Acara lamaran digelar nanti siang. Tapi Miyaz sudah bangun sebelum subuh. Tidak banyak hal yang harus dia siapkan karena mami Zaigham sudah pasti mengurusnya. Namun Miyaz bangun lebih awal karena dia terlalu gugup. Tidurnya tidak nyenyak dan pikirannya menjadi kalut sendiri.
Ini baru lamaran tapi dia sudah keringat dingin. Lalu bagaimana saat pemberkatan nanti? Miyaz takut dirinya pingsan karena gugup.
Melihat anaknya yang duduk gelisah sejak tadi membuat mama Miyaz menghampirinya. Mamanya juga sudah sampai kemarin pagi.
Sedangkan adik Miyaz masih di luar negeri karena belum libur semester. Jadi mama adalah satu-satunya keluarga Miyaz yang datang.
"Minum dulu biar nggak gugup, Mama lihat kamu gelisah sejak tadi," disodorkannya air putih di hadapan Miyaz yang sedang dirias. Segera Miyaz tenggak air itu sampai habis.
"Kamu tenang Yaz, semua pasti lancar. Zaigham bertanggung jawab, dia pasti lancar saat meminta restu nanti."
Masalahnya bukan Zaigham yang Miyaz cemaskan, tapi dirinya sendiri. Takut tiba-tiba mami Zaigham tidak memberikan restu dan mempermalukannya di hadapan banyak orang. Mengingat betapa bencinya wanita paruh baya itu pada Miyaz.
"Iya Ma," sahut Miyaz kemudian. Tidak menjelaskan hal di balik kecemasaannya.
"Kamu kok bisa kenal Zaigham dari mana?" tiba-tiba mamanya bertanya di luar konteks.
Bagaimana Miyaz harus menjawabnya? Tidak mungkin kan bercerita bahwa mereka baru bertemu saat insiden di klub itu?
"Di... pantai," jawab Miyaz asal. Entah tiba-tina dia memikirkan pantai sebagai jawaban.
"Pantai? Kalian ngapain di pantai?"
"Yaa.. liburan. Nggak sengaja ketemu gitu," semoga skenarionya diterima oleh mamanya.
"Udah lama?" Miyaz heran kenapa mamanya jadi terkesan mengintrogasi? Kenapa baru sekarang? Bukankah seharusnya sejak meminta restu kemarin?
"Lu-lumayan,"
"Kalau kandungan kamu udah berapa bulan?"
"Hah?" Sontak Miyaz kebingungan, siapa yang hamil? Kandungan apa? Kandungan lemak di perut karena Miyaz jarang work out?
"Udah, kamu nggak perlu bohong sama Mama. Mama tahu kok kalau kamu hamil, makanya buru-buru nikah kan? Bilang yang jujur biar nanti Mama nggak repot menyiapkan acara tujuh bulanannya."
Miyaz menganga atas pertanyaan mamanya. Ternyata ibunya sendiri sama dengan netizen yang menganggapnya hamil duluan.
"Mama kayak para haters aku tahu nggak! Siapa yang hamil sih Ma? Dibilang aku nggak pernah ngapa-ngapain sama Zaigham!" Miyaz mulai kesal, bisa-bisanya ibunya sendiri tidak percaya padanya.
"Tapi waktu kalian di rumah, Mama denger kalian main kok"
"Main apa coba?"
"Ya, main. Mama denger kamu teriak kesakitan gara-gara Zaigham. Terus kalian... ya gitu lah!" Malah mama Miyaz sendiri yang malu saat mengingat suara tidak senonoh itu.
Miyaz masih bingung. Suara kesakitan? Kapan? Apa karena kaki dan lengannya yang berdarah saat terjatuh itu?
"Jangan-jangan yang Mama maksud saat Zaigham bantuin aku ganti baju?"
"Ganti baju?!" Mama Miyaz melotot, lalu Miyaz segera meralat ucapannya. "Lepas hoodie maksudnya. Jadi waktu itu aku jatuh dari pohon jambu, bajuku kotor terus Zaigham bantuin lepas, Ma."
"Tapi jalan kamu kok..."
"Ya karena kakiku keseleo Ma, udah jangan mikir aneh-aneh. Sumpah Zaigham gak ngapa-ngapain aku!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Marriage Zone
RomansaMiyaz Damara adalah nama yang tak asing bagi penduduk negeri ini. Artis cantik yang sarat akan sensasi. Tiap gerak-geriknya selalu mengundang kehebohan. Berbanding terbalik dengan Miyaz yang sering mendapat cibiran, Zaigham, adalah seorang politikus...