14. Bulan Madu

3.2K 228 15
                                    

Harusnya memang Miyaz tidak boleh percaya pada seseorang seperti Zaigham.

Harusnya, yang wajib dia percaya dan imani hanya Tuhan.

Kalimat yang Zaigham ucapkan memang terlalu meyakinkan hingga Miyaz terlena. Dia melupakan fakta bahwa tidak ada manusia yang bisa berubah secepat itu.

Rencananya mungkin berhasil untuk mengajak Zaigham bulan madu. Tapi tidak tahu apakah mereka benar-benar bulan madu atau sekadar formalitas.

Setelah menangis tidak elit kemarin, Miyaz menjelaskan bahwa tiket pesawat itu adalah dari mama Miyaz yang menyuruhnya bulan madu.

Zaigham memang tak bisa berkutik dan akhirnya menyetujuinya.

Jadilah Miyaz sangat girang dan berpikir bahwa Zaigham akan benar-benar berusaha menjalin hubungan baik padanya.

Namun hari ini, semua ucapan Zaigham kemarin tidak ubahnya adalah sebuah kalimat sementara. Sebab pria itu sudah kembali ke setelan pabrik.

Jadi pria super sibuk dan mengabaikan Miyaz sepenuhnya.

Miyaz memang senang ketika akan berlibur ke Hawaii. Tapi dia merasa lebih banyak dongkolnya. Perjalanan setengah hari ke Hawaii, duduk di kursi first class bersama Zaigham bukanlah hal yang menyenangkan.

Mereka tidak melakukan percakapan sama sekali. Pria itu sibuk dengan tablet dan segala urusan kerjanya. Sedangkan Miyaz yang kesal bukan main karena diabaikan, berusaha acuh dan menikmati perjalanan itu dengan menonton film yang sudah diunduh.

Zaigham hanya meliriknya sesekali ketika tawa Miyaz terlalu keras dan menganggu konsentrasinya bekerja.

Tawa yang memang sengaja Miyaz buat-buat. Bodo amat dengan penumpang lain, kedongkolan Miyaz sudah diubun-ubun.

Tapi Miyaz yang justru terganggu dengan keadaan pria itu yang seperti tiada jenuhnya menatap tabletnya. Ya, hal itu membuat Miyaz sangat kesal.

Lalu ketika sampai di hotel, Zaigham memesan kamar besar dengan dua ranjang di dalamnya. Baiklah, memang siapa juga yang mau berbagi ranjang?

Kalimat memulai semuanya hanya bualan!

Dan kalian tahu apa yang paling membuat Miyaz tidak suka?

Ketika Miyaz sedang menikmati tiupan angin dari depan kamarnya, dia lihat Zaigham juga masih sibuk dengan laptopnya. Sesekali pria itu menyesap kopinya dengan membenarkan letak kacamatanya.

Saat Miyaz berenang pun, Zaigham masih bertahan dengan pekerjaannya dan sesekali bertelepon.

Sepertinya yang dinikahi Zaigham adalah perkerjaannya, bukan Miyaz.

Dan bulan madu ini adalah untuk merayakan pernikahan mereka sepertinya, bukan dengan Miyaz.

Sebab Zaigham dan tablet itu jauh lebih mesra daripada perlakuannya ke Miyaz.
Oke, mungkin tidak seharusnya Miyaz peduli, tapi sekali lagi, hal itu benar-benar menganggunya!

Dia cemburu pada tablet! Sialan.

Sebuah ide tiba-tiba muncul di kepala Miyaz.

Zaigham dan kacamatanya adalah dua hal yang tak terpisahkan, jadi cara paling ampuh untuk membuat pria itu bercerai dengan pekerjaannya adalah menghilangkan si kacamata.

Sama seperti menghilangkan pelakor, Miyaz perlu membuat pelajaran. Miyaz sudah terkikik dengan bayangannya sendiri.

Malam itu petugas hotel datang mengantar makan malam. Zaigham baru bangkit dari duduknya. Mereka berhadapan di beranda hotel untuk menikmati hidangan.

Tidak ada percakapan apapun antara mereka. Ya, memang apa yang Miyaz harapkan dari Zaigham?

Setelah makan malam, Zaigham mengambil handuk untuk mandi. Pria itu melepas kacamata dan jam tangannya di samping wastafel kamar mandi.

Marriage ZoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang