16. Plaster

2.6K 215 9
                                    

Sudah berbagai cara Miyaz lakukan untuk menghindari jadwal yang dibuat mertuanya, tapi pada ujungnya dia juga tak bisa lari lagi.

Sopir dari mami Zaigham sudah nangkring di depan rumahnya dan Miyaz tidak memiliki alasan lagi untuk menghindar.

Jadi di sinilah dia kali ini, di restoran bintang lima milik keluarga Ganendra untuk mengikuti kelas memasak.

Tidak tanggung-tanggung, mami Zaigham langsung menyiapkannya chef khusus untuk mengajarinya.

Miyaz baru tiba dan melihat mertuanya sedang mengobrol dengan chef pria di dapur khusus itu.

Miyaz menyapa mertuanya dengan mencium tangan dan mertuanya tampak cuek.

Lalu seorang asisten chef tersebut membawa apron untuk Miyaz.

"Kamu akan belajar masakan Italia dari Chef Ale dan saya yang akan mencicipinya."

'Berasa ikut master Chef'. Batin Miyaz. Ya mungkin benar, tatapan maut mami Zaigham bahkan lebih mengerikan dari Chef Juna. Semoga masakannya nanti tidak dimuntahkan.

Chef Ale memperkenalkan diri dan menjelaskan menu makanan yang akan mereka buat yaitu Ravioli. Makanan khas Italia yang terbuat dari bayam dan juga ricotta.

Miyaz hanya pernah memakannya, untuk memasak jelas tidak pernah. Bahkan memegang pisau saja bisa dihitung. Meski Chef Ale berkata Miyaz hanya perlu mengikuti intruksinya, jelas ini sulit.

Jadi Miyaz dan Chef Ale memiliki pantry sendiri, Miyaz tinggal copy paste. Mirip saat dia liat konten memasak di Youtube.

Tapi gerakannya jelas sangat kaku dan tidak seluwes Chef Ale. Memagang pisau saja dia kagok.

"Itu kamu mau iris bayam atau apa sih, digeprek-geprek?" tampaknya sang mertua mulai gemas. Miyaz menatapnya sekilas.

"Gini kalau menikah sama orang yang jelas bibit bebet bobotnya," meski ucapan itu sangat lirih, Miyaz masih bisa mendengarnya dengan jelas.

Lalu dia cincang sayur itu dengan makin membabi buta seolah melampiaskan kekesalannya.

Mertuanya terperangah. Makin kesal.

"Salah saya emang nggak kasih batasan sama Zaigham, coba dia nggak ke club itu pasti dia dapat istri baik-baik."

Karena kesal, kini pisau itu Miyaz tancapkan secara vertikal di talenan. "Jadi maksud Mami saya bukan wanita baik-baik?"

Mertuanya tidak menjawab. Andai aja wanita itu tahu kalau sampai saat ini Miyaz masih perawan pasti sudah kicep mulutnya.

Tapi Miyaz memilih cara lain, dan dia tersenyum miring.

"Tapi nyatanya emang Zaigham yang nggak bisa lepas dari saya Mi. Saya yang nggak baik-baik ini kalau goyang bisa bikin anak Mami lupa diri," nah kan beliau tersedak. Chef Ale pura-pura tak dengar, tapi Miyaz makin berani.

"Tapi untung deh Mami nggak denger waktu  kami..."

"Udah tugas kamu itu belajar masak, Chef Ale ajari dia yang benar!"

Miyaz menahan senyumnya, tidak akan ada yang bisa mengalahkan Miyaz, jadi jangan berpikir dia bisa diinjak-injak begitu saja.

Lima belas menit kemudian, hidangan itu sudah siap. Dihidangkan dengan cantik di depan mertuanya. Tapi wanita paruh baya itu mengangkat alis.

"Ganti, teksturnya terlalu matang. Kamu mau buat bubur?"

Miyaz menganga, "Yang penting kan rasanya Mi?"

"Penampilan juga penting. Kalau tampilannya udah jelek begini apalagi rasanya?"

Apa mami Zaigham ini tidak tahu istilah jangan liat buku dari covernya?

Marriage ZoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang