklah, minggu depan Rio jemput, dan antar tuan Kwon ke rumah sakit lagi" Yuri menelan ludah nya, merasa terharu dengan perhatian Rio.

Beberapa saat kemudian, taksi melewati rumah Rio yang di tempati bersama sang ibu dulu, Yuri melirik reaksi pemuda itu yang membuang tatapan nya, lalu menunduk sendu, sebagai orang tua, Yuri tentu tahu dengan perasaan Rio saat ini, ia pun mengulurkan tangan kanan nya, dan menepuk-nepuk bahu Rio dari belakang, pemuda itu menoleh, lalu menatap Yuri sambil tersenyum, seolah menjawab kekhawatiran Yuri, dan menunjukan jika ia baik-baik saja.







#TBC

Only Love CanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang