“Saya tidak akan menceraikan kamu.”
Kalimat Zaigham itu terus terngiang-ngiang di benak Miyaz. Dia berusaha mencernanya sebaik mungkin. Hingga yang bisa dilakukannya hanya duduk diam seperti patung di sebelah kemudi.
Sesekali dia lirik Zaigham yang juga terlihat berusaha tetap fokus akibat perkataan spontannya itu. Dalam hati merutuk ulah bibirnya yang tanpa rem.
“Gam, bisa kamu jelasin lagi maksud ucapan kamu barusan?” Miyaz akhirnya memutuskan bersuara.
Bertanya langsung agar tak semakin menerka-nerka. Sebab dirinya tak bisa percaya begitu saja, bagimana seorang Zaigham Ganendra yang penuh prinsip lalu tiba-tiba melanggarnya? Benarkan karena provokasinya? Apakah Zaigham memang sudah ada rasa padanya?
Tapi yang diberi pertanyaan sepertinya enggan menjawab. Antara malu dan menyesal.
“Saya sedang menyetir,” hanya itu kalimat yang Zaigham lontarkan. Membuat Miyaz berdecak kesal. Tapi dia tetap memutuskan menunggu sampai mobil Zaigham berhenti di garasi.
Pria itu bahkan sudah turun saat Miyaz baru melepas seatbelt-nya. Miyaz yang tahu Zaigham sedang menghindar lantas bergegas melepas sabuk pengamannya.
“Gam, tunggu dulu, kamu belum jawab pertanyaan aku!”
Zaigham sudah ngacir masuk rumah. Miyaz yang punya jurus seribu bayangan langsung lari sekuat tenaga menyusul.
“Nggak usah menghindar ya Gam, aku tahu kamu udah jatuh cinta sama aku!”
Zaigham juga semakin melangkah lebar-lebar, bahkan setengah berlari seolah dikejar arwah penasaran.
Benar kan? Miyaz memang penasaran akan jawaban Zaigham atas motif dari ucapan spontan pria itu.
“Kalau kamu masih lari berarti bener!” sungguh aksi kejar-kejaran itu cukup lucu. Bahkan para pembantu yang menyaksikan tingkah konyol majikannya hanya geleng-geleng kepala.
Pintu kamar Zaigham sudah tertutup sebelum Miyaz berhasil mengejarnya. Napas wanita itu masih ngos-ngosan di depan kamar Zaigham.
“Oh ternyata gini ya kamu kalau salah tingkah, kayak anak SD kepergok suka sama temennya,” cecar Miyaz lagi. Zaigham tidak menyahut dan justru memukul mulutnya sendiri yang tadi kelepasan.
“Bodoh!” maki Zaigham pada dirinya. Mengabaikan istrinya yang masih teriak-teriak dari luar dengan segala kalimat ledekannya.
Tapi Miyaz adalah wanita dengan jalan pikiran yang tidak bisa ditebak. Dia punya 1001 cara untuk membuat Zaigham kalah telak.
“Gam keluar nggak, sebelum kamu jatuh miskin!”
Zaigham hanya mendumel di kamar, memang apa hubungannya dia tidak keluar dan jatuh miskin?
Wanita itu bahkan meneleponnya yang segera direject oleh Zaigham.
Tapi sebenarnya Zaigham sendiri juga heran, kenapa bisa dia kekanakan seperti ini? Menghindari Miyaz dengan bersembunyi? Sungguh, seumur-umur dia tidak pernah bermain petak umpet dengan alasan konyol sepeti ini—salah tingkah.
Sebenarnya Zaigham benar-benar bingung caranya menghadapi Miyaz. Sebab dia dulu yang selalu anti dan berkata ‘amit-amit’ pada wanita itu, mendadak jadi cemburu dan berkata tidak akan menceraikannya.
‘Tidak, tidak, tidak ada cemburu dalam kamus hidupku’.
Beberapa saat kemudian Zaigham tidak lagi mendengar teriakan Miyaz. Mungkin wanita itu sudah lelah dan kehabisan suara. Tapi Zaigham masih tidak berani membuka pintu kamar.
Dia berjalan menuju ranjang beserta satu notifikasi m-banking yang masuk, padahal dia tidak membeli apa-apa. Lantas Zaigham pun mengernyit sembari membuka kunci ponselnya untuk membaca lebih lanjut terkait notifikasi itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marriage Zone
RomanceMiyaz Damara adalah nama yang tak asing bagi penduduk negeri ini. Artis cantik yang sarat akan sensasi. Tiap gerak-geriknya selalu mengundang kehebohan. Berbanding terbalik dengan Miyaz yang sering mendapat cibiran, Zaigham, adalah seorang politikus...